New York, SPNA - Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengungkapkan bahwa lebih dari 70% sekolah yang dikelola UNRWA di Gaza telah hancur atau mengalami kerusakan.
Sebagian besar sekolah tersebut kini berfungsi sebagai tempat penampungan darurat yang padat dengan ratusan ribu keluarga pengungsi, sehingga tidak dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan.
Dalam sebuah unggahan di platform “X” pada hari Senin, (02/09/2024), Lazzarini menjelaskan bahwa lebih dari 600.000 anak di Gaza, setengahnya adalah siswa di sekolah-sekolah UNRWA, mengalami trauma berat dan hidup di bawah reruntuhan, kehilangan akses pendidikan.
Ia memperingatkan bahwa semakin lama anak-anak tersebut berada di luar sekolah, semakin membesar risiko Gaza tanpa masa depan. Gencatan senjata yang masih belum jelas menyebabkan anak-anak Gaza berpotensi menjadi korban eksploitasi. “Kita harus memastikan bahwa hal seperti ini tidak terulang di Gaza, sebagaimana yang terjadi dalam konflik lainnya di berbagai belahan dunia,” tambahnya.
Lazzarini juga menekankan perlunya regulasi yang lebih ketat untuk melawan disinformasi dan ujaran kebencian di platform media sosial, mengingat UNRWA adalah organisasi kemanusiaan terbesar yang merespons krisis di Gaza.
Selama bulan-bulan perang yang terus berlanjut, Israel secara sistematis mencoba mencoreng reputasi UNRWA, untuk membenarkan serangan terhadap institusi dan pusat-pusatnya, termasuk yang berfokus pada pendidikan.
UNRWA menjadi sasaran serangan dan kampanye hitam oleh Israel terkait tuduhan bahwa sejumlah pegawainya terlibat dalam serangan terhadap permukiman yang berada di sekitar Gaza pada 7 Oktober 2023. Tuduhan ini menyebabkan 18 negara dan Uni Eropa menangguhkan pendanaan mereka untuk UNRWA. Walaupun mereka akhirnya mencabut keputusan mereka setelah penyelidikan PBB menunjukkan bahwa tuduhan tersebut tidak benar.
(T.RS/S:UNRWA)