Euro-Med Monitor: Ingin Usir Penduduk dari Utara Gaza, Israel Blokir Bantuan dan Bunuh Warga Kelaparan

Euro-Med Monitor menegaskan bahwa Israel melakukan hukuman kolektif di Jalur Gaza, untuk membuat seluruh penduduk kelaparan dan menjerumuskan mereka pada risiko kematian. Israel juga menggunakan kelaparan sebagai taktik perang yang merupakan kejahatan dan ilegal menurut hukum internasional. Ini dilakukan Israel sebagai bagian kejahatan genosida terhadap penduduk Jalur Gaza yang telah berlangsung selama lima bulan.

BY 4adminEdited Sun,03 Mar 2024,11:47 AM

Gaza, SPNA - Lembaga pemantau HAM internasional, Euro-Med Monitor, dalam laporan yang diterbitkan pada Jumat (01/03/2024), menyebutkan bahwa Israel secara sengaja memperparah krisis kelaparan yang sudah parah bagi seluruh penduduk Palestina di Jalur Gaza, dengan merampas makanan dan kebutuhan dasar.

Euro-Med Monitor mengatakan bahwa Israel menghalangi masuk dan distribusi bantuan kemanusiaan, terutama di Kota Gaza dan utara Jalur Gaza. Tindakan ini menunjukkan tujuan Israel untuk menggusur paksa warga Palestina dari kawasan tersebut.

Euro-Med Monitor berpendapat bahwa Israel tidak hanya mengurangi jumlah truk bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza, akan tetapi juga merusak distribusi bantuan dan mekanisme perlindungan sebagai bagian dari rencana Israel untuk mengurangi populasi kota Gaza dan utara Jalur Gaza. Menurut Euro-Med Monitor tujuan Israel adalah untuk memaksa penduduk Palestina mengungsi ke selatan di bawah kekerasan militer, intimidasi, dan penggunaan kelaparan sebagai senjata pembunuh.

Meskipun ada sedikit harapan setelah makanan dan pasokan lain yang disalurkan melalui udara diizinkan masuk ke Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir akan menutupi sebagian pengurangan bantuan yang datang melalui darat. Namun, masih ada risiko kelaparan yang meluas dan peningkatan tajam malnutrisi di seluruh penduduk kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza, terutama anak-anak, orang lanjut usia, serta ibu hamil dan menyusui.

Euro-Med Monitor mendesak semua negara untuk membangun jembatan udara langsung ke Jalur Gaza, melakukan bantuan melalui serangan udara secara sering dan besar-besaran di seluruh Jalur Gaza (khususnya kota Gaza dan utara Jalur Gaza), dan mengambil bagian dalam menghadapi. Hal ini menurut Euro-Med Monitor sedikit mampu menggagalkan rencana Israel untuk melakukan pengungsian paksa penduduk Palestina dari Jalur Gaza, sebuah rencana yang telah berulang kali diperingatkan oleh banyak negara sejak dimulainya perang genosida Israel di Jalur Gaza.

“Kerja sama antara Israel, komunitas internasional, Yordania, Prancis, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Amerika Serikat,” kata juru bicara tentara Israel, Avichai Adraee.

Bantuan melalui udara berhasil mencapai puncaknya dengan pendaratan 160 paket pasokan makanan dan peralatan medis untuk kepentingan penduduk selatan Jalur Gaza dan rumah sakit lapangan Yordania di Khan Yunis.

Sementara itu, penduduk di wilayah utara Jalur Gaza masih belum mendapatkan bantuan. Menurut Euro-Med Monitor, hal ini menegaskan keputusan Israel untuk membuat penduduk di utara Jalur Gaza kelaparan dengan mencegah bantuan yang cukup untuk menjangkau mereka. Israel memberikan mereka sebuah hukuman karena tidak memenuhi perintah evakuasi ilegal Israel, yang mendorong mereka untuk meninggalkan rumah dan mengungsi ke selatan.

