Terbukti Salah! The New York Times Klaim Pejuang Palestina Lakukan Pemerkosaan Massal

Sebuah laporan baru Haaretz, membantah beberapa klaim palsu bahwa pejuang Palestina, Hamas, melakukan pemerkosaan massal pada tanggal 7 Oktober, termasuk bahwa paku ditancapkan ke selangkangan seorang perempuan.

BY 4adminEdited Sun,21 Apr 2024,06:28 PM
Serangan kelompok perlawanan Palestina ke Israel pada 7 Oktober 2023

Gaza, SPNA - Sebuah laporan oleh media Israel, Haaretz, yang diterbitkan pada tanggal 18 April mengakui bahwa tuduhan utama yang mengklaim pejuang Palestina, khususnya Hamas, melakukan pemerkosaan massal pada tanggal 7 Oktober 2023 adalah salah dan tidak berdasar, termasuk klaim mengejutkan yang dibuat oleh The New York Times bahwa paku ditancapkan ke selangkangan seorang wanita.

Pada tanggal 28 Desember, The New York Times menerbitkan sebuah artikel yang mengklaim bahwa mereka telah “melihat foto-foto mayat seorang wanita yang ditemukan oleh petugas tanggap darurat di reruntuhan kibbutz dengan lusinan paku yang ditancapkan di paha dan selangkangannya”.

Penulis artikel tersebut, Jeffrey Gettleman, Anat Schwartz, dan Adam Sella, mengutip foto tersebut sebagai bukti bahwa “serangan terhadap perempuan bukanlah peristiwa yang terisolasi, akan tetapi merupakan bagian dari pola kekerasan berbasis gender yang lebih luas pada 7 Oktober”.

Haaretz menyatakan dalam laporannya bahwa jurnalisnya telah melihat foto tersebut namun tampaknya foto tersebut tidak menunjukkan hal yang diklaim oleh The New York Times.

Foto itu diperlihatkan kepada Haaretz oleh Chaim Otmazgin, yang merupakan seorang komandan di tim layanan penyelamatan ZAKA dan seorang tentara cadangan Israel.

Relawan ZAKA diizinkan oleh tentara Israel untuk mengumpulkan mayat di berbagai tempat pada tanggal 7 Oktober, termasuk di Kibbutz Be'eri dan di festival Nova, di mana banyak orang terbunuh selama serangan Hamas, termasuk banyak di antaranya dibunuh oleh tentara Israel sendiri, sesuai dengan arahan Protokol Hannibal (yang mengizinkan tentara Israel membunuh penduduk sipil dan prajuritnya sendiri untuk mencegah musuh menawan mereka).

Surat kabar Israel ini melaporkan bahwa Otmazgin menunjukkan beberapa foto miliknya kepada Haaretz, termasuk satu foto yang menunjukkan paku telah dimasukkan ke dalam selangkangan. Foto itu diambil hampir seminggu setelah pembantaian dan jelas kualitasnya buruk.  Kemungkinan bahwa apa yang digambarkan memang paku nampaknya masuk akal, tentunya dikombinasikan dengan kesaksiannya, tetapi tidak mungkin untuk menentukan hal ini secara pasti.

Haaretz menambahkan bahwa jurnalisnya “melihat sebagian dari dokumentasi yang dimiliki Otmazgin selama pertemuan langsung – tetapi ia mengatakan tidak ingin membagikan sisanya untuk menghormati korban tewas dan keluarga mereka”.

Klaim pemerkosaan penting lainnya yang dilakukan Otmazgin telah terbukti salah.  Haaretz melaporkan lebih lanjut bahwa di salah satu kibbutzim dekat Gaza, Otmazgin menemukan “mayat seorang ibu dan kedua putrinya, dengan salah satu putrinya ditemukan di ruangan terpisah, pakaiannya ditarik ke bawah. Dia menyimpulkan, secara keliru, bahwa gadis itu telah telah diperkosa”.

Sebelum Otmazgin memasuki ruangan, jenazah sudah difoto dengan pakaian lengkap oleh ahli bahan peledak tentara (sappers) yang sedang menyisir rumah untuk memastikan aman untuk masuk.  Baru kemudian pakaian salah satu dari dua putrinya diturunkan.

Tidak jelas mengapa jenazah tersebut diseret, bukan dibawa, dan oleh siapa.  Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah Otmazgin atau orang lain berusaha melakukan adegan pemerkosaan dengan menurunkan pakaian perempuan itu setelah tim pencari peledak memotret mayat-mayat tersebut.

