Kerahkan Tentara Terbesar Sejak 2002, Israel Serang 3 Daerah dan Bunuh 10 Penduduk Palestina di Tepi Barat

Nida Ibrahim dari Al Jazeera mengatakan bahwa tentara Israel menggambarkan operasi di wilayah utara yang diduduki itu sebagai yang terbesar sejak 2002. Jumlah serangan di Tepi Barat telah “meningkat lebih dari tiga kali lipat” sejak pecahnya perang Israel di Gaza pada bulan Oktober.

BY 4adminEdited Thu,29 Aug 2024,04:21 PM

Yerusalem, SPNA - Tentara Israel, pada Rabu dini hari (28/08/2024), melancarkan operasi militer terbesar di Tepi Barat yang diduduki sejak 2002 dengan menyerbu kota Jenin, Tulkarem, dan Tubas di Lembah Yordan dengan ratusan tentara dan melancarkan serangan udara di tiga kota tersebut.

Berdasarkan laporan pejabat Kementerian Kesehatan dan media Palestina, Israel membunuh 10 penduduk Palestina setelah melancarkan serangan darat dan udara berskala besar di bagian utara Tepi Barat yang diduduki.

Saluran Kan milik Israel melaporkan bahwa operasi tersebut adalah yang terbesar sejak Operasi Perisai Pertahanan pada tahun 2002, yang berlangsung di Tepi Barat yang diduduki selama Intifada Kedua. Operasi tersebut dilaporkan akan melibatkan ribuan tentara.

Tel Aviv telah menjuluki operasi tersebut sebagai “Kamp Musim Panas,” yang menargetkan kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat yang diduduki, termasuk kamp Nour Shams milik Tulkarem, kamp Jenin, dan kamp Faraa.

Operasi ini dimulai pada Rabu dini hari, dengan melibatkan ratusan tentara Angkatan darat yang didukung oleh pesawat tempur, pesawat nirawak, dan buldoser, yang menargetkan tiga wilayah secara bersamaan: Jenin, Tulkarem, dan Lembah Yordan.

Direktur departemen ambulans di Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel membunuh empat orang di kamp pengungsi Far'a di Tubas.

Beberapa orang lainnya terluka, tetapi Bulan Sabit Merah mengatakan bahwa tim medis kesulitan menjangkau korban karena pasukan Israel mencegah ambulans memasuki wilayah tersebut.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dua orang dibunuh Israel di Jenin, sementara tiga lainnya dibunuh menggunakan pesawat nirawak Israel yang menyerang kendaraan mereka di desa terdekat, Seir.

Nida Ibrahim dari Al Jazeera mengatakan bahwa tentara Israel menggambarkan operasi di wilayah utara yang diduduki itu sebagai yang terbesar sejak 2002. Jumlah serangan di Tepi Barat telah “meningkat lebih dari tiga kali lipat” sejak pecahnya perang Israel di Gaza pada bulan Oktober.

“Dalam beberapa minggu terakhir, kami telah melihat peningkatan dalam penggunaan serangan udara terhadap pejuang Palestina. Militer Israel mengklaim bahwa mereka memerangi penggunaan IED (alat peledak rakitan),” kata Ibrahim.

Analis politik Timur Tengah, Omar Baddar, mengatakan bahwa serangan itu tampaknya menjadi bagian dari strategi jangka panjang Israel untuk “membersihkan etnis” wilayah Palestina.

“Saya pikir konteksnya perlu diperhatikan, yaitu fakta bahwa Israel telah berniat untuk mencaplok dan membersihkan etnis (Palestina) sebagian besar wilayah Tepi Barat untuk waktu yang sangat, sangat lama,” kata Omar Baddar.

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, meminta tentara untuk mengevakuasi penduduk Palestina dari Tepi Barat.

“Kita harus menghadapi ancaman di Tepi Barat seperti yang kita lakukan di Gaza, termasuk evakuasi sementara penduduk Palestina dan langkah-langkah lain apa pun yang diperlukan. Ini adalah perang untuk segalanya dan kita harus memenangkannya,” kata Israel Katz.

Mengutip sumber militer Israel, media Israel melaporkan bahwa tentara diperkirakan akan melanjutkan penggerebekan dan serangan selama beberapa hari ke depan.

“Saya pikir mereka (tentara Israel) melihat peluang mengingat dunia terganggu oleh kengerian yang dilepaskan Israel di Jalur Gaza untuk meningkat di Tepi Barat. Jadi apa yang telah kita lihat selama beberapa bulan terakhir adalah lebih dari 650 penduduk Palestina telah dibunuh oleh tentara dan pemukim Israel di seluruh Tepi Barat,” kata Analis politik Timur Tengah, Omar Baddar.

Kelompok pejuang Palestina mengatakan telah menyerang balik pasukan Israel di kamp pengungsi Nur Shams dan Jenin. Brigade Al-Quds mengatakan “para pejuangnya menargetkan pasukan infanteri musuh dengan alat peledak berkekuatan tinggi di Nur Shams”.

