Militer Israel Terpuruk: Pengunduran Diri Massal Akibat Gagal Antisipasi Serangan Hamas

Serangan 7 Oktober oleh Hamas telah mengguncang institusi militer Israel, dengan serangkaian pengunduran diri dari para pejabat tinggi, termasuk Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Jenderal Herzi Halevi, yang direncanakan mundur pada akhir Desember. Pengunduran diri ini dipicu oleh kegagalan intelijen dalam mendeteksi dan mencegah serangan yang menargetkan basis militer dan pemukiman di sekitar Gaza, yang mengakibatkan korban jiwa dan tawanan di pihak Israel.

BY 4adminEdited Fri,13 Sep 2024,07:05 AM
Kepala Staf Angkatan Darat IDF, Herzi Halevy (tengah)/Reuters

Tel Aviv, SPNA - Situasi dalam institusi militer Israel terus memanas pasca serangan 7 Oktober yang dilancarkan oleh Hamas. Serangan tersebut berhasil mengejutkan Israel dan membongkar kelemahan dalam sistem pertahanan negara tersebut, khususnya pada unit intelijen. Sebagai tanggapan atas kegagalan ini, Kepala Staf Umum Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, dikabarkan berencana untuk mengundurkan diri pada akhir Desember 2024.

Berdasarkan laporan dilansir dari Channel 12 Israel, Halevi menetapkan akhir tahun ini sebagai waktu yang tepat untuk mengumumkan pengunduran dirinya, menyusul penyelesaian penyelidikan atas kegagalan militer dalam menghadapi serangan Hamas pada 7 Oktober. Keputusan ini dilaporkan dibuat setelah percakapan pribadi Halevi dengan kerabatnya, di mana dia menyatakan kekecewaannya terhadap kinerja militer yang dipimpinnya.

Gelombang pengunduran diri ini tidak hanya melibatkan Halevi, tetapi juga pejabat tinggi lainnya, termasuk Kepala Intelijen Militer, Mayor Jenderal Aharon Haliva, dan Komandan Divisi Gaza, Avi Rosenfeld. Mereka mundur karena dinilai gagal mencegah serangan besar-besaran oleh Hamas, yang mengakibatkan tewasnya ratusan warga sipil Israel serta penculikan sejumlah besar orang oleh pejuang Palestina tersebut.

Unit intelijen militer Israel, yang dikenal sebagai Unit 8200, juga mengalami goncangan besar. Komandannya, Kolonel Yossi Shari'el, baru-baru ini mengundurkan diri karena merasa bertanggung jawab atas kegagalan intelijen dalam mendeteksi ancaman sebelum serangan terjadi. Dalam surat pengunduran dirinya, Shari'el mengungkapkan permintaan maafnya karena gagal melaksanakan tugas yang diembannya.

Hamas, melalui sayap militernya, Brigade Al-Qassam, melancarkan serangan terhadap 11 pangkalan militer dan 22 pemukiman di sekitar Gaza pada 7 Oktober. Serangan itu adalah respon atas kejahatan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina setiap hari dan tempat suci umat Islam, terutama Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur. Serangan ini, yang menyebabkan Israel mengalami kerugian besar, sekaligus menjadi titik balik dalam perang yang telah berlangsung lama antara kedua pihak.

Serangan ini juga menambah ketegangan dalam hubungan antara pemimpin politik dan militer Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi kritik tajam dari militer, yang menyalahkannya atas kegagalan strategi politik untuk mendukung keberhasilan militer di lapangan. Selain itu, ketegangan semakin meningkat karena perdebatan mengenai apakah tentara Israel harus tetap berada di Gaza atau menarik diri, sekaligus mempengaruhi negosiasi yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.

Dengan mundurnya para pejabat militer penting, Israel saat ini berada dalam situasi yang sangat kritis. Selain itu, penyelidikan atas kegagalan intelijen terus berlanjut. Di saat yang sama, Israel akan menghadapi kemungkinan peran lebih lanjut, khususnya dengan Hizbullah di Lebanon.

Meskipun pengunduran diri Halevi dan pejabat lainnya menyoroti krisis dalam kepemimpinan militer Israel, Perdana Menteri Netanyahu tetap bersikukuh dalam keputusannya untuk melanjutkan operasi militer di Gaza, meskipun menghadapi kritik dan tekanan dari berbagai pihak.

(T.RS/S: Anadolu Agency, AFP)

leave a reply
Posting terakhir

Di Tengah Krisis Pasukan, Ratusan Perwira Israel Malah Ajukan Pengunduran Diri dari Dinas Militer

Sementara itu, media Israel lainnya, Walla, mengatakan bahwa tentara menderita kekurangan tentara dan sedang berupaya membentuk divisi baru untuk melaksanakan berbagai tugas. Divisi baru ini akan dinamai “Divisi David” dan akan mencakup tentara pria dan wanita yang telah mencapai usia pengecualian, sukarelawan, dan anggota Haredim (Yahudi Ultra-Ortodoks), sehingga tentara mungkin dapat merekrut 40.000 tentara.

Aharon Haliva, kepala intelijen militer Israel (IDF), Sumber: Aljazera

Gagal Atasi Serangan Hamas, Kepala Intelejen Militer Israel Mengundurkan Diri

Kepala intelijen militer Israel, Aharon Haliva, mengundurkan diri menyusul serangan Hamas yang berhasil menembus pertahanan Israel pada 7 Oktober 2023. Pengunduran dirinya menjadi yang pertama dalam sejarah IDF setelah serangan yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 lainnya. Dalam surat pengunduran dirinya, Haliva mengakui kegagalan dalam menjalankan tanggung jawabnya dan menyesali tidak mampu mencegah serangan tersebut. Pengunduran dirinya dapat membuka peluang bagi lebih banyak petinggi keamanan Israel untuk menerima kesalahan serupa dan mengundurkan diri.