Serangan Biadab Israel terhadap Rumah Sakit Al-Shifa Terus Berlanjut

Rumah Sakit Al-Shifa dulunya merupakan fasilitas medis terbesar dan terlengkap di Jalur Gaza. Sekarang, mereka tidak mempunyai sarana untuk merawat pasien sama sekali. Infeksi tersebar di antara pasien yang terperangkap di rumah sakit dan perawat yang dieksekusi.

BY 4adminEdited Sun,24 Mar 2024,10:25 AM

Gaza, SPNA - Ketika Israel terus melanjutkan serangannya terhadap Kompleks Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza untuk hari ketujuh berturut-turut pada tanggal 24 Maret. Kantor Media Pemerintah Gaza diberitahu staf medis dan pengungsi yang terjebak di dalam Al-Shifa bahwa tentara Israel mengancam mereka dengan penghancuran rumah sakit tersebut. Israel juga menyiksa, menginterogasi, dan melakukan eksekusi.

“Ada kesaksian dari dalam kompleks Rumah Sakit Al-Shifa yang menunjukkan bahwa tentara pendudukan Israel mengancam staf medis di dalam gedung rumah sakit dan para pengungsi, bahwa mereka akan mengebom gedung-gedung tersebut dan menghancurkan mereka secara langsung atau bahwa mereka akan disiksa, diselidiki, dan dibunuh,” kata kantor media pemerintah Palestina di Gaza.

Rumah Sakit Al-Shifa dulunya merupakan fasilitas medis terbesar dan terlengkap di Jalur Gaza. Sekarang, mereka tidak mempunyai sarana untuk merawat pasien sama sekali. Infeksi tersebar di antara pasien yang terperangkap di rumah sakit dan perawat yang dieksekusi.

Invasi Rumah Sakit Al-Shifa ini dipasarkan oleh tentara Israel sebagai “penghancuran” lebih lanjut terhadap Hamas, yang mengklaim telah menangkap sedikitnya 500 orang dan membunuh 170 pejuang. Israel bersikukuh bahwa pejuang perlawanan “terkurung” di rumah sakit.

Dalam pernyataan video pada hari Kamis, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan serangan itu akan berlanjut selama “beberapa hari lagi.” Ia mengklaim pasukan Israel telah menahan lebih dari “500 tersangka, 358 di antaranya adalah Hamas dan Jihad Islam” dan menyebarkan kolase foto yang mengaku memperlihatkan wajah mereka.

Namun, tentara tidak memberikan bukti pendukung terkait identitas para tahanan dan beberapa foto berasal dari kartu identitas Otoritas Palestina. Pihak militer kemudian mengakui bahwa kolase foto tersebut secara keliru menyertakan orang-orang “yang belum tertangkap”.

“Karena kesalahan manusia, ada beberapa foto dalam grafik teroris yang belum tertangkap tetapi menurut informasi yang kami miliki, berada di area rumah sakit dan bercokol di sana. Ketika operasi selesai, identitas seluruh teroris akan dipublikasikan,” klaim militer Israel.

Pada tanggal 21 Maret, seorang pejabat keamanan Hamas mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa foto para tahanan yang dirilis oleh tentara Israel tidak akurat, menambahkan bahwa beberapa berada di luar Jalur Gaza, beberapa sudah dibunuh dalam serangan pemboman Israel, dan beberapa foto sebelumnya sudah pernah dirilis. Ia mengatakan bahwa klaim bahwa puluhan pemimpin perlawanan ditangkap adalah salah dan menganggapnya sebagai perang psikologis.

Salah satu laki-laki dalam kolase foto tersebut adalah Dokter Anak Anwar Sheikh Khalil, Dekan Fakultas Kedokteran di Universitas Islam Gaza.

Sejumlah saksi mata di rumah sakit yang mengatakan bahwa “semua laki-laki,” termasuk pasien sakit dan cacat fisik, telah diculik oleh tentara Israel.

