Wall Street Journal: 8 Ton Bom Israel Bakar Habis Kamp Pengungsi Palestina di Selatan Gaza

Wall Street Journal melaporkan bahwa Israel menjatuhkan 8 ton bom di kamp pengungsi Al-Mawasi, Gaza Selatan, menewaskan 90 orang dan melukai 300 lainnya. Area tersebut sebelumnya dianggap sebagai “zona aman” bagi warga Palestina. Serangan ini menggunakan bom JDAM buatan AS, yang diidentifikasi sebagai kejahatan perang. FAO memperingatkan bahwa lebih dari satu juta penduduk Gaza akan mengalami kelaparan massal akibat konflik yang berkepanjangan. Gaza telah hancur lebur dengan blokade yang menghalangi pasokan makanan, air, dan obat-obatan.

BY 4adminEdited Wed,17 Jul 2024,04:11 AM
Lokasi serangan boman Israel di Khan Younis, Gaza selatan. JEHAD ALSHRAFI/AP

Jalur Gaza, SPNA – Surat kabar Amerika Serikat, Wall Street Journal, melaporkan bahwa Israel melancarkan serangan brutal dengan menjatuhkan 8 ton bom pada Sabtu lalu di kamp pengungsi Al-Mawasi, Jalur Gaza Selatan.

Area ini sebelumnya ditetapkan sebagai “zona aman” dan menjadi tempat perlindungan bagi ratusan ribu warga Palestina yang menjadi korban genosida Israel.

Menurut laporan Wall Street Journal, Selasa 16 Juli 2024,  militer Israel menjatuhkan 8 bom seberat 2.000 pon, menargetkan lokasi sipil. Bom-bom ini dirancang untuk menghancurkan seluruh area permukiman atau menembus bunker beton. Berdasarkan hukum internasional, penggunaan bom seberat 2.000 pon atau lebih kecil di area sipil merupakan kejahatan perang.

Serangan tersebut menewaskan 90 orang dan melukai setidaknya 300 lainnya, seperti dilaporkan Kemenkes Palestina, menjadikannya serangan paling mematikan dalam beberapa hari terakhir di mana Israel terus meningkatkan serangan bom di Gaza tengah dan selatan.

Berdasarkan analisis CNN, salah satu bom yang digunakan dalam serangan tersebut adalah bom buatan Amerika Serikat. Pakar yang menganalisis rekaman pasca-serangan mengidentifikasi bahwa bom tersebut adalah JDAM buatan Boeing.

Pada bulan Mei, Presiden Joe Biden sempat menunda pengiriman 1.800 bom seberat 2.000 pon ke Israel karena kekhawatiran bahwa Israel akan melancarkan invansi ke Rafah. Namun, pada saat itu, pemerintah Biden sudah mengirimkan setidaknya 14.000 bom seberat 2.000 pon ke Israel sejak Oktober, hal ini cukup bagi Israel untuk menjatuhkan sekitar 50 bom seberat 2.000 pon setiap hari di Palestina.

Bahkan, Amerika Serikat telah menyediakan ribuan JDAM dan bom seberat 2.000 pon ke Israel selama puluhan tahun terakhir masa pendudukan dan pembersihan etnis di Palestina.

Baru-baru ini AS dilaporkan telah menyuplai 1.700 bom seberat 500 pon yang sempat tertunda bersama pengiriman bom seberat 2.000 pon dengan daya hancur yang hampir sama, namun dengan radius yang sedikit lebih kecil.

Israel memanfaatkan penggunaan bom seberat 2.000 pon di Al-Mawasi pada Sabtu lalu, menunjukkan bahwa mereka tidak kekurangan bom seberat 2.000 pon. Pejabat Israel mengatakan mereka memiliki cukup senjata untuk menyelesaikan tujuan mereka di Gaza, terlepas dari penundaan pengiriman dari Amerika Serikat.

Rakyat Palestina yang selamat menggambarkan kengerian dari serangan tersebut di mana sebagian anggota tubuh korban terputus dan tubuh anak-anak yang hancur.

Israel bersikeras melancarkan serangan ke kamp Al-Mawasi padahal sebelumnya mereka telah memerintahkan lebih dari satu juta warga Palestina yang berlindung di Rafah untuk mengungsi ke wilayah tersebut. Sejak Mei lalu Israel tercatat telah berulang kali menyerang “zona aman” tersebut.

Pada Selasa, militer Israel kembali membom Al-Mawasi, menewaskan setidaknya 17 warga Palestina, menurut laporan pejabat setempat.

FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) juga memperingatkan bahwa lebih dari satu juta penduduk Gaza, atau hampir setengah dari populasi, diperkirakan akan mengalami kelaparan massal dan kematian pada pertengahan Juli 2024. FAO menyatakan bahwa konflik yang sedang berlangsung akan menyebabkan kelaparan dan kematian massal di tengah serangan brutal Israel terhadap warga Gaza, yang disusul dengan relokasi pengungsi secara massif.

Kondisi Gaza telah hancur lebur akibat perang hampir delapan bulan, dengan blokade yang menghentikan pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Meskipun Israel terbukti melakukan genosida di Pengadilan Internasional, dan Tel Aviv diperintahkan untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, namun belum tindakan pasti yang dilakukan untuk membawa para pelaku pelanggaran perang di Israel ke meja hukum.

(T.RS/S:WSJ)

leave a reply
Posting terakhir

The Wall Street Journal: Israel Serang 12 Kapal Tanker Minyak Iran Sejak 2019

Surat kabar tersebut menilai bahwa serangan Israel terhadap kapal tanker minyak Iran merupakan salah satu bentuk kampanye Israel untuk menghadapi kekuatan ekonomi dan militer Iran di wilayah tersebut; mencatat bahwa sejak 2018 Israel telah melakukan ratusan serangan udara, kebanyakannya di Suriah, demi mencegah Iran memperkuat pengaruhnya di Kawasan.