Washington, SPNA - Amerika Serikat, sebagaimana dilaporkan New York Times (NYT), pada Kamis (25/07/2024), mengutip data yang dikumpulkan pekan ini oleh Institut Yahudi untuk Keamanan Nasional Amerika (JINSA), telah mengirim puluhan ribu bom ke Israel sejak dimulainya genosida di Gaza,
Data tersebut menunjukkan bahwa Washington telah mengirim lebih dari 20.000 bom tanpa pemandu, sekitar 2.600 bom berpemandu, dan 3.000 rudal presisi.
Bom tanpa pemandu, juga dikenal sebagai “bom bodoh”, biasanya kurang tepat dan membunuh lebih banyak penduduk sipil, terutama di daerah padat penduduk seperti Gaza. Pesawat, sistem pertahanan udara, dan amunisi juga telah dikirim ke Israel sejak dimulainya perang di Gaza.
Banyak dari pengiriman ini telah dirahasiakan atau dirahasiakan. Berdasarkan analisis oleh Foundation for Defense of Democracies, pengiriman pada bulan Maret tahun ini merupakan “jumlah dan jenis senjata yang sangat banyak”.
Laporan tersebut muncul saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang berkunjung ke Washington, di mana ia bertemu dengan Joe Biden dan wakil presidennya pada tanggal 25 Juli dan menyampaikan pidato di depan Kongres AS sehari sebelumnya.
Hal itu juga bertepatan dengan sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Politico, yang mengatakan, “Israel secara pribadi meningkatkan tekanan pada pemerintahan Biden dan anggota parlemen di Capitol Hill untuk memberikan lampu hijau bagi senjata yang menurutnya dibutuhkan untuk melindungi dirinya dari Iran yang semakin agresif dan proksinya”.
Berdasarkan pernyataan sebuah sumber, delegasi Netanyahu mengedarkan daftar sistem persenjataan kepada anggota parlemen AS yang ingin dikirimkan lebih cepat. Sumber tersebut menambahkan bahwa perwakilan Israel memberikan daftar tersebut kepada anggota Kongres setelah pidato Netanyahu pada tanggal 24 Juli.
Pada hari Kamis, Ketua Urusan Luar Negeri Parlemen Amerika, Michael McCaul, mengonfirmasi kepada Politico bahwa Israel sedang mencoba untuk mendapatkan persetujuan pengiriman senjata pada pekan ini. McCaul mengatakan bahwa itu termasuk senjata yang diminta pemerintah Amerika Serikat untuk disetujui oleh anggota parlemen beberapa bulan yang lalu.
Amerika Serikat telah memasok lebih dari 100 kali pengiriman senjata ke Israel sejak awal genosida, yang telah membunuh lebih dari 39.000 penduduk Palestina, di mana sebagian besar merupakan Perempuan dan anak-anak. Sebuah bom buatan AS menewaskan puluhan penduduk sipil Palestina dalam serangan Israel di sebuah kamp tenda di Rafah pada bulan Mei. Bom buatan AS juga telah dijatuhkan di selatan Lebanon.
Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Minggu (28/07), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 39.324 orang dan 90.830 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.
Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
(T.FJ/S: The Cradle, Palinfo)