Jenewa, SPNA - Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), pada Selasa (05/03/2024), memperingatkan akan adanya peningkatan jumlah kematian yang besar di kalangan anak-anak akibat kekurangan gizi yang cukup parah di Jalur Gaza.
UNICEF menyebutkan tingkat malnutrisi pada anak-anak di bawah usia lima tahun di wilayah utara Jalur Gaza tiga kali lebih tinggi dibandingkan di Rafah, di wilayah selatan Jalur Gaza.
“Kami melihat kematian (akibat kekurangan gizi) yang telah lama kami khawatirkan. Kami melihat kematian ini akan terus meningkat. Kita akan melihat ledakan kematian anak-anak jika krisis gizi yang terus memburuk tidak segera diselesaikan di Jalur Gaza,” kata Juru bicara UNICEF, James Elder.
Meningkatnya pertempuran di Jalur Gaza mempunyai dampak buruk bagi anak-anak dan keluarga mereka. Ribuan anak-anak dibunuh dan ribuan lainnya mengalami luka-luka.
UNICEF menyebut bahwa sekitar 1,7 juta orang di Jalur Gaza diperkirakan telah menjadi pengungsi internal, mayoritasnya mengungsi ke selatan Jalur Gaza, di mana setengah pengungsi ini adalah anak-anak. Mereka tidak memiliki cukup akses terhadap air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan. Rumah mereka telah hancur dan keluarga mereka terpecah belah.
Lebih dari 600.000 anak, yang merupakan setengah dari populasi pengungsi, kini terjebak di Rafah. Tidak ada tempat yang aman bagi pengungsi ini untuk pergi.
UNICEF menegaskan bahwa perang mempunyai aturan dan seharusnya tidak ada anak yang boleh terputus dari layanan-layanan penting atau dari jangkauan bantuan kemanusiaan. Tidak ada anak yang boleh disandera atau dimanfaatkan dengan cara apa pun dalam konflik bersenjata.
“Sesuai dengan hukum humaniter internasional, rumah sakit dan sekolah harus dilindungi dari pemboman dan tidak boleh digunakan untuk tujuan militer. Kerugian yang dialami anak-anak dan kelompok mereka akibat kekerasan ini akan ditanggung oleh generasi mendatang,” kata UNICEF.
Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Rabu (06/03), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 30.717 orang dan 72.156 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.
Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
(T.FJ/S: UNICEF, Palinfo)