Laporan: Israel Terbukti Perintahkan “Protokol Hannibal” yang Legalkan Bantai Warga Sendiri

Protokol Hannibal adalah langkah militer Israel untuk mencegah pihak musuh menawan tentara meskipun dengan mengorbankan nyawa tentara dan warga sipil sendiri. Tentara penjajah Israel adalah satu-satunya militer di dunia yang menerapkan protokol kontroversi tersebut.

BY 4adminEdited Tue,09 Jul 2024,03:44 PM
Rumah pemukim Israel, Pessi Cohen, yang diduga ikut dihancurkan militer Israel pada 7 Oktober 2023 di Kibbutz Be'eri. (Chaim Goldberg/Flash90)

Tel Aviv, SPNA - Media Israel, Haaretz, pada Minggu (07/07/2024), dalam laporan penyelidikannya mengungkapkan bahwa Israel mengeluarkan perintah untuk mengaktifkan Protokol Hannibal. Hannibal Directive atau disebut juga Protokol Hannibal militer Israel dikeluarkan sejak pukul 07:18 pagi tanggal 7 Oktober 2023. Protokol Hannibal ini memerintahkan pasukan Israel untuk membunuh tentara dan warga sipil mereka sendiri jika diperlukan agar tidak ditawan musuh, termasuk mengubah wilayah Israel sendiri menjadi “zona pembantaian”.

Dokumen yang diperoleh Haaretz, bersama dengan sejumlah kesaksian dari prajurit dan perwira senior dan menengah tentara Israel, mengungkapkan serangkaian perintah dan prosedur yang diterima oleh Divisi Gaza, Komando Selatan, dan Staf Umum Israel hingga sore hari pada tanggal 7 Oktober. Laporan menyebut rincian yang mengungkapkan betapa luasnya penggunaan Protokol Hannibal selama jam-jam pertama serangan Hamas, dan di berbagai titik di wilayah sekitarnya.

Laporan tersebut menambahkan bahwa para perwira militer Israel ini tidak mengetahui berapa banyak tentara dan warga sipil yang terluka akibat instruksi ini, akan tetapi dari informasi yang terkumpul, tampaknya cukup banyak dari mereka yang tampaknya cukup banyak dari warga Israel yang berada dalam zona bahaya, yang terkena tembakan tentara Israel, meskipun mereka bukan sasarannya.

Protokol Hannibal adalah kebijakan militer kontroversial Israel yang menyatakan bahwa militer Israel diperbolehkan membunuh tentara dan warga sipil Israel untuk mencegah mereka ditawan oleh musuh.

Pada tanggal 7 Oktober, tentara Israel melepaskan tembakan ke pangkalan militer mereka sendiri, permukiman, dan daerah perbatasan Jalur Gaza menggunakan senjata berat dari helikopter serang, drone, dan tank. Keputusan tersebut bertujuan untuk melenyapkan para pejuang Hamas yang menyerang Israel dari Gaza, meskipun itu berarti juga membunuh orang-orang Israel yang berhasil ditawan oleh Hamas selama operasi tersebut.

Akibatnya, sebagian besar dari 1.200 warga Israel yang tewas pada hari itu kemungkinan besar dibunuh oleh pasukan Israel.

Haaretz mengatakan bahwa Protokol Hannibal pertama kali dikeluarkan pada pukul 7:18 pagi sebagai respon terhadap pejuang Palestina dari sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, yang menculik tentara dari penyeberangan Erez yang berdekatan dengan markas koordinasi dan penghubung tentara di perbatasan Jalur Gaza.

Protokol Hannibal tersebut dikeluarkan lagi pada pukul 7:41 pagi untuk memastikan “tidak ada tentara yang akan dibawa pergi” ketika pejuang Al-Qassam menyerang markas militer Israel tersebut. Ini membantah laporan sebelumnya di media Israel menyatakan bahwa Protokol Hannibal baru dikeluarkan sekitar tengah hari.

