Gencatan Senjata Kembali Kandas, Netanyahu Dituding Lebih Mengutamakan Kepentingan Pribadi

Perseteruan politik di Israel memanas setelah Benny Gantz menuduh Netanyahu mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan negara. Gantz mengkritik Netanyahu yang bersikeras mempertahankan kontrol Israel atas Koridor Philadelphia di perbatasan Gaza-Mesir, yang menghambat upaya gencatan senjata. Dalam konferensi di Tel Aviv, Gantz menilai Netanyahu "telah kehilangan arah" dan memperingatkan bahwa tentara Israel bisa menjadi sasaran empuk. Gantz juga menolak klaim Netanyahu bahwa penarikan dari Philadelphia akan sulit dikembalikan. Dia menyerukan pemilu baru, sementara Menteri Pertahanan Yoav Gallant meminta prioritas pada kesepakatan damai untuk membebaskan sandera.

BY 4adminEdited Thu,05 Sep 2024,04:52 AM
Ilustrasi foto: Shoshana Gordon/Axios. Foto: Noam Moskowitz via Getty Images

Tel Aviv, SPNA - Perseteruan politik di Israel semakin memanas setelah Benny Gantz menuduh Netanyahu mengutamakan kepentingan pribadinya di atas kepentingan negara.

Hal disampaikan pemimpin kelompok oposisi pemerintah Israel tersebut dalam merespon Netanyahu yang bersikeras mempertahankan kontrol Israel atas perbatasan Gaza-Mesir di Koridor Philadelphia, yang menjadi penghalang utama dalam upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Berbicara di konferensi tahunan Asosiasi Pengacara Israel di Tel Aviv, Selasa (03/09/2024), Gantz menyatakan bahwa Netanyahu “telah kehilangan ara dan melihat dirinya sebagai negara… Hal ini sangat berbahaya!” tegasnya.

Kontroversi Soal Koridor Philadelphia

Pada Senin malam, Netanyahu menegaskan bahwa Israel harus mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir. Sikap ini dipandang oleh banyak pihak sebagai ancaman terhadap upaya gencatan senjata dan pembebasan sandera Israel dalam perang dengan Hamas.

Gantz kemudian memperingatkan Netanyahu bahwa tentara Israel akan menjadi “sasaran empuk” pejuang Palestina di Gaza. Dia juga menolak klaim Netanyahu bahwa jika Israel menarik diri dari Philadelphia, tekanan internasional akan membuat Israel sulit kembali ke Gaza. “Kita akan kembali ke Philadelphia ketika diperlukan,” kata Gantz sambil menyerukan agar Netanyahu diturunkan tahta lalu diadakan pemilu baru.

Netanyahu belum banyak berpidato sejak 7 Oktober, tetapi pada Senin, dia tampil di televisi untuk menanggapi protes besar-besaran di seluruh Israel yang menuntut kesepakatan damai pasca penemuan enam sandera yang dibunuh di Gaza. Netanyahu menegaskan tidak tunduk dalam perjanjian gencatan senjata dan tidak akan menyerah pada tekanan untuk mengakhiri perang yang kini mendekati bulan ke-12.

Sikap keras Netanyahu ini dikritik oleh banyak pihak, termasuk Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, yang menyerukan agar Israel menyetujui kesepakatan damai untuk membebaskan sandera sebagai prioritas utama pemerintah.

Ketegangan di Gaza dan Tepi Barat

Sementara itu, di Gaza, serangan udara Israel dan pertempuran darat antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Hamas terus berlanjut tanpa henti. Di Tepi Barat, IDF mengubah kebijakannya merespon situasi yang semakin memanas di sana dan sekarang menganggap wilayah tersebut sebagai “garda perang kedua setelah Gazaa”.

Pejabat pertahanan Israel khawatir situasi di Tepi Barat bisa semakin memburuk, sementara perang di Gaza masih berlangsung dan ketegangan semakin intens dengan Hezbollah di perbatasan Lebanon.

Gantz dan banyak warga Israel lainnya menuduh Netanyahu lebih mementingkan kelangsungan politiknya daripada nyawa sandera, dengan alasan bahwa kesepakatan gencatan senjata bisa menyebabkan mitra koalisi sayap kanannya meninggalkan pemerintahan, memicu diadakannya pemilu baru.

(T.RS/S:TheGuardian)

leave a reply
Posting terakhir
Asap mengepul menyusul serangan Israel setelah militer Israel mulai mengevakuasi warga sipil Palestina menjelang ancaman serangan di Rafah, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 6 Mei 2024. REUT

Gencatan Senjata Kandas, Serangan Militer Mematikan di Rafah Dimulai, 1.8 Juta Pengungsi Gaza dalam Ancaman Pembantaian Massal

Operasi militer Israel di Rafah, Jalur Gaza, melibatkan serangan darat dan udara yang mematikan terhadap bangunan dan warga Palestina. 11 orang dilaporkan tewas dan banyak yang terluka. Kota Rafah, sebagai tempat perlindungan terakhir bagi pengungsi, kini terancam, meningkatkan krisis kemanusiaan. Serangan ini memotong jalur penyelamat bagi warga Gaza dan menghambat bantuan kemanusiaan. Kekerasan yang berkelanjutan oleh Israel di Jalur Gaza telah menelan ribuan korban jiwa, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.