Tel Aviv, SPNA - Pemerintah Israel, pada hari Selasa (20/08/2024), mengumumkan telah memanggil warga Israel yang sebelumnya dikecualikan dalam tugas sebagai tentara cadangan dalam dinas militer demi mengatasi kekurangan tentara di tengah perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Media Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan bahwa dinas militer memanggil 15.000 warga Israel hingga usia 35 tahun yang sebelumnya telah menyelesaikan wajib militer mulai usia 18 tahun tetapi menerima pengecualian tugas di pasukan cadangan. Mereka akan dipanggil untuk bertugas sebagai prajurit cadangan dalam tiga tahap selama tahun mendatang.
“Menteri Pertahanan telah menginstruksikan untuk memanggil kembali prajurit cadangan yang menerima pengecualian tugas karena pengurangan kekuatan dan masih dalam rentang usia yang mengharuskan tugas,” kata kantor Menteri Pertahanan Yoav Gallant dalam sebuah pernyataan.
Pada bulan lalu, Ketua Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, Yuli Edelstein, mengumumkan rencana untuk memajukan RUU yang mengizinkan wajib militer bagi para prajurit cadangan yang sebelumnya dibebaskan dari tugas hingga usia 40 tahun.
RUU tersebut akan memanggil kembali para prajurit cadangan dari puluhan ribu prajurit yang telah dibebaskan dari dinas militer “dalam keadaan yang tidak jelas”. Agar berlaku, RUU tersebut harus melewati empat pembacaan di Knesset.
Yedioth Ahronoth menambahkan bahwa RUU tersebut telah menghadapi kritik keras karena Knesset secara bersamaan memperkenalkan RUU yang secara efektif membebaskan ribuan orang Yahudi ultra-Ortodoks dari tugas militer meskipun tentara “sangat membutuhkan” tenaga kerja.
Sebuah undang-undang yang baru-baru ini berakhir dengan membebaskan para pemuda ultra-Ortodoks yang belajar di sekolah-sekolah agama, Yeshivas, dari tugas militer. Sejauh ini, hanya beberapa ribu panggilan yang telah dikirim kepada sekitar 66.000 pemuda ultra-Ortodoks yang berusia wajib militer.
Angkatan Darat sangat membutuhkan tenaga kerja karena kerugian yang diderita di Gaza dan potensi perang skala penuh dengan Hizbullah di Lebanon.
Awal bulan ini, departemen rehabilitasi di Kementerian Pertahanan Israel melaporkan bahwa 10.056 tentara telah terluka dalam 10 bulan sejak dimulainya perang genosida di Jalur Gaza, dengan tingkat lebih dari seribu orang terluka setiap bulan.
Menurut pernyataan kementerian, lebih dari 3.700 korban luka mengalami cedera anggota tubuh, termasuk 192 cedera kepala, 168 cedera mata, 690 cedera tulang belakang, dan 50 orang yang diamputasi dirawat di departemen rehabilitasi.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Selasa (19/08), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 40.139 orang dan 92.743 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
Sementara itu, kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 632 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 140 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.
Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
(T.FJ/S: The Cradle, Palinfo)