Gaza, SPNA - Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Minggu (13/07/2024), mengatakan bahwa “masih banyak yang hilang di bawah reruntuhan” setelah tentara Israel menyerang kamp pengungsi Al-Mawasi di selatan Jalur Gaza, kawasan yang sebelumnya ditetapkan Israel sebagai zona aman. Berdasarkan Kementerian Kesehatan Palestina serangan tersebut telah membunuh sekitar 90 penduduk Palestina dan melukai lebih dari 300 orang.
Pesawat-pesawat tempur Israel menghantam tenda-tenda yang menampung pengungsi Palestina dan unit penyulingan air. Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera mengatakan daerah itu terkena “lima bom dan lima rudal”.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza serangan itu membunuh sedikitnya 90 penduduk sipil di daerah padat penduduk yang menampung sekitar 80.000 pengungsi Palestina di Jalur Gaza.
Pengungsi yang berlindung di daerah tersebut mengatakan tenda mereka hancur akibat kekuatan serangan dan menyebut banyak mayat dan bagian tubuh berserakan di tanah.
“Saya bahkan tidak tahu di mana saya berada atau apa yang terjadi. Saya meninggalkan tenda dan melihat sekeliling. Semua tenda hancur, banyak bagian tubuh, banyak mayat di mana-mana, wanita lanjut usia terlempar ke tanah, anak-anak kecil hancur berkeping-keping” kata Sheikh Youssef, seorang warga Kota Gaza yang mengungsi di daerah Al-Mawasi kepada kantor berita Reuters.
Korban luka dibawa ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, yang kekurangan staf dan peralatan penting. Petugas penyelamat mengatakan tentara Israel juga menyerang petugas yang sedang dalam perjalanan untuk membantu dan mengevakuasi korban.
Seorang pejabat di Rumah Sakit Nasser mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tim medis tidak memiliki kapasitas untuk menerima pasien yang terluka lagi. Tim pertahanan sipil terus bekerja dalam operasi pencarian dan penyelamatan di lokasi serangan.
Mohammad Subeh, seorang dokter darurat yang bekerja di salah satu rumah sakit lapangan dekat al-Mawasi, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tim penyelamat “menggali orang-orang keluar dari dalam tanah”.
Daerah Al-Mawasi yang dinyatakan aman oleh Israel telah berulang kali diserang oleh militer Israel. Sebelumnya serangan terjadi pada akhir Mei yang menghantam tenda-tenda yang menampung keluarga pengungsi yang membunuh 21 pengungsi Palestina.
Para pejabat Israel mengatakan serangan itu menargetkan dua anggota senior sayap militer Hamas, dan mengklaim mereka bersembunyi di antara warga sipil.
Hamas menolak klaim Israel dan menyebut Israel menyalahkan Hamas untuk menutupi pembantaian mengerikan di lokasi di mana pengungsi Palestina diperintahkan pindah ke daerah tersebut dan menyebutnya sebagai zona aman dari serangan.
Pemboman tersebut, yang mendapat kecaman dari PBB dan sejumlah negara Timur Tengah. Pembantaian ini terjadi ketika tentara Israel juga menyerang reruntuhan masjid di kamp pengungsi Shati di utara Kota Gaza, yang membunuh sedikitnya 20 orang, termasuk jamaah yang sedang menunaikan shalat Zuhur.
Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza, di tengah bencana kelaparan yang semakin parah.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (08/07), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 88.481 orang dan 88.481 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.
Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar lebih 1,7 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
(T.FJ/S: Aljazeera)