Gaza, SPNA - Lembaga Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), pada Jumat (15/03/2024), mengatakan bahwa satu dari tiga anak di bawah usia dua tahun di utara Jalur Gaza menderita malnutrisi parah.
“Malnutrisi di kalangan anak-anak menyebar dengan cepat dan mencapai tingkat yang sangat buruk, serta belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza. Ini terjadi karena dampak perang yang meluas dan berlanjutnya pembatasan terhadap pengiriman bantuan,” kata UNICEF.
UNICEF menyebut bahwa sebanyak 23 anak telah meninggal dunia di utara Jalur Gaza karena malnutrisi dan kelaparan dalam beberapa minggu terakhir. Pemeriksaan gizi yang dilakukan oleh UNICEF dan mitranya di wilayah utara Jalur Gaza pada bulan Februari menemukan bahwa 4,5 persen anak-anak di rumah sakit dan pusat kesehatan menderita wasting (malnutrisi yang parah).
“(Wasting ini) suatu bentuk malnutrisi yang paling mengancam jiwa, sehingga membuat anak-anak lebih berisiko mengalami komplikasi medis dan kematian kecuali mereka menerima perawatan dan nutrisi mendesak, yang (sayangnya) tidak tersedia,” kata UNICEF.
UNICEF menyebutkan bahwa pemeriksaan tersebut juga menemukan bahwa jumlah malnutrisi akut pada anak-anak di bawah usia lima tahun di wilayah utara Jalur Gaza telah meningkat dari 13 persen menjadi 25 persen.
“Kecepatan krisis malnutrisi yang parah di Gaza ini sangat mengejutkan, terutama ketika bantuan yang sangat dibutuhkan, hanya tersedia di lokasi yang jaraknya sangat jauh. Kami telah berulang kali mencoba memberikan bantuan tambahan dan berulang kali menyerukan agar tantangan akses yang kami hadapi selama berbulan-bulan harus diatasi” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.
Catherine Russell menyebutkan bahwa kondisi anak-anak semakin hari semakin parah. Ia mengatakan bahwa upaya UNICEF untuk memberikan bantuan yang mampu menyelamatkan nyawa terhambat oleh pembatasan yang dilakukan Israel, yang seharusnya tidak perlu mengorbankan nyawa anak-anak.
Pemeriksaan UNICEF yang dilakukan untuk pertama kalinya di Khan Yunis, di wilayah tengah Jalur Gaza, menunjukkan bahwa sebanyak 28 persen anak-anak di bawah usia dua tahun menderita melnutrisi akut dan lebih dari 10 persen di antaranya menderita wasting di tingkat yang parah.
“Bahkan di Rafah, hasil tes pada anak-anak di bawah usia dua tahun meningkat dua kali lipat dari lima persen yang menderita kekurangan gizi akut pada bulan Januari menjadi sekitar 10 persen pada akhir bulan Februari. Angka wasting parah meningkat hingga empat kali lipat, dari awalnya satu persen menjadi lebih dari empat persen dalam sebulan,” kata Catherine Russell.
Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Jumat (15/03), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 31.490 orang dan 73.439 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.
Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
(T.FJ/S: Palinfo)