Gaza, SPNA - Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi, pada Kamis (03/10/2024), mengatakan bahwa perang genosida Israel telah membuat hampir 800.000 siswa di berbagai tingkat pendidikan kehilangan kesempatan menyelesaikan studi selama dua tahun berturut-turut.
Kementerian menjelaskan dalam sebuah pernyataan bahwa lebih dari 650.000 siswa laki-laki dan perempuan tidak bisa melakukan pendaftaran di sekolah untuk tahun ajaran kedua berturut-turut, sekitar 100.000 siswa laki-laki dan perempuan di lembaga pendidikan tinggi, dan sekitar 35.000 anak di taman kanak-kanak.
Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi menegaskan bahwa hampir genap satu tahun perang genosida Israel di Jalur Gaza, Israel secara brutal terus menerus menargetkan anak-anak dan merampas hak atas perlindungan dan pendidikan yang aman.
Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi menunjukkan bahwa Israel terus menargetkan pelajar dan tenaga pengajar di sektor pendidikan. Sejak awal perang pada tanggal 7 Oktober, lebih 11.600 anak-anak Palestina usia sekolah telah meninggal dunia, dan puluhan ribu lainnya mengalami luka-luka, cacat fisik, dan trauma psikologis.
Lebih dari 750 guru, pegawai pendidikan dan administrasi juga telah meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka akibat serangan Israel.
Serangan ini juga menargetkan mahasiswa dan pegawai di institusi pendidikan tinggi, yang membunuh lebih dari seribu 1.100 mahasiswa dan sekitar 135 dosen, akademisi, dan profesor universitas di sejumlah universitas di Jalur Gaza.
Israel berulang kali menargetkan fasilitas dan bangunan pendidikan meskipun penduduk sipil Palestina menggunakan sisa fasilitas tersebut sebagai pusat penampungan bagi para pengungsi, di mana hampir secara total (93 persen) gedung sekolah hancur.
Israel juga secara langsung dan secara sengaja menargetkan gedung-gedung administrasi dan akademik serta fasilitas milik institusi pendidikan tinggi, yang menghancurkan lebih dari 135 fasilitas dan bangunan administrasi dan akademik di universitas, perguruan tinggi, dan institut di Jalur Gaza.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (30/09), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 41.615 orang dan 96.251 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
(T.FJ/S: Palinfo)