Haaretz juga mengutip laporannya pada bulan Desember bahwa Yossi Landau dari ZAKA menyebarkan dua cerita palsu tentang dugaan kekejaman Hamas pada tanggal 7 Oktober. Yossi Landau secara keliru mengklaim bahwa sekitar 20 mayat anak-anak yang diikat dan dibakar ditemukan di kibbutz dan ia mengaku menemukan mayat seorang wanita hamil yang perutnya telah dibelah.

Kisah wanita hamil, termasuk penyebaran video palsu yang diambil di waktu dan tempat berbeda, diulangi oleh juru bicara Israel.

Laporan Haaretz tanggal 18 April memberikan pengakuan penting lainnya.  Laporan ini menambahkan bahwa polisi Israel tidak memiliki bukti video mengenai kasus kekerasan seksual apa pun yang terjadi sejak 7 Oktober.

Pada tanggal 23 Oktober, tentara Israel menunjukkan video berdurasi 43 menit kepada jurnalis tertentu, mengklaim bahwa video tersebut menunjukkan kekejaman Hamas.

Mayor Jenderal Angkatan Darat Israel Mickey Edelstein, yang memberi pengarahan kepada wartawan setelah menonton, mengatakan bahwa “kami memiliki bukti” adanya pemerkosaan tetapi “kami tidak dapat memberikannya”. Ia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut. Namun, Haaretz melaporkan bahwa ternyata materi intelijen yang dikumpulkan oleh polisi dan badan intelijen, termasuk rekaman dari kamera tubuh kelompok perlawanan Palestina, tidak berisi dokumentasi visual dari tindakan pemerkosaan itu sendiri.

Haaretz mencatat laporan sebelumnya pada bulan November, yang menunjukkan  bahwa polisi tidak mengumpulkan bukti forensik apa pun mengenai tindakan kejahatan seks selama pembantaian tersebut.

Haaretz juga menambahkan bahwa ahli patologi forensik yang memeriksa tubuh telanjang seluruhnya atau sebagian untuk mengetahui kemungkinan pemerkosaan di pangkalan militer Syura tidak menemukan tanda-tanda pada tubuh tersebut yang membuktikan adanya hubungan seksual atau mutilasi alat kelamin.

Pada saat yang sama, para ahli patologi hanya punya waktu untuk memeriksa sekitar 25 persen mayat yang dibawa ke pangkalan Shura.

Laporan Haaretz juga membantah klaim yang dibuat oleh pejabat senior dan perwakilan Israel bahwa pejuang Hamas menerima perintah eksplisit dari pimpinan Hamas untuk memperkosa warga Israel selama serangan 7 Oktober.  “Kejahatan seks telah direncanakan sebelumnya,” klaim Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, pada bulan Desember.

Pernyataan serupa disampaikan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, seperti dilansir Washington Post. Namun, juru bicara Gallant mengatakan kepada Haaretz bahwa kutipan tersebut telah “mengalami distorsi dan Gallant tidak pernah mengatakan hal itu”.

Haaretz melaporkan bahwa setelah memeriksa beberapa badan keamanan, menyimpulkan bahwa Israel tidak memiliki bukti bahwa Hamas atau organisasi lain menerima perintah eksplisit untuk melakukan tindakan pemerkosaan.

Haaretz melaporkan bahwa Perwakilan Khusus PBB untuk Kekerasan Seksual dalam Konflik, Pramila Patten, mendesak Israel untuk menandatangani kerja sama dengan kantornya untuk menyelidiki secara tepat klaim pejuang Hamas melakukan pemerkosaan massal. Namun, Israel menolak melakukannya.

Bukan hanya menolak bekerja sama dengan badan khusus PBB untuk melakukan penyelidikan terkait tuduhan pemerkosaan massal, Israel melakukan hal yang sebaliknya.  Menteri Luar Negeri Israel, Yisrael Katz, bahkan menuduh PBB “membungkam kejahatan seks”.

Sementara itu, Israel dengan bantuan Amerika Serikat terus menerus melakukan serangan dan pemboman di Jalur Gaza yang menargetkan penduduk sipil, petugas esehatan, dan orang-orang tak berdosa.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Jumat (19/04), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 34.012 orang dan 76.833  lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 2 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: Haaretz, The Cradle)

leave a reply
Posting terakhir