Beirut, SPNA – Israel, pada hari Jumat (27/09/2024) malam, Kembali melakukan serangan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di distrik Dahiya selatan Beirut dengan dalih untuk membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayed Hassan Nasrallah.
Beberapa serangan udara menargetkan gedung apartemen perumahan dalam serangan yang digambarkan sebagai “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya”, di mana korban yang meninggal dunia termasuk anak-anak. Sejauh ini, lebih dari 700 orang dibunuh Israel di seluruh Lebanon sejak Israel mengintensifkan serangan pengeboman pada hari Senin (23/09).
Serangan itu menargetkan dan menghancurkan enam bangunan permukiman yang padat dengan penduduk. Juru bicara tentara Israel, Daniel Hagari, merilis pernyataan video tak lama setelah serangan itu yang mengklaim bahwa bangunan-bangunan itu berisi "Markas Pusat" Hizbullah.
Media Lebanon melaporkan bahwa lebih dari 10 rudal Israel dijatuhkan dalam waktu kurang dari tiga menit di kompleks tersebut, yang terletak di daerah Haret Hreik di Dahiya. Radio tentara Israel mengatakan bahwa jet tempur F-35 Israel menjatuhkan bom penghancur bunker seberat 2.000 pon (907 kilogram) di bangunan permukiman itu.
Laporan-laporan Israel mengindikasikan bahwa Netanyahu telah menyetujui serangan itu sebelum berangkat ke New York untuk menghadiri pertemuan Majelis Umum PBB. Netanyahu mempersingkat kunjungannya ke New York untuk kembali ke Israel setelah mendengar berita tentang serangan itu.
Sementara media Israel mengutip seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Israel memberi tahu Amerika Serikat tentang niatnya untuk melakukan serangan itu. Sementara itu, Pentagon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS telah berbagi informasi intelijen dengan Israel selama perang saat ini, tetapi tidak pernah mengambil bagian dalam serangan terakhir di Dahiya atau serangan-serangan sebelumnya di distrik selatan Beirut.
Sementara itu, petugas tanggap darurat Lebanon terus berupaya menyelamatkan para korban selamat dari bawah reruntuhan. Hingga saat artikel ini ditulis, jumlah warga sipil yang meninggal dunia belum disebutkan.
Radio tentara Israel mengutip sumber militer mengatakan bahwa siapa pun yang berada di gedung-gedung yang menjadi sasaran “tidak akan keluar hidup-hidup”. Menteri Kesehatan Lebanon, Firas al-Abyad, mengatakan bahwa beberapa gedung yang menjadi sasaran “penuh dengan warga sipil”.
Israel terus memperluas kampanye pengebomannya di Lebanon sejak Senin lalu (23/09), dengan menyerang kota-kota Lebanon, terutama di seluruh selatan Lebanon, Lembah Beqaa, dan Gunung Lebanon. Hizbullah juga telah memperluas serangan roketnya, yang telah mencapai Galilea bagian bawah, menargetkan pangkalan militer dan lapangan udara Israel, pelabuhan laut Haifa, dan perusahaan manufaktur militer Raphael.
Sejak dimulainya serangan Israel saat ini di Lebanon, serangan Israel telah membunuh sedikitnya 1.250 penduduk Lebanon dan melukai lebih dari 5.000 lainnya.
Daerah perbatasan di selatan Lebanon telah menyaksikan ketegangan keamanan, baku tembak, dan pemboman rudal antara tentara Israel dan Hizbullah satu hari setelah Hamas melancarkan Operasi “Badai Al-Aqsha” pada 7 Oktober 2023 dan Israel melakukan perang genosida terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza.
Hizbullah beberapa kali menegaskan bahwa selama Israel masih belum menghentikan perang dan genosida di Jalur Gaza, maka serangan dan perang dari Hizbullah Lebanon tidak akan berhenti.
Sementara itu, Hizbullah telah mengonfirmasi syahidnya pemimpin mereka, Sayed Hassan Nasrallah dalam serangan udara besar-besaran di kawasan padat penduduk di Beirut pada Jumat malam yang menghancurkan beberapa gedung apartemen tempat tinggal.
(T.FJ/S: Aljazeera, Mondoweiss, RT Arabic)