Israel Bom Lebanon Selatan dan Bunuh 13 Penduduk Lebanon

Pembunuhan tersebut terjadi saat Israel melakukan pengintaian dan penerbangan drone di seluruh Lebanon Selatan, terutama di atas kota dan desa Tyre, Bazourieh, dan Qadmus.

BY 4adminEdited Mon,19 Aug 2024,05:08 AM

Beirut, SPNA - Tiga belas penduduk Lebanon meninggal dunia, termasuk di antaranya seorang ibu dan dua anaknya, setelah Israel melakukan serangan udara di Provinsi Nabatieh, Lebanon Selatan, pada Sabtu dini hari (17/08/2024).

Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa korban jiwa dan luka-luka merupakan akibat dari serangan udara yang dilakukan oleh jet tempur Israel di desa Wadi Al-Kfour di wilayah Nabatieh.

Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan bahwa serangan tersebut menargetkan sebuah pabrik semen dan sebagian besar korban adalah pengungsi dan pekerja Suriah.

Pembunuhan tersebut terjadi saat Israel melakukan pengintaian dan penerbangan drone di seluruh Lebanon Selatan, terutama di atas kota dan desa Tyre, Bazourieh, dan Qadmus.

Ketakutan akan perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah yang dapat mencapai Tel Aviv dan Beirut masih cukup tinggi.

Pada 14 Agustus, Hizbullah menyerang beberapa lokasi militer Israel di dekat perbatasan Lebanon Selatan saat utusan utama Washington, Amos Hochstein, mengunjungi negara tersebut untuk berunding dengan pejabat Lebanon.

Kunjungan Amos Hochstein dilakukan dengan dalih untuk menghindari pecahnya perang habis-habisan di Lebanon dan kawasan tersebut, karena Israel dan Amerika Serikat saat ini sedang menunggu pembalasan Hizbullah dan Iran atas pembunuhan Israel di Beirut dan Teheran bulan lalu.

Kepala biro politik dan negosiator utama Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh oleh Israel di Teheran pada 31 Juli, satu hari setelah serangan Israel di Beirut yang membunuh komandan tinggi Hizbullah, Fuad Shukr, dan beberapa penduduk sipil, termasuk anak-anak.

Washington dan negara-negara barat lainnya sejak itu telah berusaha keras untuk menghalangi Hizbullah dan Iran yang berjanji akan melakukan pembalasan. Sementara Amerika Serikat berjanji pada saat yang sama untuk membela Israel jika terjadi perang habis-habisan.

Serangan hari Sabtu terhadap Lebanon terjadi setelah perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Doha terhenti pada hari Jumat dan para negosiator akan bertemu lagi minggu depan.

Hizbullah secara bertahap meningkatkan operasi militer hariannya terhadap situs militer dan permukiman Israel sejak 7 Oktober. Gerakan ini membuka front melawan Israel pada tanggal 8 Oktober, satu hari setelah dimulainya Operasi Badai Al-Aqsha yang dilakukan pejuang Palestina di Jalur Gaza. Operasi Hizbullah dilakukan dalam rangka mendukung penduduk dan pejuang Palestina yang sedang berjuang melawan penjajahan Israel.

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah dan Wakil Sekretaris Jenderal Jendra, Naim Qassem, beberapa kali menegaskan bahwa operasi Hizbullah tidak akan berhenti sampai Israel menghentikan perang genosida di Jalur Gaza.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (15/08), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 40.005 orang dan 92.401 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.

Sementara itu, kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 632 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 140 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: The Cradle, Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir