Sebelumnya Tentara Indonesia Menjadi Korban, Kini Israel Kembali Serang Pasukan PBB di Selatan Lebanon

Serangan hari Jumat ini menandai hari ketiga berturut-turut pasukan UNIFIL secara sengaja menjadi sasaran tentara Israel. Pada hari Kamis, sedikitnya dua tentara PBB lainnya terluka oleh serangan Israel dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ditugaskan ke Lebanon.

BY 4adminEdited Sun,13 Oct 2024,07:16 PM

Beirut, SPNA - Dua tentara dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), pada Jumat (11/10/2024), mengalami luka-luka, salah satunya dalam kondisi kritis, setelah sebuah tank Israel melepaskan tembakan ke salah satu menara observasi misi perdamaian internasional di Naqoura, selatan Lebanon.

Serangan hari Jumat ini menandai hari ketiga berturut-turut pasukan UNIFIL secara sengaja menjadi sasaran tentara Israel. Pada hari Kamis, sedikitnya dua tentara PBB lainnya terluka oleh serangan Israel dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ditugaskan ke Lebanon.

Dua Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas dalam Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) mengalami luka-luka, akibat tembakan dari Israel yang mengarah ke markas mereka pada Kamis malam (10/10).

“Pasukan penjaga perdamaian PBB juga menjadi sasaran serangan Israel. Ini, seperti yang kita semua pahami, adalah kejahatan perang dan pantas mendapatkan respons paling tegas dari kita,” kata Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzia, dalam sesi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) pada hari Kamis.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, melalui media sosial mengatakan bahwa serangan tersebut tidak dapat diterima.

“Setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran berat terhadap Hukum Humaniter Internasional dan Resolusi DK PBB 1701: Israel berkewajiban untuk menghormati keduanya. Akuntabilitas penuh diperlukan,” kata Josep Borrell.

Resolusi DK PBB 1701 memberi mandat kepada UNIFIL untuk menjaga perbatasan selatan Lebanon dengan Israel bebas dari senjata atau personel bersenjata selain dari negara Lebanon.

Tel Aviv mengakui melepaskan tembakan di pangkalan PBB di Naqoura pada hari Kamis dan mengatakan telah memerintahkan pasukan PBB untuk “tetap berada di tempat yang dilindungi”.

Hizbullah mengatakan awal minggu ini bahwa Israel menggunakan pasukan PBB sebagai tameng manusia dan bersumpah untuk tidak menargetkan pasukan penyerang Israel karena takut melukai personel UNIFIL.

Selama sesi DK PBB pada hari Kamis, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian, Jean-Pierre Lacroix, mengatakan kepada pihak berwenang bahwa 300 pasukan PBB di posisi garis depan di Lebanon selatan telah dipindahkan sementara ke pangkalan yang lebih besar.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah AS, Israel telah mengepung Lebanon selama beberapa minggu terakhir, tanpa henti mengebom ibu kota Beirut, dan daerah lain di selatan dan timur negara itu. Pasukan Israel juga rutin menyerang selatan Lebanon selatan, tetapi tidak mampu melawan perlawanan sengit yang dilakukan oleh Hizbullah.

Genosida di Palestina dan Lebanon Terus Berlanjut

Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (10/10), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 42.065 orang dan 97.886 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.

Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

Kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 749 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 146 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Lebih 5.600 penduduk Palestina terluka akibat kekerasan dan kejahatan tentara dan pemukim ilegal Israel.

Sementara itu, Israel sejak 8 Oktober 2023 melakukan juga melakukan pembantaian di Lebanon dengan membunuh 2.141 penduduk Lebanon dan melukai lebih dari 10.096 orang lainnya.

(T.FJ/S: The Cradle, Mondoweiss)

leave a reply
Posting terakhir