Protokok Hannibal dikeluarkan lagi pada pukul 10:19 di pangkalan militer Re’im yang menjadi markas Divisi Gaza tentara Israel. Brigadir Jenderal Avi Rosenfeld mengeluarkan perintah kepada helikopter Israel untuk melepaskan tembakan ke pangkalan itu sementara dirinya dibarikade di dalam pusat komando bawah tanahnya.

Pada saat itu, pasukan khusus Israel dari Unit Shaldag sedang memerangi pejuang Al-Qassam baik di dalam maupun di luar markas.

Berdasarkan laporan Haaretz, Protokol Hannibal dikeluarkan untuk “memastikan tidak ada tentara di luar; pasukan yang datang untuk membersihkan pangkalan” terdengar di jaringan komunikasi tentara.

Berdasarkan laporan sebelumnya yang dikeluarkan media Israel lainnya, Yedioth Ahronoth, helikopter serang Apache Israel melepaskan tembakan ke pangkalan militer Re’im tersebut, ladang, serta hutan di sekitarnya.

Perintah juga diberikan kepada helikopter untuk menyerang pos terdepan Nahal Oz, di mana pejuang Al-Qassam berhasil menawan tujuh tentara.

Sumber keamanan senior mengatakan keputusan untuk menyerang di dalam pangkalan militer Rei'm dan pangkalan lainnya “akan menjadi tanggung jawab para komandan senior tersebut selama sisa hidup mereka dan siapa pun yang membuat keputusan seperti itu tahu bahwa para pejuang di lapangan bisa dirugikan”.

Pada pukul 10:32, Protokol Hannibal baru diberikan. Brigadir Jenderal Rosenfeld menginstruksikan “semua batalyon di sektor ini” untuk “menembakkan mortir ke arah sektor tersebut.”

Haaretz melaporkan bahwa keputusan ini mendapat kritik keras karena tentara Israel tidak memiliki gambaran lengkap tentang seluruh kekuatan di lapangan, di mana masih terdapat pejuang serta banyak warga sipil Israel, di mana beberapa dari mereka tinggal di daerah terbuka dan hutan dekat perbatasan, di mana mereka berusaha bersembunyi dari para pejuang Palestina.

Banyak warga sipil berada di area terbuka dan lapangan dekat perbatasan karena ribuan warga Israel menghadiri Festival Musik Nova yang hanya berjarak beberapa kilometer dari pangkalan Re’im. Ketika serangan Hamas dimulai, pengunjung pesta berlindung di ladang dan hutan di sekitar lokasi festival.

Seperti yang dilaporkan media The Cradle sebelumnya, helikopter serang Israel membunuh penonton Festival Musik Nova, termasuk banyak orang yang dibakar hidup-hidup oleh tembakan rudal dan tembakan senapan mesin kaliber tinggi.

Haaretz mengatakan bahwa Protokol Hannibal dikeluarkan lagi pada pukul 11:22 ketika perintah diberikan yang menyatakan bahwa “tidak ada kendaraan yang boleh masuk kembali ke Jalur Gaza”.

Perintah ini berarti izin untuk membunuh warga Israel yang ditawan oleh pejuang Hamas dari permukiman dan Festival Musik Nova karena “jelas bagi semua orang bahwa mereka dapat diculik di dalam kendaraan,” kata sumber militer di Komando Selatan kepada Haaretz.

“Tidak ada kasus di mana mereka menyerang kendaraan yang bisa mereka identifikasi ada korban penculikan, akan tetapi juga tidak mungkin untuk mengetahui apakah ada korban penculikan di dalam kendaraan tersebut. Saya tidak bisa mengatakan bahwa ada arahan yang jelas, tapi semua orang sudah jelas tentang arti tidak ada kendaraan yang boleh kembali ke Gaza,” kata sumber tersebut.

Protokol Hannibal lainnya dikeluarkan lagi pada sekitar pukul 14.00, yang menyatakan bahwa semua pasukan tempur dilarang meninggalkan permukiman dan menuju ke barat ke perbatasan Jalur Gaza untuk mengejar pejuang Hamas.

