Gaza, SPNA - Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, sebagaimana dilansir Aljazeera, pada hari Selasa (24/05/2024), meminta Otoritas Palestina untuk menghentikan sikap mencurigakan dan mendorong anggota pasukan keamanan Otoritas Palestina untuk terlibat dalam menghadapi penjajah Israel daripada mengejar para pejuang perlawanan.
“Kami menyerukan kepada pimpinan Otoritas (Palestina) untuk menghentikan perilaku mencurigakan dan tidak dapat diterima, serta berupaya mendorong dinas keamanan untuk terlibat dalam perlawanan,” kata Hamas.
Hamas menyebut bahwa berlanjutnya kebijakan Otoritas Palestina di Tepi Barat yang mengejar para pejuang perlawanan Palestina, menyita senjata mereka, serta mendeteksi dan membongkar bom rakitan (IED) sejalan dengan kebijakan penjajah Israel dan ikut terlibat dalam agresi melawan rakyat Palestina sendiri.
Setiap hari, pasukan penjajah Israel melakukan serangan di kota-kota Tepi Barat, yang membunuh ratusan penduduk Palestina sejak 7 Oktober 2023.
Hamas meminta kepemimpinan Otoritas Palestina untuk menghentikan hegemoni “dinas keamanan” terhadap rakyat Palestina dan kelompok perlawanan. Hamas juga meminta Otoritas Palestina untuk mendukung upaya untuk mencapai persatuan internal Palestina.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Selasa (24/09/2024), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 41.467 orang dan 95.921 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
Sementara itu, kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 708 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 146 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Lebih 5.600 penduduk Palestina terluka akibat kekerasan dan kejahatan tentara dan pemukim ilegal Israel.
(T.FJ/S: Aljazeera, Palinfo)