Israel Putus Jalur bantuan ke Utara Gaza, Tidak Ada Bantuan yang Masuk Sejak 1 Oktober

WFP telah membagikan sisa persediaan makanan terakhir di utara kepada mitra dan dapur yang menampung keluarga-keluarga Palestina yang baru mengungsi, tetapi persediaan ini hanya cukup untuk dua minggu. Banyak lokasi yang terpaksa tutup, dan lainnya berisiko ditutup jika konflik berlanjut dengan skala seperti ini.

BY 4adminEdited Mon,14 Oct 2024,09:39 AM

Gaza, SPNA - Juru bicara deputi PBB Farhan Haq, mengutip informasi dari Program Pangan Dunia (WFP), pada Jumat (11/10/2024), menyebut bahwa jalur bantuan penting ke utara Jalur Gaza telah terputus dan tidak ada bantuan makanan yang masuk ke sana sejak 1 Oktober.

“Perlintasan utama menuju utara telah ditutup dan akan sulit diakses jika eskalasi ini terus berlanjut,” kata Farhan Haq.

WFP telah membagikan sisa persediaan makanan terakhir di utara kepada mitra dan dapur yang menampung keluarga-keluarga Palestina yang baru mengungsi, tetapi persediaan ini hanya cukup untuk dua minggu. Banyak lokasi yang terpaksa tutup, dan lainnya berisiko ditutup jika konflik berlanjut dengan skala seperti ini.

Titik Kritis

Farhan Haq mengatakan situasi di selatan Jalur Gaza juga berada "di titik kritis". Tidak ada distribusi makanan yang dilakukan, sementara toko roti kesulitan mendapatkan tepung gandum, yang membuat mereka berisiko tutup sewaktu-waktu.

“Bantuan yang masuk ke Gaza berada di tingkat terendah dalam beberapa bulan. Tidak ada seorang pun yang menerima paket makanan bulan ini karena terbatasnya akses terhadap pasokan bantuan,” katanya.

Meskipun ada tantangan, para petugas kemanusiaan berupaya merespons sebaik mungkin. Badan Bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), dan mitranya berupaya untuk bisa mendistribusikan roti, makanan siap saji, atau makanan yang dimasak, serta tepung, baik di dalam maupun di luar tempat penampungan yang ditunjuk.

Pada hari Kamis, tim penilai dari Kantor Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), mengunjungi sekolah yang dijadikan tempat penampungan di Al Rufaida, Deir Al Balah, di mana serangan udara Israel telah membunuh banyak orang.

Mereka mencatat kehancuran dan  kerusakan pada tiga ruang kelas, 20 tenda, lima kamar mandi, tiga tangki air, dan barang-barang milik lebih dari 60 keluarga Palestina yang mengungsi di sekolah tersebut.

Keluarga-keluarga Terpaksa Mengungsi

Lembaga Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan perintah pengungsian mendadak di utara Jalur Gaza kembali mempengaruhi puluhan ribu anak laki-laki dan perempuan rentan yang tengah menjadi pengungsi. OCHA memperingatkan bahwa sebagian besar pengungsian kini berada di utara, di mana tidak ada tenda yang tersedia untuk mendukung keluarga-keluarga yang baru mengungsi.

Perkembangan terbaru di provinsi Gaza Utara telah memaksa penangguhan layanan perlindungan, penutupan layanan perawatan malnutrisi, dan penutupan lima ruang belajar sementara, yang mempengaruhi ratusan anak, sementara Rumah Sakit Kamal Adwan menghadapi lonjakan kasus luka-luka dan trauma.

Kekhawatiran Terkait Vaksinasi Polio

Para petugas kemanusiaan PBB terus memperingatkan bahwa situasi bagi penduduk sipil semakin memburuk karena militer Israel memperbarui serangannya di utara Jalur Gaza, di mana sekitar 400.000 orang menghadapi perintah evakuasi.

“Selama seminggu terakhir, militer Israel telah mengintensifkan operasi di utara Gaza, dengan memutus wilayah tersebut dari bagian lain Jalur Gaza dan semakin membahayakan nyawa warga sipil di daerah tersebut,” kata juru bicara kantor hak asasi manusia PBB (OHCHR), Ravina Shamdasani.

Ravina Shamdasani menyebut bahwa serangan udara yang intens, penembakan, serangan dari drone quadcopter, dan invasi darat telah terjadi dalam beberapa hari terakhir, menghantam bangunan tempat tinggal dan kelompok orang, menyebabkan banyak korban dan sekali lagi, pengungsian massal warga Palestina di daerah tersebut.

Saat badan-badan bantuan PBB dan mitranya bersiap meluncurkan tahap kedua program vaksinasi massal polio pada pekan depan, Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Wilayah Pendudukan Palestina, Dr. Rik Peeperkorn, menekankan dampak buruk akibat kurangnya akses kemanusiaan yang parah ke wilayah Jalur Gaza, terutama di bagian utara.

“Banyak rumah sakit di utara kehabisan bahan bakar. Sebagian besar misi PBB dan kemanusiaan tidak bisa bekerja di utara. Mereka kehabisan beberapa pasokan medis tertentu dan kami sudah satu tahun dalam krisis ini,” kata Dr. Peeperkorn.

Dr. Peeperkorn mengonfirmasi bahwa tiga misi bantuan kemanusiaan ke utara Gaza tidak berhasil dalam pekan ini.

"Jadi, kami meminta sekali lagi...bahwa misi kemanusiaan ini harus dilakukan baik di utara maupun di selatan," kata Dr. Peeperkorn.

Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (10/10), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 42.065 orang dan 97.886 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.

Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

Kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 749 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 146 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Lebih 5.600 penduduk Palestina terluka akibat kekerasan dan kejahatan tentara dan pemukim ilegal Israel.

Sementara itu, Israel sejak 8 Oktober 2023 melakukan juga melakukan pembantaian di Lebanon dengan membunuh 2.141 penduduk Lebanon dan melukai lebih dari 10.096 orang lainnya.

(T.FJ/S: UN News, Mondoweiss)

leave a reply
Posting terakhir

Sejak 7 Oktober, 31 Jurnalis Dibunuh Israel di Jalur Gaza

Selama 25 hari sejak 7 Oktober, militer pendudukan Israel telah melancarkan serangan brutal di kawasan pemukiman penduduk di Jalur Gaza. Serangan keji Israel ini telah menyebabkan lebih dari 8.306 penduduk Palestina meninggal dunia, di mana 3.457 adalah anak-anak. Serangan ini juga membuat sekitar 21.048 penduduk Palestina mengalami luka-luka.