Tel Aviv, SPNA - Tentara Israel berencana untuk membentuk divisi baru yang bertujuan untuk mengawasi kendali jangka panjang atas Jalur Gaza. Hal ini diungkapkan media Israel, Ynet, pada Kamis (29/08/2024).
Ynet menyebut bahwa keputusan tersebut tidak memiliki tujuan strategis yang jelas bagi masa depan Jalur Gaza.
“Tentara Israel kemarin mulai menerima kenyataan bahwa kontrol Jalur Gaza akan berlanjut selama bertahun-tahun dan akan meluas dan sekitar dua juta warga Palestina akan tetap berada di bawah tanggung jawabnya,” tulis Ynet.
Perwira Israel, Elad Goren, telah dipilih sebagai pihak yang bertanggung jawab atas divisi ini. Goren adalah veteran unit Kementerian Pertahanan, Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT). Menurut Ynet, ia akan mengambil peran yang sama di Gaza seperti kepala cabang COGAT Tepi Barat, Jenderal Israel Hisham Ibrahim.
Laporan Ynet menjelaskan bahwa Goren akan menangani masalah logistik harian seperti pengiriman bantuan kemanusiaan, memperbaiki infrastruktur yang hancur, dan menghubungi organisasi bantuan internasional. Ia juga akan memimpin evakuasi penduduk sipil jangka panjang untuk “mempertahankan legitimasi internasional” guna melanjutkan perang di Jalur Gaza.
“Divisi ini akan memainkan peran utama dalam operasi sipil berskala luas yang akan segera dilaksanakan jika kesepakatan tercapai. Pengembalian sekitar satu juta penduduk Gaza ke rumah mereka di utara Jalur Gaza di bawah proses pemantauan dan inspeksi yang diharapkan di poros Netzarim. Divisi ini juga akan ditugaskan untuk menangani krisis penyeberangan Rafah, terutama mengingat kemungkinan kembalinya badan internasional Eropa untuk mengawasi pekerjaan di sana seperti sebelum tahun 2005,”
Negosiasi gagal mencapai kesepakatan karena Perdana Menteri Israel Benjamin menambah syarat baru, di mana ada mekanisme pemeriksaan militer bagi penduduk Palestina di Jalur Gaza yang telah mengungsi untuk kembali ke utara dan tentara Israel menolak meninggalkan Jalur Gaza sepenuhnya terutama di Koridor Netzarim dan Poros Philadelphia. Persyaratan yang ditolak oleh kelompok pejuang Palestina yang menegaskan gencatan senjata hanya akan dilakukan jika Israel keluar seluruhnya dari Jalur Gaza dan blokade dibuka.
Menurut citra satelit yang ditinjau Ynet awal pekan ini bahwa pasukan Israel telah memperluas koridor Netzarim di Jalur Gaza hingga mencakup empat “pos terdepan” besar yang dirancang untuk menampung tentara Israel secara permanen. Forensic Architecture, sebuah kelompok penelitian yang berpusat di Goldsmiths University, juga mengungkapkan melalui citra satelit pada tanggal 20 Agustus bahwa tentara Israel sedang membangun koridor darat baru di sebelah timur Kota Gaza.
Tahun lalu Netanyahu mengonfirmasi bahwa Israel berencana untuk melakukan kontrol keamanan “tanpa batas” atas Gaza.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (29/08), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 40.602 orang dan 93.855 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
Sementara itu, kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 644 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 140 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Lebih 5.600 penduduk Palestina terluka akibat kekerasan dan kejahatan tentara dan pemukim ilegal Israel.
(T.FJ/S: The Cradle, Palinfo)