Gaza, SPNA - Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Kamis (22/08/2024), mengatakan bahwa evakuasi paksa penduduk Palestina di Jalur Gaza yang dilakukan Israel telah menyebabkan 90 persen penduduk wilayah itu mengungsi.
“Mereka (Israel) memaksa keluarga-keluarga (Palestina) untuk mengungsi lagi dan sering kali di bawah tembakan dengan sedikit barang bawaan yang dapat mereka bawa, ke wilayah yang terus menyusut,” kata Wakil Koordinator Khusus dan Residen PBB, Muhannad Hadi.
Ia menyebut bahwa penduduk sipil Palestina terus diusir dari tempat berlindung dan penyaluran pasokan kemanusiaan dicegah, tidak diberi bantuan medis.
“Mereka terus berlari dari satu tempat yang hancur ke tempat (hancur) lain, tanpa akhir yang terlihat. Solusi ke depan harus jelas dan mendesak: lindungi penduduk sipil, bebaskan sandera, fasilitasi akses kemanusiaan, setujui gencatan senjata,” kata Muhannad Hadi.
Evakuasi juga menimbulkan ancaman bagi personel PBB dan fasilitas kemanusiaan.
Berdasarkan pernyataan juru bicara PBB, Stephane Dujarric, Program Pangan Dunia (WFP) kehilangan akses ke gudangnya di kota Deir Al-Balah, Gaza bagian tengah akibat evakuasi.
“Ini adalah gudang operasional ketiga dan terakhir di wilayah tengah Gaza, lima dapur umum yang dioperasikan oleh WFP juga telah dievakuasi. Lembaga tersebut tengah mencari lokasi baru,” kata Dujarric.
Israel telah mengeluarkan 12 perintah evakuasi hanya dalam bulan Agustus. Ribuan orang mengungsi pada hari Kamis (22/08/2024) di kota Deir Al-Balah setelah Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru pada pekan ini. Perintah tersebut juga memengaruhi kamp Maghazi di Gaza bagian tengah dan kota Khan Yunis di bagian selatan, yang penduduknya telah berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa tujuan.
Tingkat pengungsian internal yang mengejutkan di Jalur Gaza merupakan salah satu yang tertinggi dalam sejarah modern.
Berdasarkan Laporan Global 2024 tentang Pengungsi Internal, sekitar 76 juta orang di seluruh dunia mengungsi akibat konflik dan kekerasan pada akhir tahun lalu.
Seiring berlanjutnya evakuasi paksa, pemboman Israel terus berlanjut di seluruh wilayah, yang menargetkan beberapa wilayah, termasuk wilayah tempat para pengungsi melarikan diri akibat evakuasi.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (22/08), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 40.256 orang dan 93.144 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
Sementara itu, kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 632 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 140 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.
Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
(T.FJ/S: The Cradle, Palinfo)