Bantu Kejahatan Genosida, AS Selesaikan 500 Kali Pengiriman Angkutan Senjata ke Israel

Sebuah pernyataan Kementerian Pertahanan mengatakan pengiriman tersebut meliputi “kendaraan lapis baja, amunisi, perlengkapan perlindungan pribadi, dan peralatan medis, yang sangat penting untuk mempertahankan kemampuan operasional IDF selama perang yang sedang berlangsung”.

BY 4adminEdited Wed,28 Aug 2024,07:20 PM

Washington, SPNA - Militer Amerika Serikat telah menyelesaikan penerbangan ke-500 dalam misi mengangkut lebih dari 50.000 ton senjata dan peralatan militer ke tentara Israel dalam rangka serangan genosida selama lebih dari 10 bulan terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza. Hal ini disampaikan Kementerian Pertahanan Israel, pada Senin (26/08/2024).

Selain senjata dan peralatan yang diangkut melalui udara ke Israel sejak 7 Oktober 2023, Washington telah mengirim 107 pengiriman perlengkapan militer melalui laut ke Tel Aviv.

Sebuah pernyataan Kementerian Pertahanan mengatakan pengiriman tersebut meliputi “kendaraan lapis baja, amunisi, perlengkapan perlindungan pribadi, dan peralatan medis, yang sangat penting untuk mempertahankan kemampuan operasional IDF selama perang yang sedang berlangsung”.

Pengiriman senjata yang memungkinkan Israel membunuh lebih dari 40.000 penduduk Palestina, di mana sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan membuat Jalur Gaza tidak dapat dihuni. terjadi ketika pejabat Gedung Putih mengklaim bahwa calon presiden AS dan Wakil Presiden saat ini Kamala Harris telah “bekerja tanpa Lelah” untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Muhammad Shehada dari lembaga pemantau HAM internasional, Euro-Med Monitor, melaporkan pada tanggal 25 Agustus bahwa, menurut beberapa pejabat senior di Doha yang terlibat langsung dalam perundingan gencatan senjata Israel-Gaza, “Saat ini tidak ada negosiasi, hanya sandiwara sandiwara”.

Shehada lebih lanjut menyatakan bahwa Israel dan AS hanya “bernegosiasi di antara mereka sendiri” dan bahwa AS mengeluarkan pernyataan positif tentang negosiasi tersebut yang bertentangan dengan keinginan para mediator untuk menangkis kritik dari Wakil Presiden Harris selama Konvensi Nasional Demokrat atas perannya dalam mendukung genosida.

Shehada menambahkan bahwa tujuan lainnya adalah untuk “menyalahkan Hamas karena menolak kesepakatan non-gencatan senjata yang mustahil dan tidak dapat dilaksanakan untuk mempersulit Iran dan Hizbullah untuk membalas karena mereka berjanji untuk menahan diri selama negosiasi sedang berlangsung”.

Setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut yang dilakukan Israel pada akhir Juli, Iran dan Hizbullah telah berjanji untuk melakukan pembalasan. Hezbollah melakukan sebagian pembalasannya pada hari Minggu ketika meluncurkan lebih dari 300 rudal dan pesawat nirawak, menyerang target intelijen dan militer jauh di dalam Israel dekat Tel Aviv.

Gerakan Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan pada tanggal 25 Agustus bahwa delegasinya meninggalkan Kairo pada hari itu setelah bertemu dengan para mediator dan diberi pengarahan tentang negosiasi oleh pejabat Mesir dan Qatar.

Delegasi Hamas menekankan sikap bahwa setiap perjanjian harus mencakup gencatan senjata secara permanen, penarikan penuh tentara Israel dari seluruh Jalur Gaza, kebebasan kembalinya penduduk ke daerah mereka, pengiriman bantuan dan rekonstruksi, dan kesepakatan pertukaran tahanan yang serius.

Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (22/08/2024), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 40.256 orang dan 93.144 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.

Sementara itu, kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 632 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 140 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: The Cradle, Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir

Bantu Genosida, Sejak 7 Oktober 2023 Amerika Kirim Lebih 20.000 Bom ke Israel

Amerika Serikat telah memasok lebih dari 100 kali pengiriman senjata ke Israel sejak awal genosida, yang telah membunuh lebih dari 39.000 penduduk Palestina, di mana sebagian besar merupakan Perempuan dan anak-anak. Sebuah bom buatan AS menewaskan puluhan penduduk sipil Palestina dalam serangan Israel di sebuah kamp tenda di Rafah pada bulan Mei. Bom buatan AS juga telah dijatuhkan di selatan Lebanon.

Selama November, Israel 22 Kali Serbu Al-Aqsha dan Larang Azan 47 Kali di Masjid Al-Ibrahimi

Tindakan provokatif yang terus menerus dilakukan para pemukim Israel di antaranya membaca teks Talmud dengan keras, sementara para pemimpin tur Yahudi memberikan penjelasan kitabiah yang menyesatkan terkait Al-Aqsha. Mereka kerap mengangkat sejumlah foto kuil Yahudi atau bait suci Yahudi yang diklaim berada di Al-Aqsha dan berkeliling kompleks suci Al-Aqsha, tanpa memperhatikan kesucian tempat umat Islam tersebut.