Israel Jatuhkan Bom dengan Hulu Ledak Uranium di Gaza dan Beirut

Hulu ledak yang dibuat dengan selongsong uranium terdeplesi dirancang untuk menembus benteng yang dalam, menyebabkan kerusakan yang signifikan dan melepaskan gas beracun. Bom jenis ini juga bersifat radioaktif dan telah dikaitkan dengan peningkatan besar-besaran angka kanker di Irak setelah perang AS di negara itu pada tahun 1991 dan 2003.

BY 4adminEdited Thu,10 Oct 2024,04:43 PM

Beirut, SPNA - Kepala Presiden Asosiasi Kedokteran Sosial Lebanon, Raif Reda, pada Minggu (06/10/2024), mengatakan Israel telah mengebom pinggiran selatan Beirut menggunakan bom terlarang dengan hulu ledak uranium. Ia menyerukan pengumpulan sampel dari lokasi yang dibom untuk dikirim ke PBB sebagai bagian dari penyelidikan internasional.

“Dan mengirim laporan ke PBB sehingga dunia dapat menyaksikan sejarah kriminal berdarah musuh Zionis,” kata Raif Reda.

Hulu ledak yang dibuat dengan selongsong uranium terdeplesi dirancang untuk menembus benteng yang dalam, menyebabkan kerusakan yang signifikan dan melepaskan gas beracun. Bom jenis ini juga bersifat radioaktif dan telah dikaitkan dengan peningkatan besar-besaran angka kanker di Irak setelah perang AS di negara itu pada tahun 1991 dan 2003.

Surat kabar Lebanon, L'Orient Today, melaporkan bahwa angkatan udara Israel mungkin telah menggunakan bom uranium terdeplesi ketika angkatan udaranya menjatuhkan 80 bom seberat satu ton (2.000 pon) di sedikitnya empat bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan Beirut pada tanggal 27 September untuk membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

The New York Times mencatat bahwa sebuah video yang dirilis oleh tentara Israel menunjukkan bahwa pesawat tempur yang menerbangkan misi untuk membunuh Nasrallah masing-masing dilengkapi dengan enam rudal BLU-109 buatan AS.

L'Orient Today mencatat bahwa menurut sebuah laporan dari Institut Angkatan Laut AS, jenis bahan peledak yang paling umum di dalam rudal ini adalah bom yang diklasifikasikan sebagai GBU-31.

“Amunisi berpemandu ini dikenal karena kemampuannya menembus beton bertulang atau struktur baja berkat casing yang terbuat dari uranium terdeplesi (DU), yang digunakan karena kepadatannya yang tinggi, yang meningkatkan ketahanan bom saat menghantam tanah,” sebut L'Orient Today.

Angkatan udara Israel juga telah menggunakan bom ini di Gaza. Sebuah laporan yang disampaikan kepada Komisi Hak Asasi Manusia PBB mendokumentasikan jatuhnya bom GBU-31, GBU-32, dan GBU-39 yang mendokumentasikan serangan udara yang dilakukan angkatan udara Israel terhadap apartemen hunian, sekolah, kamp pengungsi, dan pasar antara 9 Oktober dan 2 Desember 2023.

Amunisi uranium terdeplesi menimbulkan risiko bagi penduduk sipil bertahun-tahun setelah sebuah lokasi dibom karena melepaskan partikel radioaktif saat terjadi benturan dan mencemari tanah dan lingkungan sekitarnya.

Angkatan Udara AS menggunakan bom yang memiliki hulu ledak uranium terdeplesi ini selama kedua perangnya di Irak.

Peneliti dan profesor teknik lingkungan di Universitas Kanada Dubai dan mantan direktur program doktoral teknik lingkungan di Universitas Baghdad, Souad al-Azzawi, mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa kasus leukemia pada anak-anak meningkat hingga 60 persen antara tahun 1990 dan 1997 dan bahwa cacat lahir meningkat tiga kali lipat antara tahun 1990 dan 1998 di Basra, Irak.

