Sejak 7 Oktober 2023, Serangan Israel Meningkat Tiga Kali Lipat di Tepi Barat

Lembaga HAM Israel, B’Tselem, pada Juli, menyebut bahwa pos-pos terdepan pemukim sekarang menjadi salah satu metode utama yang digunakan Israel untuk mengambil alih tanah Palestina di Tepi Barat dan mengusir komunitas Palestina.

BY 4adminEdited Mon,22 Jul 2024,06:13 AM

Yerusalem, SPNA - Jumlah serangan tentara Israel terhadap penduduk Palestina di Tepi Barat yang diduduki, sebagaimana dilaporkan Aljazeera, pada Sabtu (20/07/2024), telah meningkat tiga kali lipat dalam sembilan bulan terakhir di tengah meningkatnya serangan oleh pemukim ilegal Israel.

Pada hari Sabtu, pasukan khusus Israel yang menyamar menculik seorang pemuda Palestina, tahanan yang baru dibebaskan, Muhammad Shabaro, dalam penggerebekan di Kota Tua Nablus.

Ketika Mahkamah Internasional (ICJ) membacakan keputusan yang menyatakan pendudukan Israel di Tepi Barat adalah ilegal menurut hukum internasional, pemukim Yahudi menyerang penduduk Palestina di kota Huwara dekat Nablus, membakar bisnis dan ladang.

Juga pada hari Jumat, di Perbukitan Hebron Selatan, pemukim Yahudi menyerang sebuah keluarga, memukuli seorang wanita yang kini dirawat di rumah sakit.

Associated Press (AP) mencatat pada tanggal 19 Juli bahwa PBB telah mendokumentasikan sekitar 1.000 serangan pemukim di Tepi Barat dalam sembilan bulan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, dengan rata-rata empat serangan per hari.

Lembaga Asosiasi Badan Pembangunan Internasional (AIDA), mencatat bahwa pemukim Israel telah membunuh 10 penduduk Palestina selama periode tersebut, termasuk dua anak-anak, dan melukai 234 orang.

Para pemukim semakin berani mencuri tanah Palestina dan mendirikan pos-pos pertanian di tanah penduduk Palestina, yang merupakan tindakan ilegal tidak hanya menurut hukum internasional tetapi bahkan menurut hukum Israel.

Lembaga HAM Israel, B’Tselem, pada Juli, menyebut bahwa pos-pos terdepan pemukim sekarang menjadi salah satu metode utama yang digunakan Israel untuk mengambil alih tanah Palestina di Tepi Barat dan mengusir komunitas Palestina.

Peningkatan kekerasan terjadi ketika Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, terus mempersenjatai pemukim Yahudi di Tepi Barat. Setelah dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, Ben-Gvir membeli 10.000 senapan untuk mempersenjatai tim keamanan sipil, khususnya yang berada di kota-kota dekat perbatasan Israel di seluruh negeri, serta kota-kota campuran Yahudi-Arab dan pemukiman Tepi Barat.

Mencaplok Tepi Barat dan mengusir penduduk asli Palestina adalah tujuan utama Ben-Gvir dan koalisi partai politik yang lebih luas yang terdiri dari pemerintah Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Ben-Gvir dan rekan menterinya Bezalel Smotrich mengeluarkan pernyataan pada Jumat (19/07) yang menyerukan aneksasi sebagian besar Tepi Barat sebagai respon terhadap keputusan Mahkamah Internasional yang memutuskan bahwa pendudukan Israel adalah tindakan ilegal berdasarkan hukum internasional dan permukiman Israel di Tepi Barat Palestina harus dievakuasi.

Pada bulan Mei, warga negara AS kelahiran Israel, Miriam Adelson, istri mendiang miliarder Sheldon Adelson, dilaporkan berjanji untuk menghabiskan lebih dari 100 juta dolar untuk mendukung kampanye kepresidenan Donald Trump.

Dalam profilnya di majalah New York, Adelson menyatakan bahwa dirinya akan mendorong Trump untuk mengizinkan Israel mencaplok Tepi Barat yang diduduki jika ia memenangkan masa jabatan kedua. Majalah tersebut menggambarkan aneksasi Tepi Barat sebagai “urusan Israel yang belum selesai sejak masa kepresidenan Trump”.

Sementara itu, sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza. Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Minggu (21/07), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 38.983 orang dan 89.727 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: The Cradle, Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir

Sejak 7 Oktober 2023, Israel Telah Membunuh 412 Penduduk Palestina di Tepi Barat

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.