The Lancet: Korban Jiwa Pemboman Israel di Jalur Gaza Lebih 186 Ribu Orang

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza telah melaporkan lebih dari 38.000 penduduk Palestina meninggal dunia sejak awal perang, di mana angka ini merupakan data yang diperoleh dari berbagai rumah sakit. Namun penghitungan jumlah korban jiwa dan luka-luka menjadi semakin sulit bagi Kementerian Kesehatan akibat perang yang tidak berhenti dan berlarut-larutnya, yang kini memasuki bulan kesepuluh.

BY 4adminEdited Thu,11 Jul 2024,03:12 AM

Gaza, SPNA - Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet, pada Jumat (05/07/2024), menyebutkan bahwa dampak akumulatif dari perang genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza sebenarnya bisa mencapai lebih dari 186.000 orang. Serangan Israel terhadap Gaza dapat menyebabkan 149.000 hingga 598.000 kematian warga Palestina jika serangan ini segera diakhiri.

Jurnal medis tersebut menerbitkan korespondensi penelitian antara dokter dan pakar kesehatan masyarakat pada tanggal 5 Juli terkait kesulitan penghitungan jumlah korban jiwa akibat serangan Israel di Jalur Gaza. Penelitian tersebut menyoroti bahwa kematian langsung dan tidak langsung akibat serangan tersebut harus dipertimbangkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza telah melaporkan lebih dari 38.000 penduduk Palestina meninggal dunia sejak awal perang, di mana angka ini merupakan data yang diperoleh dari berbagai rumah sakit. Namun penghitungan jumlah korban jiwa dan luka-luka menjadi semakin sulit bagi Kementerian Kesehatan akibat perang yang tidak berhenti dan berlarut-larutnya, yang kini memasuki bulan kesepuluh.

Kementerian Kesehatan Palestina biasanya mengandalkan data dari pejabat rumah sakit di daerah Jalur Gaza, yang menerima korban luka dan jenazah. Namun, pemboman Israel telah menghancurkan banyak rumah sakit di Jalur Gaza dan membuat seluruh sistem kesehatan di ambang kehancuran.

Mengonfirmasi jumlah dan identitas korban jiwa juga sulit karena masih terlalu banyak korban jiwa yang masih terkubur di bawah reruntuhan rumah dan gedung apartemen yang dibom oleh tentara Israel, seringkali di tengah malam saat penduduk Palestina sedang tidur.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan telah mulai melaporkan “kematian yang teridentifikasi”, jika nama korban telah diketahui, dan “kematian yang tidak teridentifikasi”, jika nama korban tidak diketahui.

Penelitian Lancet mencatat bahwa meskipun sejumlah orang mempertanyakan keakuratan penghitungan Kementerian Kesehatan, organisasi hak asasi internasional dan bahkan intelijen Israel telah menerimanya sebagai penghitungan yang akurat secara umum.

Lebih lanjut, para peneliti ini berpendapat bahwa jumlah yang dihitung oleh Kementerian Kesehatan Gaza mungkin terlalu rendah.

Misalnya, Airwars, sebuah organisasi non-pemerintah yang terkenal karena melacak kematian selama perang AS di Irak tahun 2003, menemukan bahwa tidak semua nama korban yang dapat diidentifikasi dimasukkan dalam daftar Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza.

Selain itu, PBB memperkirakan bahwa pada tanggal 29 Februari, pemboman Israel telah menghancurkan 35 persen bangunan di Jalur Gaza, dan diperkirakan 10.000 jenazah terkubur di bawah reruntuhan bangunan, termasuk banyak yang tidak pernah ditemukan.

Para peneliti menunjukkan faktor penting lainnya dalam menentukan jumlah korban jiwa akibat serangan Israel di Jaluur Gaza adalah kematian tidak langsung.

Para peneliti menyebutkan bahwa bahkan jika serangan genosida ini segera berakhir, akan ada banyak kematian tidak langsung dalam beberapa bulan dan tahun mendatang yang diakibatkan penyakit, hancurnya infrastruktur layanan kesehatan, dan kekurangan makanan dan air.

Misalnya berdasarkan laporan Human Rights Watch, anak-anak di Gaza telah meninggal akibat komplikasi yang berhubungan dengan kelaparan sejak pemerintah Israel mulai menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

“Dalam konflik-konflik baru-baru ini, kematian tidak langsung berkisar antara tiga hingga 15 kali lipat jumlah kematian langsung. Dengan menerapkan perkiraan konservatif yaitu empat kematian tidak langsung per satu kematian langsung terhadap 37 396 kematian yang dilaporkan, maka bukan tidak mungkin untuk memperkirakan bahwa hingga 186 000 kematian atau bahkan lebih dapat disebabkan oleh konflik yang terjadi di Gaza saat ini,” kata peneliti dalam jurnal medis Lancet.

Perkiraan konservatif mengenai jumlah korban tewas akan berjumlah 7,9 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza.

Jika konflik ini segera diakhiri dengan 37.396 kematian langsung, dan digunakan batas atas 15 kematian tidak langsung per kematian langsung, maka total korban jiwa diperkirakan akan mencapai 598.336, atau 26 persen dari populasi. Batas bawah dari 3 kematian tidak langsung per kematian langsung akan menghasilkan sekitar 149,584 jumlah total angka kematian.

Serangan genosida Israel di Jalur Gaza dengan sengaja menghancurkan infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia, jumlah korban jiwa di antara penduduk Palestina mungkin akan tetap tinggi bahkan setelah genosida tersebut berhenti.

Para peneliti menekankan pentingnya gencatan senjata segera di Jalur Gaza, dengan disertai langkah-langkah untuk memungkinkan distribusi pasokan medis, makanan, air bersih, dan sumber daya lainnya untuk kebutuhan dasar manusia.

Para peneliti menyebut bahwa dokumentasikan skala kerusakan sebenarnya sangat penting untuk memastikan akuntabilitas sejarah dan mengakui seluruh dampak perang. Kementerian Kesehatan Gaza adalah satu-satunya organisasi yang menghitung jumlah korban tewas. Selain itu, data ini akan sangat penting untuk pemulihan pascaperang, pemulihan infrastruktur, dan perencanaan bantuan kemanusiaan.

Para peneliti mengakhiri laporan mereka dengan meminta Israel untuk memperhatikan keputusan sementara yang dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional (ICJ), yang mengharuskan Israel untuk “mengambil tindakan efektif untuk mencegah kehancuran dan memastikan pelestarian bukti terkait tuduhan tindakan dalam lingkup Konvensi Genosida”.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza, di tengah bencana kelaparan yang semakin parah.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (08/07), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 38.153 orang dan 87.828 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar lebih 1,7 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: The Lancet)

leave a reply
Posting terakhir

Korban Jiwa Pemboman Israel Telah Meningkat Menjadi 31.819 Orang

Sementara itu, lembaga pemantau HAM internasional, Euro-Med Monitor, dalam laporannya menyebutkan bahwa Israel secara sengaja memperparah krisis kelaparan yang sudah parah bagi seluruh penduduk Palestina di Jalur Gaza, dengan merampas makanan dan kebutuhan dasar.