Washington, SPNA - Sebuah survei yang diterbitkan CBS News dan YouGov, pada Jumat (07/06/2024), menunjukkan bahwa mayoritas warga Amerika Serikat mengatakan pemerintah AS tidak seharusnya mengirim senjata ke Israel, akan tetapi harus mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Survei menanyakan situasi terkait Israel dan Hamas, “Manakah yang harus dilakukan atau tidak dilakukan AS saat ini?”. Sebanyak 61 persen warga AS menanggapi hal ini dengan mengatakan AS tidak boleh mengirim senjata ke Israel.
Di antara anggota Partai Demokrat, sebanyak 77 persen mengatakan AS tidak boleh mengirimkan senjata, dibandingkan dengan 38 persen anggota Partai Republik.
Pada saat yang sama, 62 persen warga AS mengatakan AS harus mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza, sementara 38 persen menentangnya.
Survei tersebut menyoroti lemahnya pengaruh opini publik AS dan kuatnya pengaruh lobi Israel dan pejabat AS yang pro-Israel terhadap kebijakan luar negeri AS.
Meskipun mendapat tentangan kuat dari para pemilih di Partai Demokrat, Presiden AS Joe Biden telah memprioritaskan pengiriman senjata dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober tahun lalu.
“Apa yang segera dilakukan Amerika Serikat adalah mengirimkan aliran senjata yang luar biasa,” kata seorang mantan perwira Angkatan Darat AS kepada New York Times.
New York Times menambahkan bahwa ada banyak pengiriman senjata ke Israel sehingga seorang pejabat senior Pentagon mengatakan bahwa Departemen Pertahanan terkadang kesulitan menemukan pesawat kargo yang cukup untuk mengirimkannya.
Menteri Luar Negeri Biden, Antony Blinken, telah memainkan peran penting dalam memajukan pengiriman senjata ke Israel. Setelah perang dimulai, ia menyatakan solidaritasnya dengan Israel sebagai penganut agama Yahudi.
“Saya datang ke hadapan Anda tidak hanya sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. tetapi juga sebagai seorang Yahudi” kata Blinken kepada Israel dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di Tel Aviv.
Pada bulan April, hanya 37 anggota Partai Demokrat dan 21 anggota Partai Republik yang memberikan suara menentang rancangan undang-undang yang memberikan bantuan militer kepada Israel. Mayoritas besar, total 173 anggota, memberikan suara untuk menyetujui RUU tersebut.
Dukungan terhadap Israel dari anggota Kongres dari kedua partai politik kuat sebagian besar karena lobi pro-Israel, terutama American Israel Public Affairs Committee (AIPAC).
Dalam wawancara baru-baru ini dengan pembawa acara Tucker Carlson, anggota Kongres dari Partai Republik, Thomas Massie, mengatakan setiap anggota Kongres dari Partai Republik memiliki “pembimbing AIPAC,” yang ditugaskan untuk memberi nasihat kepada mereka mengenai isu-isu terkait dukungan terhadap Israel.
“Saya sudah mendapat empat anggota Kongres yang mengatakan, saya akan berbicara dengan orang AIPAC saya. Itulah yang kami sebut dengan mereka: ‘ini orang AIPAC saya’,” kata Thomas Massie.
AIPAC dan kelompok lobi Israel lainnya juga menyediakan dana yang signifikan untuk kampanye pemilu dan pemilu ulang.
Pada bulan April, AIPAC mengumumkan bahwa mereka memberikan 100 juta dolar untuk mengalahkan segelintir calon anggota Kongres dari Partai Demokrat dalam pemilu musim gugur ini yang telah menyatakan kritik terhadap perang Israel di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 15.000 anak dan secara luas dipandang sebagai genosida.
Upaya AIPAC dan lobi Israel lainnya jauh melebihi upaya aktivis Arab dan Yahudi yang menentang dukungan AS terhadap perang Israel di Gaza.
Sementara itu, sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Selasa (11/06), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 37.164 orang dan 84.832 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Sekitar 11.000 orang hilang, diperkirakan meninggal dunia di bawah reruntuhan rumah yang dibom oleh Israel.
Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,7 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
(T.FJ/S: The Cradle)