Jalur Gaza, SPNA - Juru bicara Sekjen PBB, Stéphane Dujarric, mengecam keras serangan udara Israel yang menghantam kamp pengungsi di Al-Mawasi, Jalur Gaza.
“Serangan ini menewaskan banyak warga sipil yang telah mengungsi ke wilayah tersebut yang termasuk dalam area yang seharusnya dilindungi. Namun, kenyataannya, Al-Mawasi menjadi wilayah yang tidak aman bagi pengungsi Palestina,” tuturnya seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (10/09/2024).
Dujarric mengungkapkan bahwa Sekjen PBB, António Guterres, dengan jelas mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
“Tidak ada pembenaran yang dapat diterima dalam membunuh warga sipil tak berdosa, meskipun pihak Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan tiga pemimpin Hamas dalam serangan tersebut, namun tidak ada alasan yang dapat membenarkan pembunuhan warga sipil,” tegasnya.
Dujarric menyatakan penyesalan mendalam atas situasi ini, warga sipil di Gaza terus membayar harga mahal setiap hari karena perang yang tidak berhenti.
Pada Selasa, 10 September 2024, Badan Pertahanan Sipil Palestina di Jalur Gaza melaporkan bahwa puluhan pengungsi Palestina tewas setelah serangan bom Israel menargetkan tenda-tenda pengungsi di Al-Mawasi.
Sebanyak 40 orang dilaporkan meninggal dunia, sementara 60 lainnya mengalami luka-luka. Serangan ini menghancurkan tenda-tenda pengungsi yang sebelumnya dikategorikan sebagai zona aman oleh militer Israel, yang telah menjadi tempat berlindung bagi ribuan pengungsi.
Direktur Badan Pertahanan Sipil di Gaza menyebutkan bahwa pengeboman menyebabkan lubang sedalam sembilan meter, dan tim penyelamat sedang mencari korban hilang di lokasi tersebut. Sementara itu, Institute for Middle East Understanding (IMEU) mengungkapkan bahwa bom MK-84 buatan Amerika Serikat digunakan dalam serangan ini, yang merupakan salah satu dari ribuan bom yang dikirim ke Israel sejak 2023.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah melebihi 41.000, dengan lebih dari 94.000 orang terluka. Di Tepi Barat, kekerasan juga meningkat, dengan 691 orang tewas dan lebih dari 5.600 terluka sejak 7 Oktober 2023. Sekitar 90 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi akibat serangan yang menghancurkan infrastruktur dan menyebabkan krisis kemanusiaan mendalam.
(T.RS/S:Al-Jazeera)