“Mereka meminta kami pada waktu fajar dengan pengeras suara untuk keluar atau mereka akan mengebom gedung tersebut,” kata perempuan bernama Mariam.

Seorang pasien berusia 60 tahun yang diwawancarai media Perancis, AFP, mengatakan bahwa tentara memaksanya melepas pakaian, dan matanya ditutup serta diinterogasi sebelum dibebaskan.

Direktur Jenderal Kantor Penerangan Pemerintah, Ismail Al-Thawabta, menyatakan pasukan Israel membunuh lebih dari 100 orang di dalam Kompleks Al-Shifa, termasuk beberapa tenaga medis yang dieksekusi di dalam kompleks tersebut.

Ismail Thawabta melaporkan bahwa empat pasien meninggal dunia di dalam rumah sakit ketika pasukan Israel menghalangi perawatan mereka. Sementara itu, tahanan dan saksi mata yang baru dibebaskan Israel mengatakan kepada lembaga pemantau HAM internasional, Euro-Med Monitor, pada awal pekan ini bahwa pasukan Israel mengeksekusi korban penculikan dari rumah sakit.

Seorang korban yang meminta untuk diidentifikasi sebagai “M.K.” menyatakan kepada Euro-Med Monitor bahwa tentara Israel menahan dan memborgolnya di halaman rumah sakit. Ia dibiarkan telanjang selama lebih dari sembilan jam.

“Sekitar empat kali selama waktu tersebut, saya melihat tentara membawa sekelompok orang-orang yang ditahan, antara tiga orang dan tidak sampai lebih dari 10 orang, ke dalam gedung rumah sakit, khususnya gedung kamar mayat tempat jenazah sebelumnya disimpan. Terdengar suara tembakan, dan tentara kemudian meninggalkan daerah itu untuk membawa kelompok lain ke sana,” kisah M.K.

Saksi lain, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan, yang baru-baru ini dapat meninggalkan Rumah Sakit Al-Shifa, mengonfirmasi kepada tim Euro-Med Monitor bahwa ia menyaksikan tentara Israel membawa delapan atau 10 penduduk sipil Palestina sekaligus menuju kamar mayat. Ia kemudian mendengar suara tembakan keras dan kemudian melihat pasukan Israel pergi tanpa penduduk sipil yang dibawa sebelumnya.

Korban yang dibawa tentara Israel tersebut kemungkinan besar telah menjadi sasaran pembunuhan dan eksekusi di luar hukum, karena semua informasi yang diperoleh tim lapangan Euro-Med Monitor menunjukkan bahwa sejak Rumah Sakit Al-Shifa dipulihkan pada Minggu/Senin malam, sekitar 100 penduduk Palestina dibunuh oleh tembakan Israel di dalam dan di luar Rumah Sakit tersebut.

Tentara Israel telah mengakui bahwa mereka telah membunuh 90 orang selama operasi militer yang sedang berlangsung di Rumah Sakit Al-Shifa. Sebuah komite internasional harus dibentuk untuk menyelidiki kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh pasukan Israel sebagai bagian dari kejahatan genosida, yang mencakup pembunuhan terencana dan eksekusi terhadap penduduk sipil yang berada di luar proses hukum dan peradilan.

Sementara itu, sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Sabtu (23/03), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 32.142 orang dan 74.412 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: The Cradle, Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir

Biadab, Israel Jatuhkan Bom ke Rumah Sakit Anak di Jalur Gaza

Militer pendudukan Israel melancarkan serangkaian serangan udara intensif di berbagai wilayah Jalur Gaza, yang sebagian besar terkonsentrasi di barat dan barat laut Kota Gaza. Pesawat-pesawat tempur dan artileri, melancarkan beberapa serangan di Kamp Al-Shati dan daerah barat Kota Gaza. Militer Israel juga mengebom daerah sekitar Rumah Sakit Al-Shifa.