Kairo, SPNA - Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdel Aty, dan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada Jumat (13/09/2024), menekankan pentingnya gencatan senjata cepat di Jalur Gaza.
Pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri dan Imigrasi Mesir menerima panggilan telepon dari Sekretaris Jenderal PBB, di mana ia membahas perkembangan terkini di Jalur Gaza dan eskalasi berbahaya di Tepi Barat.
Berdasarkan pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Mesir, seruan tersebut termasuk menekankan pentingnya gencatan senjata yang cepat, masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, dan memfasilitasi tugas Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdel Aty, menekankan faktor penentu posisi Mesir, yang didasarkan pada kebutuhan untuk menghentikan agresi dan segera memberikan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Badr Abdel Aty menekankan bahwa perdamaian, keamanan dan stabilitas tidak akan tercapai di kawasan tanpa mengandalkan kerangka acuan yang disepakati dan pembentukan negara Palestina sesuai garis 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Sekretaris Jenderal PBB menyampaikan apresiasinya atas peran Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat dalam upaya mediasi yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan, menyampaikan aspirasinya untuk mencapai kesepakatan ini sesegera mungkin.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (14/09), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 41.118 orang dan 94.825 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
Sementara itu, kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 708 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 146 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Lebih 5.600 penduduk Palestina terluka akibat kekerasan dan kejahatan tentara dan pemukim ilegal Israel.
(T.FJ/S: RT Arabic)