Biara St. Hilarion di Gaza: Permata Baru dalam Warisan Dunia UNESCO

UNESCO mengumumkan pada 26 Juli 2024 bahwa Biara St. Hilarion di Jalur Gaza masuk dalam daftar Warisan Dunia yang terancam punah. Situs ini diakui memiliki nilai universal luar biasa dan harus dilindungi dari ancaman kehancuran, terutama pasca serangan Israel. Biara ini adalah salah satu yang tertua di Timur Tengah, saksi unik munculnya agama Kristen, dan memiliki struktur bersejarah yang kaya. Pengajuan ini dilakukan Palestina untuk melindungi situs tersebut di tengah konflik saat ini.

BY 4adminEdited Sun,28 Jul 2024,03:24 AM
Mosaik besar ditemukan di situs arkeologi Biara St. Hilarion, salah satu biara Kristen terbesar di Timur Tengah, di Tell Umm al-Amr dekat Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah. Biara ini, yang diyakini dibangun oleh St. Hilarion pada abad keempat, ditinggalkan

Jalur Gaza, SPNA - Biara St. Hilarion di Jalur Gaza berhasil masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO yang terancam punah. Hal ini diumumkan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut pada Jumat, 26/07/2024.

UNESCO, yang sedang mengadakan pertemuan Komite Warisan Dunia di New Delhi, India, mengumumkan melalui platform X, bahwa Biara St. Hilarion, Tel Um Amer di Jalur Gaza, Palestina masuk dalam daftar Warisan Dunia.”

Dalam pernyataan tersebut, UNESCO menyatakan, “Keputusan ini mengakui nilai universal yang luar biasa dari situs ini dan kewajiban untuk melindunginya dari ancaman kehancuran terutama pasca serangan Israel yang membabi buta sejak 7 Oktober 2023 lalu.”

Menurut UNESCO, situs Biara St. Hilarion yang terletak di bukit pantai Nuseirat ini merupakan salah satu biara tertua di Timur Tengah dan menjadi saksi yang luar biasa dan unik terhadap munculnya agama Kristen di kawasan tersebut.

Situs ini ditemukan pada tahun 1993 dan dibuka untuk umum beberapa tahun lalu. Biara ini dinamai dari seorang biarawan pertapa yang hidup pada abad ke-4 Masehi di Gaza. Di dalamnya terdapat aula, pemandian, serta empat gereja yang tumpang tindih. Sebelum tahun 2005, otoritas pendudukan yang menguasai Gaza sempat menjarah artefak dari situs tersebut, menurut kantor berita Palestina (Wafa).

Biara St. Hilarion memiliki reruntuhan dua gereja, tempat pemakaman, ruang baptis dan ruang makan, fasilitas sanitasi, serta tangki air. Lantai-lantai di situs ini terbuat dari batu kapur dan dihiasi dengan mosaik berwarna serta dekorasi dan ukiran yang beragam. Selain itu, terdapat pemandian uap besar, air mancur, ruang bawah tanah, kapel, kamar biarawan, dan saluran air.

Elondo Lazari, Direktur Warisan Dunia UNESCO menjelaskan kepada AFP bahwa Palestina mengajukan agar situs tersebut dimasukkan dalam Warisan Dunia UNESCO, karena hal ini satu-satunya cara untuk melindungi situs ini dari penghancuran dalam situasi saat ini, mengingat perang yang menghancurkan antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Palestina bergabung dengan UNESCO sebagai anggota penuh pada tahun 2011, langkah yang menyebabkan Amerika Serikat menghentikan pendanaan terhadap organisasi tersebut di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama saat itu. Amerika Serikat kemudian keluar dari UNESCO pada tahun 2017 di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, diikuti oleh Israel dengan alasan bahwa organisasi tersebut “mengubah sejarah daripada melestarikannya.” Setahun yang lalu, Amerika Serikat secara resmi kembali ke UNESCO setelah pemungutan suara dalam konferensi di Paris.

Selama agresi Israel saat ini di Gaza, banyak masjid, gereja, bangunan bersejarah, serta institusi pendidikan dan budaya mengalami kerusakan parah. Para pengamat berpendapat bahwa tindakan ini bertujuan untuk “menghilangkan jejak budaya” rakyat Palestina, memutus hubungan mereka dengan warisan dan sejarah mereka.

(T.RS/S:Al-Jazeera)

 

 
 
 
 
 
 

leave a reply
Posting terakhir

UNESCO Tegaskan Yerusalem, Hebron, dan Battir Sebagai Situs Warisan Dunia yang Terancam Bahaya

UNESCO juga menyerukan komunitas internasional untuk ikut bertanggung jawab bersama dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan yang dilakukan terhadap warisan, budaya dan sejarah Palestina serta yahudisasi pendidikan di Yerusalem dan kota-kota lainnya di Palestina yang diduduki. UNESCO menilai tindakan yahudisasi ini dilakukan sebagai bentuk ketakutan terhadap sejarah, budaya, warisan, dan pendidikan Palestina.