Angkatan Udara AS mengebom kota Basrah sebagai tanggapan atas invasi Saddam Hussein ke Kuwait pada tahun 1990. Al-Azzawi mengatakan bahwa uranium terdeplesi yang digunakan selama konflik tersebut bertanggung jawab atas peningkatan kanker dan cacat lahir di daerah tersebut.

Uranium terdeplesi adalah salah satu kontaminan yang paling banyak dibahas terkait dengan cacat lahir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis sebuah laporan pada tahun 2003 berjudul “Dampak Potensial Konflik terhadap Kesehatan di Irak” yang menyatakan bahwa uranium terdeplesi mungkin terkait dengan laporan peningkatan kanker, cacat lahir, masalah kesehatan reproduksi, dan penyakit ginjal pada populasi Irak sejak tahun 2003.

Proyek Penelitian dan Informasi Timur Tengah (MERIP) melaporkan bahwa uranium yang terdeplesi mungkin menjadi salah satu penyebab lonjakan besar cacat lahir di antara anak-anak di Falluja, yang dibom besar-besaran oleh pasukan AS selama pertempuran dengan pemberontak pada bulan April dan November 2004.

MERIP mencatat bahwa halaman Facebook Cacat Lahir Rumah Sakit Falluja, tempat staf medis membuat katalog kasus, mengungkapkan banyak kasus kelainan genital yang berbeda. Bayi-bayi di Falluja secara teratur lahir dengan hidrosefalus (penumpukan cairan di otak), langit-langit sumbing atau cleft palate (kelainan yang terjadi ketika langit-langit mulut tidak terbentuk sepenuhnya, tumor, kepala memanjang, anggota tubuh tumbuh besar, anggota tubuh pendek, dan telinga, hidung, dan tulang belakang yang cacat.

Bom uranium terdeplesi (depleted uranium bombs) adalah senjata yang menggunakan uranium yang telah mengalami pengurangan isotop radioaktifnya, khususnya dalam proyektil penembus lapis baja. Uranium terdeplesi merupakan produk sampingan dari proses pengayaan uranium untuk reaktor nuklir atau senjata nuklir. Meskipun memiliki tingkat radioaktivitas yang lebih rendah daripada uranium alami, uranium terdeplesi tetap merupakan logam yang sangat padat dan berat, membuatnya efektif untuk menembus kendaraan lapis baja seperti tank.

Ketika digunakan dalam amunisi militer, uranium terkuras membantu meningkatkan kemampuan proyektil untuk menembus lapisan baja. Saat terkena sasaran, amunisi uranium terdeplesi dapat menghasilkan panas tinggi dan menciptakan debu uranium halus, yang dapat berbahaya secara kimiawi dan, pada tingkat lebih rendah, secara radiologis jika terhirup atau tertelan.

Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Senin (07/10), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 41.909 orang dan 97.303 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.

Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

Kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 743 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 146 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Lebih 5.600 penduduk Palestina terluka akibat kekerasan dan kejahatan tentara dan pemukim ilegal Israel.

Sementara itu, Israel sejak 8 Oktober 2023melakukan juga melakukan pembantaian di Lebanon dengan membunuh 2.083 penduduk Lebanon dan melukai lebih dari 9.869 orang lainnya.

(T.FJ/S: The Cradle)

leave a reply
Posting terakhir

SIPRI: Israel Memiliki 90 Hulu Ledak Nuklir

SIPRI juga mengatakan bahwa jumlah hulu ludak nuklir diseluruh dunia pada akhir 2019 mencapai 13.400 unit. Rusia menempati posisi pertama sebagai pemilik hulu ledak nuklir terbanyak diususl AS dan Cina.

Israel Bom Beirut dan Bunuh Pemimpin Tokoh Penting Palestina

Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengutuk pembunuhan yang dilakukan Israel tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Kantor Perdana Menteri Lebanon mengatakan bahwa serangan kejahatan tersebut bertujuan untuk menyeret Lebanon ke dalam fase perang baru dengan Israel, di saat Israel sedang berperang dengan Hamas dan Hizbullah.