Brigade Qassam menyatakan bahwa mereka “meledakkan alat peledak buatan lokal dan berkekuatan tinggi di Jenin untuk menyerang kendaraan militer penyerang” dan bahwa para pejuangnya “terlibat dalam bentrokan sengit dengan pasukan pendudukan”.

Pasukan Israel telah menghancurkan jalan menuju beberapa rumah sakit besar di Jenin dan Tulkarem dan mengancam akan menyerbu Rumah Sakit Pemerintah Khalil Suleiman di Jenin.

“Pasukan pendudukan mengepung lembaga medis di kota itu. Mereka memblokir jalan menuju Rumah Sakit Ibnu Sina dengan gundukan tanah, dan mengepung Rumah Sakit Khalil Suleiman dan kantor pusat Bulan Sabit Merah,” kata gubernur Jenin Kamal Abu Al-Rub.

Sementara itu, beberapa faksi perlawanan Palestina tengah menghadapi pasukan Israel di tiga kota yang menjadi sasaran serangan besar-besaran Israel.

Penduduk Palestina yang Selalu Terancam

Sejak Israel melancarkan perang di Jalur Gaza, serangan tentara Israel telah menjadi rutinitas kejam yang terjadi setiap malam di kota-kota dan desa-desa di Tepi Barat, tentara dan pemukim Israel telah membunuh sedikitnya 646 warga Palestina, termasuk 148 anak-anak dan menyebabkan lebih dari 5.400 orang terluka.

Berdasarkan lembaga tahanan Palestina, selama waktu tersebut atau sejak 7 Oktober 2023, tentara Israel telah menangkap sedikitnya 10.200 penduduk Palestina. Sedikitnya 3.432 pendduuk Palestina ditahan di penjara militer Israel tanpa dakwaan di bawah “penahanan administratif”. Penahanan administratif adalah praktik penahanan sewenang-wenang otoritas pendudukan Israel terhadap penduduk Palestina, di mana memungkinkan Israel menahan penduduk Palestina tanpa proses pengadilan dan tanpa tuduhan, dengan tidak mengizinkan tahanan atau kuasa hukumnya untuk meninjau atau memeriksa barang bukti dari pihak Israel.

Kebijakan penahanan ini secara jelas dan tegas telah melanggar ketentuan hukum humaniter internasional, di mana otoritas pendudukan Israel adalah satu-satunya negara di dunia yang mempraktikkan kebijakan ini.

Penindasan dan penjajahan Israel di Tepi Barat terus berlanjut di tengah genosida di Jalur Gaza, di mana menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sedikitnya 1.432 rumah penduduk Palestina dan bangunan lainnya, telah dihancurkan, yang menyebabkan 3.270 penduduk Palestina mengungsi.

“Pada akhirnya, kita berbicara tentang situasi di mana warga Palestina merasa terancam oleh tentara Israel, tetapi mereka juga diserang oleh para pemukim Israel, yang mengamuk dan menyerang kota-kota Palestina dan membuat kehidupan penduduk Palestina semakin sulit,” kata Ibrahim dari Al Jazeera.

Pada hari Selasa (27/08), para pemukim (warga negara Israel yang tinggal secara ilegal di tanah milik penduduk Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki) menembak mati seorang penduduk Palestina dan melukai enam orang lainnya ketika mereka menyerang rumah-rumah penduduk Palestina di desa Wadi Rahal, dekat Betlehem.

Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (26/08), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 40.435 orang dan 93.534 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.

Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: Aljazeera, The Cradle, Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir
Serangan Israel terhadap kamp pengungsi Nur Shams yang terletak di dekat kota Tulkarem di utara Tepi Barat, pada 21 April 2024, bukan hanya membunuh penduduk Palestina, tetapi juga menghancurkan jalananan, infrastruktur, dan bangunan milik penduduk Palest

Tiga Hari Serang Tulkarem, Israel Bunuh 14 Penduduk Palestina, Serangan Paling Keji Israel dalam Beberapa Tahun Terakhir di Daerah Tersebut

“Ini bukan pertama kalinya pasukan penjajah menyerbu Nur Shams, akan tetapi kali ini berbeda karena pasukan penjajah Israel menggunakan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam serangan tersebut. Dalam penggerebekan sebelumnya, jika kendaraan lapis baja menemui jalan buntu di gang-gang kamp, ​​mereka memutar balik dan mencari jalan lain. Kali ini mereka menghancurkan apa pun yang mereka temukan di depannya,” kata Baraa Al-Ghoul, penduduk Nur Shams.

Israel Kerahkan 20 Ribu Tentara Persiapan Eskalasi Besar di Tepi Barat

Polisi Israel akan diperkuat oleh sekitar 20.000 anggota, selama liburan Yahudi. Persiapan menghadapi eskalasi akan terus berlanjut hingga pemilu berikutnya. Penambahan pasukan pendudukan Israel ini merupakan upaya peningkatan pertahanan Israel setelah kegagalan militer yang menyebabkan terbunuhnya Mayor Bar Falah di dekat Jenin.