Gaza, SPNA - Tentara Israel, pada Sabtu (06/07/2024), melakukan pemboman intensif di sejumlah tempat di Jalur Gaza yang membunuh lima jurnalis dan puluhan penduduk Palestina lainnya selama 24 jam terakhir.
Kelima jurnalis tersebut adalah Amjad Jahjouh dari Badan Media Palestina dibunuh di Nuseirat, Wafa Abu Dabaan dari Radio Universitas Islam di Gaza dibunuh di Nuseirat, Rizq Abu Ashkian dari Badan Media Palestina dibunuh di Nuseirat, Saadi Madoukh dari Perusahaan Produksi Media Deep Shot dibunuh di Kota Gaza, dan Ahmed Sukkar dari Perusahaan Produksi Media Deep Shot yang dibunuh di Kota Gaza.
Pada pekan lalu, The Guardian menerbitkan investigasi yang menunjukkan sejumlah anggota militer Israel memandang jurnalis sebagai sasaran perang yang sah, meskipun tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di AS mencatat setidaknya 103 jurnalis dan pekerja media Palestina dibunuh Israel selama perang genosida di Jalur Gaza, di mana setidaknya 23 orang, bekerja untuk saluran TV dan radio resmi Hamas, Al-Aqsa.
Ketika ditanya tentang jurnalis Al-Aqsa yang dibunuh oleh Israel, juru bicara senior militer mengatakan kepada The Guardian bahwa “tidak ada perbedaan” bagi mereka yang bekerja untuk media tersebut dan menjadi anggota sayap bersenjata Hamas.
“Ini adalah pernyataan yang mengejutkan,” kata Adil Haque, profesor hukum di Universitas Rutgers di Amerika. Pandangan seperti itu merupakan “kesalahpahaman total atau sekadar pengabaian yang disengaja terhadap hukum internasional”.
The Guardian menambahkan bahwa para pejabat Israel telah berulang kali menyebut jurnalis yang tewas dalam perang sebagai “teroris”.
Irene Khan, pelapor khusus PBB untuk promosi dan perlindungan hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, mengatakan bahwa Israel telah menyebarkan disinformasi tentang jurnalis yang dikaitkan dengan militant, akan tetapi tidak pernah menunjukkan data pembuktian untuk membenarkan klaim tersebut.
“Secara psikologis sangat sulit. Begitu banyak jurnalis yang meninggal saat tidur bersama keluarga mereka. Ketika kami mewawancarai para penyintas, mereka mengatakan kepada bahwa mereka ada di rumah. 'Kami makan malam dan berbicara dengan tetangga. Dan ketika kami pergi tidur, mereka mengebom kami,'” kata Mohammed Abed, jurnalis foto AFP yang berbasis di Gaza.
Di lain kesempatan, militer Israel mengatakan mereka tidak sengaja menargetkan jurnalis, meskipun pemboman intensif terhadap jurnalis di Gaza telah membunuh banyak penduduk sipil Palestina dari semua lapisan masyarakat.
“Saya yakin jika Anda menghitung jumlah guru yang tewas, jumlah petugas kebersihan yang tewas, jumlah supir taksi, Anda akan mendapatkan angka yang lebih tinggi juga,” kata sumber senior militer Israel kepada The Guardian.
Serangan Israel secara luas dipandang sebagai genosida karena menargetkan hampir semua aspek kehidupan sipil di Jalur Gaza, termasuk gedung pemerintah, rumah, sekolah, masjid, gereja, rumah sakit, lahan pertanian, sumur dan pipa air, dan bahkan kuburan.
Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza, di tengah bencana kelaparan yang semakin parah.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Jumat (05/07), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 38.011 orang dan 87.445 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.
Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar lebih 1,7 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
(T.FJ/S: Palinfo, The Cradle)