Protes Genosida Gaza, Aktivis Pro-Palestina Hancurkan Lukisan James Balfour di Inggris

Deklarasi Balfour dikeluarkan pada tahun 1917, dan menjadi faktor utama berdirinya negara Israel di tanah Palestina yang diduduki pada tahun 1948, sedangkan Palestina masih menunggu untuk mendirikan negara merdekanya hingga saat ini.

BY 4adminEdited Sun,10 Mar 2024,02:33 AM

London, SPNA - Aktivis pro-Palestina menghancurkan lukisan mantan Menteri Luar Negeri Inggris yang cukup terkenal, Arthur James Balfour, pada Jumat (08/03/2024), yang menjanjikan Israel sebuah tanah air nasional di tanah bangsa lain, Palestina. Ia merusak lukisan Balfour yang dipajang di Trinity College, Universitas Cambridge, untuk memprotes kejahatan Israel Israel di Jalur Gaza.

Akun Palestine Action di platform X, memposting adegan seorang aktivis menyemprotkan cat dan merobek lukisan “Lord Balfour”, yang berasal dari tahun 1914.

Palestine Action menyatakan bahwa Deklarasi Balfour tahun 1917 adalah alasan hilangnya tanah air Palestina. Kelompok Palestine Action melakukan tindakan ini untuk menekankan peran historis dan bahkan peran saat ini pemerintahan Inggris dalam kejahatan pendudukan Palestina.

“Deklarasi Balfour yang ditulis pada tahun 1917 adalah penyebab awal pembersihan etnis di Palestina, dengan menjanjikan tanah (Palestina) tersebut (kepada Zionis Yahudi), yang tidak pernah berhak dimiliki oleh Inggris,” sebut Palestine Action.

Deklarasi Balfour dikeluarkan pada tahun 1917, dan menjadi faktor utama berdirinya negara Israel di tanah Palestina yang diduduki pada tahun 1948, sedangkan Palestina masih menunggu untuk mendirikan negara merdekanya hingga saat ini.

 

Deklarasi Balfour

Pada 2 November 1917, Menteri Luar Negeri Inggris saat itu Arthur James Balfour (yang kemudian menjabat sebagai Perdana Menteri) mengirimkan surat kepada Lionel Walter Rothschild, salah satu pemimpin gerakan Zionis, yang kemudian dikenal sebagai “Deklarasi Balfour.”

Teks surat tersebut menyatakan: “Pemerintahan Yang Mulia (Inggris) mendukung pembentukan tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina dan akan mengerahkan upaya terbesarnya untuk memfasilitasi pencapaian tujuan ini.”

Dalam suratnya, Balfour mengklaim bahwa Inggris akan melindungi hak-hak warga negara lain yang tinggal di Palestina, yang tidak pernah dipatuhinya.

Janji tersebut bertepatan dengan pendudukan Inggris atas seluruh wilayah bersejarah Palestina selama Perang Dunia I (1914-1918). Setahun kemudian, Italia dan Perancis mengumumkan persetujuannya, diikuti dengan persetujuan Amerika pada tahun 1919, kemudian Jepang menyusul pada tahun yang sama.

Selama pendudukan Inggris di Palestina (1917-1948), London berupaya mendatangkan orang-orang Yahudi dari seluruh negara di dunia, mengorganisasi mereka, dan memberi mereka dukungan untuk mendirikan negara Israel. Ratusan ribu penduduk asli Palestina diusir dari tanah air tempat mereka tinggal demi memuluskan proyek negara Israel. Hingga saat ini, Palestina belum mendapatkan hak mereka untuk mendirikan sebuah negara Merdeka di tanah mereka sendiri akibat pendudukan yang dilakukan Israel atas dukungan Amerika Serikat, Inggris, dan sekutunya.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Sabtu (09/03), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 30.960 orang dan 72.524 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: Aljazeera)

leave a reply
Posting terakhir