Tunjukkan Dukungan, Brasil Buka Perdagangan Bebas dengan Palestina

Sejak Israel melancarkan perang genosida pada bulan Oktober, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva telah terang-terangan mengkritik Israel. Lula membandingkan serangan mengerikan Israel di Gaza dengan Holocaust dan menarik duta besar Brazil untuk Israel pada bulan Mei.

BY 4adminEdited Sun,14 Jul 2024,06:51 PM
Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva.

Brasilia, SPNA - Brasil, pada Senin (08/07/2024), meratifikasi perjanjian perdagangan bebas dengan Otoritas Palestina (PA) yang ditandatangani lebih dari satu dekade lalu, untuk menunjukkan solidaritas terhadap Palestina.

“Perjanjian ini merupakan kontribusi nyata bagi negara Palestina yang layak secara ekonomi, yang dapat hidup damai dan harmonis dengan negara-negara tetangganya,” kata Kementerian Luar Negeri Brasil.

Brasil secara resmi mengakui Palestina sebagai sebuah negara pada tahun 2010 dan mengizinkan Otoritas Palestina untuk membangun kedutaan besar di Brasilia, ibu kota Brasil.

Pada Jumat lalu, Brasil telah meratifikasi perjanjian antara blok perdagangan Mercosur Amerika Selatan dan Otoritas Palestina yang telah ditandatangani sejak 2011. Blok perdagangan bebas tersebut dibentuk pada tahun 1991 dan terdiri dari Brasil, Argentina, Paraguay dan Uruguay.

Anggota blok perdagangan Mercosur lainnya belum jelas apakah akan mengikuti jejak Brasil. Pemerintah sayap kanan Argentina, yang dipimpin Presiden Javier Milei, seorang pro-Israel, diperkirakan tidak akan melakukan hal tersebut. Sementara itu, kementerian luar negeri Uruguay dan Paraguay tidak mengomentari keputusan tersebut.

Duta Besar Palestina untuk Brasilia, Ibrahim Al-Zeben, menyebut keputusan Brasil sebagai Keputusan yang “berani, suportif, dan tepat waktu. Ini adalah cara efektif untuk mendukung perdamaian di Palestina,” tambahnya.

Pada saat ini, perdagangan antara Palestina dan negara-negara Mercosur berkisar 32 juta dolar atau sekitar 521 miliyar rupiah per tahun.

Sejak Israel melancarkan perang genosida pada bulan Oktober, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva telah terang-terangan mengkritik Israel. Lula membandingkan serangan mengerikan Israel di Gaza dengan Holocaust dan menarik duta besar Brazil untuk Israel pada bulan Mei.

Brasil juga bergabung dengan negara tetangganya Kolombia dalam mendukung Afrika Selatan melawan Israel di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, yang menuduh serangan Israel di Jalur Gaza merupakan pelanggaran terhadap Konvensi Genosida.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza, di tengah bencana kelaparan yang semakin parah.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (08/07), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 88.481 orang dan 88.481 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar lebih 1,7 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: The Cradle)

leave a reply
Posting terakhir