Beirut, SPNA - Operasi pengeboman yang dilakukan Israel di Lebanon telah membunuh sedikitnya 136 orang selama 24 jam terakhir, di mana serangan udara terus berlanjut di ibu kota negara itu hingga pagi hari Senin (30/09/2023).
Ratusan penduduk Lebanon lainnya mengalami luka-luka, di mana di saat yang sama hampir satu juta orang mengungsi akibat agresi Israel. Pada Minggu malam (29/09), serangan udara Israel menghantam sebuah gedung perumahan penduduk bertingkat di daerah Cola di ibu kota Lebanon, menandai serangan pertama di tengah-tengah Beirut sejak dimulainya konflik ini.
“Semua orang yang dibunuh Israel adalah anak-anak dan perempuan. Mereka mengubah kami menjadi Gaza kedua. Kami katakan kepada Israel: selama Allah bersama kami kami tidak takut denganmu atau senjatamu,” kata Sawsan Halawi, penduduk Lebanon yang kerabatnya meninggal dunia dibom Israel.
Berdasarkan laporan Koordinator Komite Darurat Pemerintah Lebanon dan Menteri Lingkungan Hidup, Nasser Yassin, lebih dari 1.600 warga Lebanon telah dibunuh oleh Israel sejak 8 Oktober, termasuk 104 anak-anak dan 194 perempuan, serta hampir 10.000 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sekitar 108 orang dibunuh Israel pada hari Sabtu saja (28/09), di mana masih banyak jenazah masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Israel telah melancarkan ratusan serangan udara di seluruh Lebanon selama seminggu terakhir, yang menghancurkan puluhan bangunan dan membunuh ratusan penduduk Lebanon. Pada 23 September, Israel membunuh 558 orang di Lebanon, termasuk di antaranya 50 anak-anak dan 94 perempuan.
Para pejabat pemerintah mengumumkan selama akhir pekan bahwa sekitar satu juta orang atau seperlima dari populasi, telah mengungsi secara paksa akibat serangan udara Israel yang tidak kunjung berhenti hingga saat ini.
“Jumlah tempat penampungan di fasilitas umum telah meningkat menjadi 777 pusat penampungan, termasuk sekolah umum, kompleks pendidikan, dan pusat pertanian di berbagai provinsi. Kementerian Pendidikan baru-baru ini mengumumkan 120 sekolah baru telah siap menerima warga yang mengungsi, dengan kapasitas maksimum telah tercapai di lembaga pendidikan umum di Beirut dan Gunung Lebanon,” kata pejabat Lebanon.
Namun demikian, skala kerusakan telah memaksa puluhan ribu orang tidur di tempat terbuka karena tempat penampungan pemerintah dan informal dengan cepat penuh sesak.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Lebanon pada pekan lalu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “kebutuhan kemanusiaan telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah menghabiskan upaya dan sumber daya saat ini”.
(T.FJ/S: The Cradle)