Tel Aviv, SPNA - Pemerintah Israel, pada hari Kamis (26/09/2024), mengumumkan telah menerima paket bantuan senilai 8,7 miliar dari Amerika Serikat yang akan digunakan untuk mendukung operasi militernya saat ini yang sedang melakukan genosida terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza dan meningkatkan serangan terhadap penduduk Lebanon.
Paket tersebut mencakup 3,5 miliar dolar yang dialokasikan untuk pembelian penting terkait “perang” dan 5,2 miliar dolar yang dialokasikan untuk sistem pertahanan udara, termasuk sistem anti-rudal Iron Dome dan sistem laser canggih.
Selain itu, para pejabat Amerika menyatakan sikap optimisme yang sedang mengupayakan gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel. Pemerintahan Biden mengatakan pihaknya sedang fokus untuk memisahkan fase pertama perjanjian gencatan senjata di Lebanon dari perjanjian gencatan senjata dengan kelompok pejuang Palestina, yang “masih menemui jalan buntu”. Amerika terus berdalih sedang mengupayakan melakukan gencatan senjata, di saat yang sama terus mengirim bantuan militer kepada Israel untuk terus membantai penduduk Palestina.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Sabtu (28/09/2024), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 41.586 orang dan 96.210 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
Sementara itu, kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 708 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 146 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Lebih 5.600 penduduk Palestina terluka akibat kekerasan dan kejahatan tentara dan pemukim ilegal Israel.
(T.FJ/S: RT Arabic, Palinfo)