Gaza, SPNA – Lembaga pemantau HAM internasional, Euro-Med Monitor, pada Kamis (26/09/2024), menyebut Israel telah menghancurkan ratusan dunum atau puluhan lahan pertanian, merampas lahan pertanian, dan sumber daya vital bagi kelangsungan hidup penduduk Palestina di utara Jalur Gaza. Hal ini dilakukan untuk mendukung kejahatan genosida dan blokade ilegal Israel terhadap Jalur Gaza dan pembatasan ketat terhadap masuknya pasokan makanan selama hampir setahun penuh. Ini merupakan ekspresi kegigihan Israel untuk melakukan genosida terhadap penduduk sipil Palestina.
Euro-Med Monitor menyebut bahwa penghancuran ini merupakan bagian dari rencana Israel yang lebih besar yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 lalu. Berdasarkan rencana ini, pasukan Israel telah berupaya untuk menghilangkan hampir 80 persen lahan pertanian di Jalur Gaza agar tidak dapat digunakan oleh penduduk Palestina. Israel telah melakukan ini baik dengan mengisolasinya sebagai persiapan untuk merampasnya secara paksa dengan memasukkannya ke dalam “zona penyangga” atau dengan menghancurkannya dengan buldozer atau cara lain, seperti pemboman, yang semuanya melanggar hukum internasional.
Menurut tim lapangan Euro-Med Monitor, pasukan Israel menyerbu wilayah Al-Shimaa di Beit Lahia, utara Jalur Gaza, pada Selasa dini hari (25/09/ 2024). Dengan menggunakan buldoser militer, tentara Israel tersebut melakukan operasi penghancuran, menghancurkan lebih dari 500 dunum atau lebih 50 hektare lahan pertanian yang baru saja ditanami kembali oleh penduduk Palestina, untuk memenuhi kebutuhan penduduk di utara Jalur Gaza, yang menjadi sasaran genosida dan blokade sewenang-wenang dan kebijakan kelaparan sistematis yang dilakukan Israel.
Penghancuran lahan pertanian yang dilakukan Israel, yang sebagian besar ditanami terong, mencerminkan desakan Israel untuk mencegah penduduk Palestina bergantung pada lumbung pangan pertanian wilayah tersebut selama periode ketika pasokan sayuran dan makanan lain yang cukup tidak tersedia di utara Jalur Gaza. Hal ini menyebabkan kelaparan parah, sampai-sampai sebagian besar penduduk di utara Gaza terpaksa memakan daun pohon dan memanggang pakan ternak yang digiling sebagai pengganti tepung.
Yousef Saqr Abu Rabie dari Beit Lahia memberi tahu Euro-Med Monitor tentang kerugian signifikan yang dideritanya pada hari Senin dan Selasa, 23-24 September, sebagai akibat dari penghancuran puluhan dunum atau beberapa hektar lahan yang ditanami di utara Gaza. Abu Rabie menyatakan bahwa meskipun tanahnya berada di luar “zona keamanan” yang ditetapkan oleh Israel pada awal perang, operasi penghancuran masih terjadi. Ia menyebut bahwa tanaman yang sekarang dihancurkan buldoser Israel bahkan telah menghasilkan buah yang sangat dibutuhkan oleh penduduk utara Gaza.
Sebagai bagian dari kejahatan genosida yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023, Israel telah berupaya selama setahun terakhir untuk secara sistematis dan ekstensif menghancurkan lumbung makanan Jalur Gaza yang berisi buah-buahan, sayuran, dan daging, bersama dengan semua bahan produksi pangan lokal lainnya. Israel juga dengan sengaja menghalangi masuknya makanan dan bantuan kemanusiaan yang mengakibatkan krisis kelaparan parah di Jalur Gaza.
Euro-Med Monitor menyebut bahwa tentara Israel telah meratakan atau menghancurkan semua lahan pertanian di sepanjang “pagar keamanan” yang memisahkan timur dan utara Jalur Gaza pada kedalaman hampir dua kilometer dari pagar yang berbatasan dengan Israel. Kejahatan terhadap pertanian ini telah menghilangkan tanah Jalur Gaza sekitar 96 kilometer persegi dalam upaya yang jelas untuk mencaploknya ke “zona penyangga” antara Gaza dan Israel, yang melanggar hukum internasional.
Sementara itu, jalan dan “zona penyangga baru” Israel yang membelah Kota Gaza dan pembentukan poros Netzarim Israel untuk menjaga agar beberapa bagian Jalur Gaza tetap terpisah, telah mengakibatkan penghancuran sekitar tiga kilometer persegi lahan pertanian. Dengan demikian, lahan pertanian yang dihancurkan oleh Israel untuk memungkinkan pembentukan area “penyangga” tersebut sekitar 27,5 persen dari Jalur Gaza.
