Bagaimana Petinggi Hamas Ismail Haniyeh Dibunuh di Ibu Kota Iran?

Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Ismail Haniyeh meninggal dunia akibat serangan berbahaya Zionis Israel di kediamannya di Teheran.  Sementara itu, dalam pernyataan lain, Garda Revolusi Iran mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan investigasi atas pembunuhan yang menargetkan tamu penting negara Iran.

BY 4adminEdited Wed,31 Jul 2024,05:24 PM

Teheran, SPNA - Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, pada Rabu dini hari (31/07/2024), dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, dengan rudal yang diluncurkan dari luar Iran. Hal ini dilaporkan media Al-Mayadeen yang mengutip pernyataan dari seorang sumber.

“Syahidnya Komandan Ismail Haniyeh di Teheran akibat rudal yang diluncurkan dari satu negara ke negara lain dan bukan dari dalam Iran,” kata sumber tersebut ke Al-Mayadeen.

Perbatasan terdekat dengan Teheran adalah dengan Turkmenistan yang berjarak sekitar 200 kilometer dan Azerbaijan, yang berjarak sekitar 300 kilometer. Namun, kepastian dari mana datangnya serangan udara belum pasti.

Sementara itu, Channel 12 Israel melaporkan bahwa para pejabat Iran mencapai kesimpulan bahwa rudal yang menargetkan Ismail Haniyeh diluncurkan dari dalam perbatasan Iran. Pemimpin gerakan Jihad Islam, Ziad Al-Nakhalah, tinggal di gedung yang sama tetapi di lantai yang berbeda. Ia selamat dari serangan pembunuhan tersebut.

Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Ismail Haniyeh meninggal dunia akibat serangan berbahaya Zionis Israel di kediamannya di Teheran.  Sementara itu, dalam pernyataan lain, Garda Revolusi Iran mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan investigasi atas pembunuhan yang menargetkan tamu penting negara Iran.

“Kami masih sedang mempelajari insiden syahidnya Haniyeh di Teheran. Kami akan mengumumkan hasil penyelidikannya nanti,” kata Garda Revolusi Iran.

Pada satu hari sebelumnya, pada Selasa (30/07), Ismail Haniyeh sedang melakukan kunjungan diplomasi penting ke Teheran untuk berpartisipasi dalam upacara pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian. Ia juga bertemu dan berdiskusi dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, mengenai perkembangan politik dan lapangan terkini terkait perang genosida Israel di Jalur Gaza.

Media Israel melaporkan bahwa kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan instruksi kepada para menteri untuk tidak mengomentari pembunuhan Ismail Haniyeh. Namun, Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu, yang berasal dari Partai Otzma Yehudit, yang dipimpin Itamar Ben Gvir, mengatakan setelah pengumuman pembunuhan Haniyeh, “Ini adalah cara yang benar untuk memurnikan dunia”.

Meskipun Israel tidak mengeluarkan pernyataan atau deklarasi apa pun yang menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, seorang pejabat Amerika mengatakan kepada CBS bahwa Amerika Serikat yakin bahwa Ismail Haniyeh dan petinggi Hizbullah yang dibunuh sehari sebelumnya dilakukan oleh Israel.

Iran mengancam akan merespons kejahatan internasional yang dilakukan di tanah Iran. Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei berkata, “Membalas darah Haniyeh adalah salah satu tugas kami karena pembunuhan terjadi di tanah kami”.

Israel telah bersumpah untuk membunuh Ismail Haniyeh dan tokoh penting gerakan perlawanan Palestina lainnya lainnya setelah serangan Badai Al-Aqsha pada 7 Oktober terhadap Israel.

Operasi Badai Al-Aqsa

Ketika Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsha pada tanggal 7 Oktober 2023, Ismail Haniyeh muncul dalam sebuah video siaran, bersama beberapa pemimpin Hamas lainnya, dari kantornya di Doha. Ia mengikuti laporan tentang pejuang Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, yang berhasil mendobrak masuk ke dalam garis pertahanan Israel dan menyandera sejumlah tentara Israel.

Pada tanggal 10 April, enam anggota keluarga Ismail Haniyeh, termasuk tiga putranya dan sejumlah cucunya, meninggal dunia dalam serangan udara Israel di yang menargetkan mobil mereka di kamp pengungsi Al-Shati dalam momen perayaan Idul Fitri.

Pada tanggal 24 Juni, 10 anggota keluarganya yang lain, termasuk saudara perempuannya, meninggal dunia dalam serangan Israel yang secara sengaja menargetkan rumah mereka di kamp pengungsi Al-Shati.

Di saat berduka atas meninggalnya anggota keluarganya, Ismail Haniyeh berkata “Hampir 60 anggota keluarga saya meninggal dunia sebagai syuhada, seperti halnya anak-anak Palestina lainnya, mereka tidak ada bedanya”.

Pada saat itu, Ismail Haniyah menyatakan bahwa penjajah Israel menganggap bahwa menyerang dan membunuh putra-putra pemimpin gerakan perlawanan Palestina akan mematahkan keinginan rakyat Palestina yang ingin bebas dan merdeka, akan tetapi mereka salah.

Sebuah sumber yang mengetahui perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung mengatakan kepada jaringan media Amerika bahwa pembunuhan Ismail Haniyeh mungkin mempersulit upaya mediasi karena ia adalah “pengambil keputusan utama” dalam negosiasi dan berperan penting dalam mencapai tujuan tertentu. Pada tahap ini, belum jelas apa dampaknya terhadap perundingan gencatan senjata.

Genosida di Jalur Gaza Masih Berlanjut

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (29/07), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 39.363 orang dan 90.923  lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: RT Arabic, Al-Mayadeen, Palinfo)

 

leave a reply
Posting terakhir
Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, berdiskusi dengan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengenai perkembangan politik dan lapangan terkini perang genosida Israel di Jalur Gaza, pada Selasa (30/07/2024).

Hamas: Israel Bunuh Ismail Haniyeh dan Pengawalnya di Teheran

“Setelah menyerang pinggiran kota Beirut, Israel di bawah pimpinan Netanyahu mengupayakan perang yang lebih luas yang akan melibatkan Iran dengan membunuh pemimpin politik Hamas di tanah Iran. Pembunuhan ini tidak memiliki nilai strategis, akan tetapi hanya bertujuan provokasi untuk menarik semua pihak bereaksi,” kata Elijah J. Magnier.