Euro-Med Monitor mengatakan bahwa pihaknya telah mendokumentasikan sejumlah kesaksian dari penduduk di kota Gaza dan bagian utara Jalur Gaza, yang menerima panggilan telepon dari tentara Israel selama beberapa hari terakhir yang meminta mengungsi ke Selatan.

Selama panggilan telepon tersebut, warga diminta dengan jelas dan tegas untuk pindah ke bagian tengah dan selatan Jalur Gaza untuk mendapatkan makanan dan air serta menghindari kematian akibat kelaparan. Penduduk Gaza bersaksi bahwa mereka menerima rekaman pesan dari tentara yang memberi tahu bahwa bantuan kemanusiaan hanya diperbolehkan di wilayah Al-Mawasi, karena tentara masih “beroperasi secara paksa” di wilayah lain.

Meskipun kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi lebih dari 2,3 juta orang yang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, Euro-Med Monitor menyebut bahwa pasokan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza pada bulan Februari turun 50 persen dibandingkan bulan Januari.

Terlepas dari semakin meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel dan sekutunya, serta keputusan Mahkamah Internasional untuk meningkatkan masuknya pasokan bantuan kemanusiaan dan untuk memastikan masuk dan distribusinya dengan cara yang cepat, efektif, dan tanpa hambatan, pada bulan Februari rata-rata hanya 98 truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza setiap hari, yang berarti setengah dari jumlah truk yang masuk pada bulan Januari.

“Jumlah truk yang memasuki Gaza sebelum 7 Oktober 2023 adalah 500 truk per hari,” tegas Euro-Med Monitor.

Euro-Med Monitor menilai bahwa kebutuhan aktual penduduk Jalur Gaza pada saat ini bahkan sudah melebihi jumlah bantuan tersebut. Hal ini karena Israel secara luas menargetkan kebutuhan paling dasar penduduknya, ditambah hancurnya kemampuan produksi dalam negeri di Jalur Gaza. Israel melakukan mengebom dan menghancurkan atau secara sengaja memutus semua sumber produksi, termasuk bahan bakar, listrik, dan bahan mentah, di tengah blokade total yang brutal selama lima bulan terakhir.

Selain itu, penduduk Jalur Gaza mempunyai kebutuhan medis yang lebih besar dibandingkan sebelumnya, terutama bagi orang sakit dan korban luka-luka, perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. Kebutuhan ini akibat banyaknya korban dan cedera setiap hari akibat serangan militer Israel, penyebaran penyakit menular dan epidemi yang semakin cepat, serta tidak adanya petugas kesehatan akibat pemboman, pengepungan, dan gangguan pasokan oleh Israel.

Euro-Med Monitor menegaskan bahwa alih-aling mengizinkan perluasan operasi bantuan dan mempermudah pasokan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza, Israel sengaja meningkatkan pembatasan terhadap truk bantuan yang mencoba mengakses daerah Jalur Gaza. Israel juga terus melakukan operasi militer, yang menyebabkan memperparah krisis kemanusiaan yang meluas di Jalur Gaza. Tidak hanya itu, langkah-langkah keamanan Israel membuat sangat penyaluran bantuan melalui Rafah dan Kerem Shalom, dua perlintasan perbatasan yang khusus diperuntukkan bagi masuknya bantuan kemanusiaan.

Pada saat yang sama, Israel terus dengan sengaja memperketat pembatasan masuknya pasokan kemanusiaan ke kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza. Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengatakan bahwa terakhir kali UNRWA dapat mengirimkan bantuan makanan ke Gaza utara adalah pada tanggal 23 Januari, ketika UNRWA mencoba memasukkan 35 konvoi; akan tetapi hanya sekitar 10 konvoi yang diizinkan masuk.

Selain itu, Israel secara rutin menargetkan petugas polisi sipil yang bertugas mengamankan konvoi bantuan dan administrasi penyeberangan Kerem Shalom, menjadikan kekacauan sebagai penyebab utama situasi ketika bantuan tiba dan semakin melemahkan distribusi bantuan tersebut.

