Genosida dan Blokade Terus Berlanjut, Stok Obat-obatan di Jalur Gaza Hampir Habis

Israel sering kali memblokir obat bius agar tidak masuk ke Gaza meskipun banyak dokter Gaza yang terpaksa melakukan amputasi terhadap warga Palestina yang terluka akibat bom dan penembak jitu Israel.

BY 4adminEdited Sun,15 Sep 2024,02:57 AM

Gaza, SPNA - Direktur Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, pada Jumat (13/09/2024), melaporkan bahwa Jalur Gaza menghadapi kekurangan obat-obatan dan perlengkapan medis yang sangat parah setelah 11 bulan pemboman dan blokade terus menerus yang dilakukan Israel.

Berdasarkan laporang Kementerian Kesehatan, 60 persen stok obat-obatan di Jalur Gaza benar-benar kosong, 83 persen perlengkapan medis yang dibutuhkan di rumah sakit Gaza tidak tersedia, dan 74 persen obat-obatan yang dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa tidak tersedia.

The Guardian melaporkan pada 12 September bahwa ribuan paket bantuan berupa makanan, perlengkapan medis, dan bahkan sikat gigi dan sampo masih tertahan di tumpukan truk yang tidak dapat memasuki Gaza dari Mesir karena pembatasan dan blokade Israel.

Wakil direktur senior Badan Bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA) di Jalur Gaza, Sam Rose, mengatakan kepada The Guardian bahwa lebih dari separuh obat-obatan di pusat Kesehatan UNRWA hampir habis, begitu pula klorin untuk pemurnian air dan perlengkapan dasar lainnya. Ia menambahkan bahwa UNRWA terpaksa mencoba mengimpor barang-barang tunggal, seperti sabun, karena peralatan yang berisi berbagai barang tambahan, seperti bubuk pencuci, telah diblokir untuk masuk.

“Kami yakin lebih baik membawa sabun batangan daripada mencoba sesuatu yang lebih rumit. Ini menunjukkan betapa putus asanya situasi ini. Kami terpaksa hanya berusaha seminimal mungkin untuk meningkatkan kondisi kebersihan, yang merupakan keadaan yang mengerikan dalam situasi di mana ada risiko penyakit menular yang meningkat,” kata Sam Rose.

Pembatasan dan blokade Israel juga menyebabkan krisis pangan, dengan truk-truk yang memuat sayuran segar atau daging terus membusuk saat menunggu untuk melewati pos pemeriksaan Israel.

“Kami memperkirakan lebih dari satu juta warga Gaza akan kekurangan makanan pada bulan September,” Rose memperingatkan.

Pada bulan Maret, CNN melaporkan bahwa Israel memblokir beberapa barang medis untuk memasuki Gaza, termasuk anestesi dan mesin anestesi, tabung oksigen, ventilator, dan sistem penyaringan air.

Barang-barang lain yang sering diblokir termasuk kurma, kantong tidur, obat-obatan untuk mengobati kanker, tablet pemurni air, dan perlengkapan bersalin.

Israel sering kali memblokir obat bius agar tidak masuk ke Gaza meskipun banyak dokter Gaza yang terpaksa melakukan amputasi terhadap warga Palestina yang terluka akibat bom dan penembak jitu Israel.

Setelah Operasi Badai Al-Aqsha Hamas pada 7 Oktober, Israel semakin memperketat blokade yang telah berlangsung selama 17 tahun di Jalur Gaza.

“Saya telah memerintahkan blokade total di Jalur Gaza. Tidak akan ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar, semuanya ditutup. Kami memerangi hewan manusia, dan kami bertindak sesuai dengan itu,” kata Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, pada 9 Oktober.

Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (14/09/2024), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 41.118 orang dan 94.825 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.

Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

Sementara itu, kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 708 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 146 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Lebih 5.600 penduduk Palestina terluka akibat kekerasan dan kejahatan tentara dan pemukim ilegal Israel.

(T.FJ/S: The Cradle, Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir