Gaza, SPNA - Dikepung dan dibombardir oleh militer Israel yang menyerang, penduduk sipil Palestina di kota Jabalia, Gaza, mengunggah video dan gambar di media sosial, memohon kepada dunia bahwa mereka sedang menjalani “saat-saat terakhir” mereka, pada Minggu (13/10/2024).
Saat Israel memperketat blokade dan menghujani Jabalia dengan bom yang dipasok Amerika Serikat, penduduk Palestina yang kelaparan yang belum menerima bantuan kemanusiaan selama 12 hari terakhir mulai berbagi berita terkini yang menyayat hati dari kota utara Gaza, tempat hampir setengah juta penduduk Palestina menghadapi genosida yang akan segera terjadi.
“Tank-tank musuh berjarak kurang dari 700 meter dari kami. Artileri menembaki kami dan (pesawat tak berawak) quad-copter mengendalikan pergerakan orang dan menembaki kami,” tulis jurnalis Palestina, Hossam Shabat, di X (Twitter), pada Minggu pagi (13/10).
“Kami benar-benar menjalani saat-saat terakhir kami, Ya Allah, berikan kami akhir yang baik,” kata utusan Palestina untuk Prancis, Hala Abou-Hassira. Ia juga menulis di X untuk mengingatkan dunia tentang genosida yang sedang berlangsung di Jabalia.
"Israel baru saja mengisolasi Jabalia. Seluruh keluarga dihapus dari catatan sipil. Jenazah para syuhada berserakan di jalan-jalan. Lembaga Pertahanan Sipil dilarang memberikan bantuan. Tiga rumah sakit utama diperintahkan untuk mengungsi,” kata Hala Abou-Hassira, dalam unggahan yang disertai tiga video, yang menunjukkan kesaksian penduduk Palestina yang sedang diblokade dan tank-tank Israel yang berpatroli melalui kawasan yang hancur total.
“Pesawat tempur dan pesawat tanpa awak menembaki semua orang untuk memaksa penduduk mengungsi. Air, makanan, bahan bakar, dan obat-obatan dilarang masuk. Wartawan di darat dibunuh. Listrik padam total. Dalam satu kata: genosida. Dalam dua kata: genosida yang terdokumentasi. Dalam tiga kata: genosida yang terdokumentasi yang disetujui,” tulis Hala Abou-Hassira.
Wartawan Palestina, Younis Tirawi, mengutip rekan-rekannya dari kamp pengungsi Jabalia yang mengatakan bahwa situasi “tidak seperti apa pun yang pernah mereka alami sebelumnya”.
“Puluhan mayat berserakan di jalan-jalan. Bau kematian tercium di mana-mana. Warga menolak untuk mengungsi. Makanan hampir habis dan tidak ada layanan medis yang tersedia,” tulis Younis Tirawi di X.
Dalam pesan mendesak kepada dunia, anggota parlemen Palestina, Mustafa Barghouti, memperingatkan: “Tentara Israel melakukan pembantaian yang mengerikan di kamp pengungsi Jabalia dan banyak daerah di utara Jalur Gaza, dengan menghancurkan rumah-rumah, dan menggunakan tank serta pemboman artileri serta memaksa banyak warga sipil yang tidak bersalah untuk berjalan sebagai tameng manusia di depan kendaraan tentara”.
“Tentara Israel mengisolasi bagian utara Gaza sepenuhnya dari kota Gaza. Daerah tersebut telah mengalami kelaparan, kekurangan air bersih, dan perawatan medis. Menurut para saksi di daerah tersebut, jenazah-jenazah orang yang terbunuh berserakan di jalan-jalan. Tentara juga berusaha memaksa petugas medis untuk pergi dari tiga rumah sakit di daerah tersebut,” kata Mustafa Barghouti.
Jurnalis Palestina dan analis kebijakan, Mariam Barghouti, mengatakan operasi genosida Israel terhadap penduduk Palestina di Jabalia “seperti film horor yang menggambarkan kota itu dikepung sepenuhnya, dengan quad-copter menembaki orang-orang, jet tempur melayang-layang di atas, pemboman masih terus berlanjut, dan tank-tank melakukan penembakan”.
Dalam unggahan di X, Mariam Barghouti mengatakan Jabalia yang merupakan kota kecil Palestina dan kamp pengungsi seluas 1,4 km persegi itu “sedang dimusnahkan” oleh militer Israel.
“Infrastrukturnya hancur total dan orang-orangnya diusir. Israel telah menargetkan Jabalia secara besar-besaran dalam dua minggu terakhir dengan tujuan untuk menghancurkannya,” kata Mariam Barghouti.
Rencana Israel untuk Membuat Penduduk Palestina Mati kelaparan
Militer Israel yang melakukan invasi telah menjalankan “rencana jenderal” di wilayah Palestina, yang berupaya untuk mengusir secara paksa dan tidak akan pernah mengizinkan kembali lebih dari 400.000 penduduk Palestina ke utara Jalur Gaza tersebut. Jika rencana Israel berhasil, lebih dari satu juta penduduk Palestina dari seluruh utara Jalur Gaza akan diusir dari tanah leluhur mereka.
Strategi Israel yang dijuluki “rencana pemusnahan” oleh penduduk Palestina, diperkenalkan pada bulan September oleh mantan jenderal angkatan darat dan mantan kepala keamanan nasional Israel, Giora Eiland, dalam sebuah kampanye televisi Israel yang menyerukan agar penduduk Palestina dibuat lapar jika mereka tidak melarikan diri dari utara Jalur Gaza.
Pada hari Jumat, Program Pangan Dunia PBB mengatakan bahwa tidak ada makanan yang diizinkan oleh Israel untuk memasuki utara Jalur Gaza sejak 1 Oktober, yang menempatkan 1 juta orang dalam ancaman mati kelaparan.
WFP mengatakan, sekitar 700 truk bantuan memasuki Gaza utara Jalur Gaza pada bulan Agustus, 400 pada bulan September, dan tidak ada satu pun selama bulan Oktober ini. WFP menyebut bahwa krisis “kelaparan masih merajalela dan ancaman bencana kelaparan masih ada”.
Para pejabat Palestina di Gaza mengatakan pada hari Sabtu (12/10) bahwa militer Israel tengah mengintensifkan kejahatan genosida di wilayah tersebut, termasuk kamp pengungsi Jabalia, dengan melakukan “pembantaian dan pembunuhan yang disengaja”. Mereka memperingatkan tentang upaya Israel untuk mengubah “utara Jalur Gaza menjadi wilayah kehancuran dan pembunuhan, sebagai bagian dari rencananya untuk menggusur rakyat Palestina kami”.
Selama tujuh hari berturut-turut, tentara Israel melancarkan serangan darat dan melakukan blokade total di utara Jalur Gaza, yang terkonsentrasi di wilayah Beit Hanoun dan Beit Lahia serta kamp Jabalia, dalam upaya untuk mengosongkan wilayah yang penuh dengan para pengungsi tersebut.
Pada pagi hari tanggal 6 Oktober, tentara Israel mengumumkan pelaksanaan operasi militer darat di Jabalia dengan dalih mencegah gerakan Hamas meraih kembali kekuasaannya di wilayah tersebut.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel terus melanjutkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Penduduk Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kemanusiaan dan Kesehatan yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Kamis (10/10), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 42.065 orang dan 97.886 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih 10.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kerusakan besar-besaran pada bidang kesehatan dan infrastruktur, serta krisis kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak-anak.
Berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, sekitar 90 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
Kekejaman Israel juga meningkat di Tepi Barat termasuk Yerusalem timur, di mana 749 penduduk Palestina dibunuh Israel, termasuk 146 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Lebih 5.600 penduduk Palestina terluka akibat kekerasan dan kejahatan tentara dan pemukim ilegal Israel.
Sementara itu, Israel sejak 8 Oktober 2023 melakukan juga melakukan pembantaian di Lebanon dengan membunuh 2.141 penduduk Lebanon dan melukai lebih dari 10.096 orang lainnya.
(T.FJ/S: TRT, Mondoweiss)