Euro-Med Monitor menyebut bahwa tentara Israel secara teratur menargetkan penduduk kota Gaza yang mencoba menerima pasokan kemanusiaan, baik dengan tembakan atau tembakan artileri. Kekerasan ini telah mengakibatkan ratusan korban jiwa dan luka-luka, serta intimidasi terhadap penduduk sipil yang kesulitan mencari makan dan kelaparan.

Euro-Med Monitor menekankan bahwa pembatasan Israel terhadap masuknya pasokan kemanusiaan ke kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza memiliki konsekuensi yang jelas. Hal ini memaksa penduduk Palestina untuk membuat keputusan mengejutkan seperti mengonsumsi pakan ternak agar dapat bertahan hidup.

Menurut perkiraan PBB, setidaknya 576.000 orang di Jalur Gaza atau sekitar 25 populasi Jalur Gaza pada saat ini benar-benar mengalami kelaparan. Satu dari setiap enam anak di bawah usia dua tahun di kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza mengalami kekurangan gizi parah. Euro-Med Monitor menambahkan bahwa menurut lembaga internasional yang fokus pada kesejahteraan orang tua, HelpAge, ada sekitar 111.500 orang lanjut usia di Jalur Gaza menghadapi penderitaan yang tak tertandingi, termasuk kelaparan, dehidrasi, penyakit, dan risiko kematian yang tinggi.

Euro-Med Monitor menegaskan bahwa semua tindakan Israel berkontribusi terhadap kelaparan yang sudah diperhitungkan terhadap penduduk sipil Palestina, sehingga memperburuk krisis yang ada.

Tindakan-tindakan ini mencakup serangan terhadap pekerja kemanusiaan, penutupan pintu perbatasan, dan pembatasan pergerakan yang ketat, yang semuanya berkontribusi pada runtuhnya sistem kemanusiaan di Jalur Gaza. Hal yang juga cukup besar pengaruhnya adalah pembatasan komunikasi, sangat kurangnya peralatan, dan jalur pasokan bantuan yang tidak dapat dilewati akibat jalan hancur karena pemboman, dan dampak lain dari serangan militer Israel.

Euro-Med Monitor menegaskan bahwa Israel melakukan hukuman kolektif di Jalur Gaza, untuk membuat seluruh penduduk kelaparan dan menjerumuskan mereka pada risiko kematian. Israel juga menggunakan kelaparan sebagai taktik perang yang merupakan kejahatan dan ilegal menurut hukum internasional. Ini dilakukan Israel sebagai bagian kejahatan genosida terhadap penduduk Jalur Gaza yang telah berlangsung selama lima bulan.

Euro-Med Monitor menekankan bahwa Statuta Roma menetapkan serangan yang disengaja terhadap personel dan kendaraan yang terlibat dalam misi bantuan kemanusiaan sebagai kejahatan perang, karena tindakan tersebut dengan sengaja menghalangi pasokan bantuan.

Demi mencegah bencana kelaparan massal yang akan datang di Jalur Gaza, Euro-Med Monitor mendesak masyarakat internasional untuk segera memberikan tekanan pada Israel agar menghentikan serangan kelaparan terhadap penduduk sipil Palestina di Jalur Gaza dan meminta pertanggungjawaban atas berbagai kejahatan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza dan seluruh penduduk Palestina.

Selain itu, Euro-Med Monitor juga menyerukan intervensi internasional yang lebih efektif dan tegas untuk memastikan pengiriman pasokan kemanusiaan yang aman, lengkap, tanpa hambatan apa pun, dan memastikan akses bagi semua orang yang terkena dampak untuk mendapat layanan dasar dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Israel yang telah diadili di hadapan pengadilan internasional atas tuduhan melakukan genosida terhadap warga Palestina, masih terus melancarkan perang dahsyat di Gaza yang hingga hari Minggu (03/03), telah membunuh 30.410dan melukai 71.700 orang, di mana sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Ribuan penduduk Palestina di Jalur Gaza masih hilang di bawah reruntuhan bangunan yang dibom Israel.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: Euro-Med Monitor)

leave a reply
Posting terakhir