Yerusalem, SPNA - Perusahaan Penyiaran resmi Israel, sebagaimana dilansir Palinfo, pada Selasa (27/08/2024), mengatakan bahwa Kantor Kepresidenan Pemerintahan Israel, bekerja sama dengan Kementerian Warisan, memutuskan untuk mulai mendanai tur terorganisir untuk menyerbu masuk ke kompleks suci Masjid Al-Aqsa.
Keputusan tersebut menetapkan pembiayaan untuk melakukan serbuan ke Al-Aqsa dengan jumlah dua juta shekel pada awalnya, untuk mengatur proses serbuan dan memberi Yahudi yang masuk ke kompleks suci Al-Aqsa panduan untuk “menghubungkan kompleks Masjid Al-Aqsa dengan sejarah Yahudi”.
Sementara itu, Kementerian Warisan Israel mengatakan bahwa keputusan tersebut mengatur serbuan yang “harus didampingi oleh pemandu yang menjelaskan kepada para peserta, baik orang Yahudi maupun wisatawan, sejarah kompleks suci Al-Aqsa dan kesuciannya bagi orang-orang Yahudi”.
Diperkirakan serbuan tersebut akan dimulai dengan pendanaan pemerintah dalam beberapa minggu mendatang. Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional Zionis yang ekstremis, Itamar Ben-Gvir, mengatakan bahwa dirinya bermaksud mendirikan sinagoga di kompleks suci Masjid Al-Aqsa di wilayah Palestina yang diduduki.
Sekitar dua minggu lalu, Itamar Ben-Gvir bersama dengan anggota pemerintahan Benjamin Netanyahu lainnya, dan sekitar 3.000 pemukim menyerbu Masjid Al-Aqsa.
Pemerintah otoritas pendudukan Zionis dan kelompok pemukim Israel ekstrimis, sejak awal pendudukan tanah Palestina, telah bercita-cita untuk membagi kompleks Masjid Al-Aqsa secara ruang dan waktu bagi Yahudi, terlebih setelah adanya pembagian Masjid Ibrahimi di kota Hebron bagi Yahudi.
Sejak tahun 2003, otoritas pendudukan Israel secara sepihak mengizinkan pemukim Israel untuk memasuki kompleks suci Al-Aqsa hampir setiap hari. Otoritas pendudukan Israel telah mengubah isu pembagian Al-Aqsa menjadi fakta yang diterapkan secara paksa dan secara bertahap.
Tindakan ini dimulai dengan serbuan pemukim Israel ke kompleks Masjid Al-Aqsa yang awalnya jarang dilakukan dan cuma dilakukan pada hari tertentu, sekarang mulai berlangsung setiap hari kecuali pada hari Jumat dan Sabtu, bahkan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pada saat ini, mereka berharap dapat menyerbu masuk ke Al-Aqsa setiap hari, sedangkan jamaah muslim Palestina hingga saat ini, terus mendapat pembatasan dan pemeriksaan yang cukup ketat untuk masuk ke Masjid Al-Aqsa.
Kekerasan yang dilakukan oleh pasukan dan pemukim Israel di Tepi Barat juga telah meningkat secara signifikan sejak tanggal 7 Oktober 2023. Minggu lalu, lebih dari 10 penduduk Palestina dibunuh tentara penjajah Israel di Tepi Barat dan Yerusalem dalam waktu 24 jam. Lebih dari 600 warga Palestina telah dibunuh Israel di Tepi Barat sejak meletusnya perang genosida Israel di Gaza.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (22/08/2024), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 40.256 orang dan 93.144 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
(T.FJ/S: Palinfo)