“Pada jam-jam tersebut, area pagar (perbatasan Jalur Gaza) menjadi ladang api bagi semua orang yang berada di sana. Sebuah bahaya yang mustahil untuk dihindari,” kata laporan Haaretz.

“Instruksinya adalah mengubah area pagar menjadi zona pemusnahan, menutup jalur kontak ke arah barat (yang menuju Jalur Gaza),” kata sumber militer di Komando Selatan.

Mengenal Protokol Hannibal?

Protokol Hannibal adalah langkah militer Israel untuk mencegah pihak musuh menawan tentara meskipun dengan mengorbankan nyawa tentara dan warga sipil sendiri. Tentara penjajah Israel adalah satu-satunya militer di dunia yang menerapkan protokol kontroversi tersebut.

Protokol Hannibal diterapkan sejak tahun 2001, akan tetapi sejumlah pensiunan tentara Israel dan beberapa media Israel mengatakan bahwa gagasan ini muncul sejak perjajian tukar tawanan antara Israel dan Barisan Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP), yang dipimpin oleh Jenderal Ahmad Jibril tahun 1985.

Pada tahun 1982 PFLP berhasil menawan sejumlah tentara penjajah Israel. Selama lebih dari 3 tahun Israel berupaya mencari mereka akan tetapi gagal. Akhirnya Israel terpaksa menandatangani perjanjian dengan PFLP untuk  membebaskan 1125 warga Palestina yang ditawan tentara penjajah Israel, diantaranya adalah tawanan yang didakwa hukuman mati. Israel saat itu menderita kerugian besar.

“Perjanjian 1985 menjadi cikal bakal munculnya Protokol Hannibal yang bertujuan mencegah Israel agar tidak sampai terlibat dalam perjanjian tukar tawanan yang merugikan serta merusak citra Israel di mata dunia,” kata jurnalis Israel dari Haaretz, Uri Misgav.

Setelah tahun 1985 Israel berkali-kali melakukan perjanjian tukar tawanan dan harus membayar mahal untuk setiap prajurit yang ditangkap. Pensiunan tentara Israel, Shalom Ben Moshe, mengatakan bahwa pada tahun 2011 Israel terpaksa membebaskan 1027 tawanan Palestina agar pejuang Palestina Al-Qassam membebaskan seorang prajurit Israel yaitu Gilad Shalit. Ia menjadi satu-satunya dari 11 prajurit Israel yang selamat dari Protokol Hannibal dan mendekam dalam tawanan Al-Qassam di Jalur Gaza selama 5 tahun.

Analis militer Israel, Eyal Alima, mengatakan kepada Aljazera, Protokol Hannibal akan diterapkan dengan lebih tegas, dimana tentara diinstruksikan untuk “menghalalkan segala cara” agar tentara Israel tak sampai ditawan musuh, meskipun harus terlibat dalam kontak senjata panas di wilayah Israel dan membunuh tentara tersebut.

“Banyak dari kebijakan yang dilakukan militer Israel yang sengaja dirahasiakan, bahkan tidak diketahui oleh prajurit yang bertugas,” kata Eyal Alima.

Sebagaimana dilansir Al-Araby, terdapat berbagai dokumen rahasia yang berkaitan dengan protokol Hannibal tersebut, yang tidak dapat diakses kecuali oleh pejabat tinggi militer Israel.

Sejumlah analis politik menilai bahwa Protokol Hannibal yang membunuh warga sipil Israel sendiri pada 7 Oktober 2023 digunakan sebagai kambing hitam untuk menuduh pejuang Palestina demi melegalkan perang genosida di Jalur Gaza yang sampai saat ini masih berlangsung.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza, di tengah bencana kelaparan yang semakin parah.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (08/07), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 38.153 orang dan 87.828 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar lebih 1,7 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: The Cradle, Aljazeera)

Timur Tengah, Palestina, Israel, Agresi Israel, Jalur Gaza, Pelanggaran HAM, Pelanggaran Hukum Internasional

leave a reply
Posting terakhir