WHO: Akibat Kondisi Kesehatan Parah, Virus Polio Ancam Jalur Gaza

“Saya sangat prihatin dengan merebaknya penyakit ini di Gaza. Ini tidak hanya terkait dengan polio, tetapi juga dengan merebaknya berbagai penyakit menular,” kata Ayadil Saparbekov.

BY 4adminEdited Wed,24 Jul 2024,12:39 PM

Gaza, SPNA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Selasa (23/07/2024), mengatakan bahwa ada bahaya risiko tinggi penyebaran virus polio di seluruh dan sekitar Jalur Gaza akibat kondisi kesehatan yang buruk serta memburuknya sistem pembuangan limbah di wilayah Jalur Gaza yang dilanda perang.

Kepala tim darurat kesehatan WHO di Gaza dan Tepi Barat, Ayadil Saparbekov, mengatakan bahwa virus polio tipe 2 yang diturunkan dari vaksin terdeteksi dari sampel air limbah di Jalur Gaza.

“Ada risiko besar penyebaran virus polio yang diturunkan dari vaksin di Gaza, bukan hanya karena penemuannya, tetapi juga karena situasi sanitasi air yang sangat buruk. Ini juga dapat menyebar secara internasional, di tahap yang sangat sulit,” kata Ayadil Saparbekov.

Saparbekov mengatakan bahwa tim WHO dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dijadwalkan tiba di Jalur Gaza pada Kamis (25/07) untuk mengumpulkan sampel tinja manusia sebagai bagian dari upaya untuk menilai risiko terkait dengan penemuan virus tersebut. Ia berharap penelitian tersebut akan selesai pada akhir minggu ini, yang akan memungkinkan pejabat kesehatan untuk mengeluarkan rekomendasi “termasuk perlunya kampanye vaksinasi skala besar serta jenis vaksin yang harus digunakan dan kelompok umur yang perlu divaksinasi”.

Polio adalah virus yang sangat menular yang dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun.

Pejabat dinas kesehatan masyarakat dan lembaga bantuan kemanusiaan memperingatkan bahwa tanpa layanan kesehatan yang memadai, penduduk Palestina di Jalur Gaza akan rentan terhadap wabah penyakit.

“Saya sangat prihatin dengan merebaknya penyakit ini di Gaza. Ini tidak hanya terkait dengan polio, tetapi juga dengan merebaknya berbagai penyakit menular,” kata Ayadil Saparbekov.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza. Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (22/07), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 39.060 orang dan 89.818 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir

UNRWA: Lebih 150.000 Ibu Hamil di Gaza Hadapi Kondisi dan Risiko Kesehatan yang Buruk

UNRWA mengecam kejahatan Israel yang membuat kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk. UNRWA juga menggambarkan pengabaian dunia internasional terhadap penderitaan penduduk Palestina di Jalur Gaza dengan menyebutkan sebagai “tingkat keputusasaan baru, yang terjadi di bawah pengawasan dunia” setelah terjadi pengungsian kembali penduduk Palestina dari kota Rafah menuju Khan Yunis, akibat agresi Israel.

UNRWA: Lebih 40 Persen Penduduk Jalur Gaza Derita Krisis Pangan Parah

“80 persen penduduk (Jalur Gaza) bergantung pada bantuan kemanusiaan, dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang sangat tinggi, situasi kemanusiaan yang sudah parah terancam semakin memburuk, di mana tiga dari empat penduduk Jalur Gaza bergantung pada bantuan pangan darurat dari UNRWA. Krisis pangan terus meningkat,” sebut UNRWA.