Tentara Israel telah berupaya menghancurkan hampir semua bangunan dan fasilitas di sebagian besar lahan ini, yang sekarang berada di dalam “zona penyangga” yang aksesnya dilarang bagi penduduk dan petani. Lahan ini mewakili sebagian besar lahan pertanian di Jalur Gaza dan mencakup puluhan hektare lahan pertanian yang ditanami sayuran dan buah-buahan, serta sebagian besar lainnya yang diperuntukkan untuk pemeliharaan unggas dan ternak.
Di luar “zona penyangga” ini, lahan tambahan telah dihancurkan oleh serangan Israel atau pemboman udara dan artileri, yang mengakibatkan hancurnya sedikitnya 34 kilometer persegi lahan pertanian dan jalan-jalan yang menuju ke lahan tersebut. Hal ini menjadikan total persentase lahan yang hancur di Jalur Gaza menjadi 36,9 persen, atau lebih dari 75 persen wilayah Jalur Gaza yang diperuntukkan bagi pertanian.
Dari sedikit wilayah yang tersisa yang disisihkan untuk pertanian, mayoritas berada di wilayah Al-Mawasi di selatan Jalur Gaza, sebelah barat Khan Yunis, yang sekarang menjadi rumah bagi ratusan ribu orang yang telah mengungsi secara paksa.
Selain penghancuran ribuan pertanian, rumah kaca, sumur air, tangki, dan gudang yang menampung peralatan pertanian oleh Israel, Euro-Med Monitor mencatat pembunuhan yang disengaja terhadap banyak petani saat mereka bekerja atau mencoba mengakses lahan pertanian mereka.
Sejak awal genosida, tentara Israel juga telah membunuh beberapa nelayan dan menghancurkan sebagian besar kapal penangkap ikan dan pelabuhan penangkapan ikan di Jalur Gaza. Tindakan ini berdampak negatif terhadap ketersediaan makanan sehat bagi lebih dari 2,2 juta warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza, dan dampaknya diperkirakan akan berlangsung selama bertahun-tahun setelah penarikan militer Israel.
Para petani merasa sulit atau tidak mungkin untuk mengakses wilayah yang terhindar dari pemboman Israel, karena pemboman yang sedang berlangsung dan serangan darat ke banyak wilayah. Selain itu, kurangnya listrik, rusaknya sumur air, dan kelangkaan bahan bakar menyulitkan petani mengolah tanah baru dan mengairinya dengan air. Hal ini terjadi ketika genosida terus berlangsung dan pasokan bantuan diblokir agar tidak sampai ke penduduk dan orang-orang yang mengungsi di Jalur Gaza oleh tentara Israel.
Serangan militer Israel yang sedang berlangsung berdampak buruk pada tanah, udara, kualitas air, lahan pertanian, kesehatan masyarakat, dan lingkungan. Dampak ini bertambah parah seiring waktu, dan pada titik tertentu, dapat mengakibatkan peningkatan yang mengejutkan dalam angka kematian.
Euro-Med Monitor menyebut bahwa hak asasi manusia yang diakui secara internasional atas makanan, air, dan sanitasi adalah hak dasar yang melindungi kesehatan dan martabat penduduk. Hak ini hanya dapat terwujud jika masyarakat internasional mengakhiri kejahatan genosida Israel, mencabut blokade ilegal di Jalur Gaza, dan menyelamatkan sisa-sisa daerah Jalur Gaza, yang saat ini tidak dapat dihuni di semua lini. Penundaan tekanan internasional terhadap Israel hanya akan menyebabkan Jalur Gaza semakin memburuk, menelan lebih banyak korban jiwa warga sipil, dan sangat memengaruhi kesehatan masyarakat.
Euro-Med Monitor menegaskan bahwa masyarakat internasional harus bertindak cepat dan tegas untuk mengakhiri kejahatan genosida Israel di Jalur Gaza, yang melibatkan pembunuhan langsung dan pemaksaan kondisi hidup yang tidak tertahankan bagi penduduk sipil Palestina. Israel berusaha merampas semua harapan warga Palestina untuk bertahan hidup dengan mengubah Jalur Gaza menjadi tempat tanpa kebutuhan hidup dasar.
Euro-Med Monitor menekankan bahwa masyarakat internasional harus memastikan bahwa bantuan kemanusiaan, terutama makanan pokok dan pasokan non-makanan yang dibutuhkan, sampai ke Jalur Gaza dengan cepat, khususnya bagian utara Jalur Gaza.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (30/09), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 41.615 orang dan 96.251 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
(T.FJ/S: Euro-Med Monitor)