Rawabi, keaslian sejarah Palestina kuno dalam desain kota modern

BY Ihsan ZainuddinEdited Mon,29 May 2017,09:34 AM

 Rawabi, keaslian sejarah Palestina kuno dalam desain kota modern

Tepi Barat -SPNA- Sebuah bendera Palestina berukuran besar berkibar di langit Rawabi, sebuah kota di Tepi Barat yang menjadi simbol impian bangsa Palestina akan tempat bermukim yang menggabungkan standar kehidupan yang tinggi dengan desain arsitektur terbaru. Terletak antara Jerusalem dan Nablus, sebelah utara Ramallah di Tepi Barat, membentang sekitar 6,3 Km (2,4 mil persegi).

“Kota ini mengikuti standar perencanaan kota dan arsitektur terbaru dengan standar konstruksi moderen,” ungkap Majid Abdul Fattah, kepala kotamadya Rawabi. “Atas kerjasama Bayti Real Estate Investment Company dan Qatari Diar Real Estate Investment Company, proses penggalian dan konstruksi telah berjalan sejak tahun 2010.”

Namun, mendirikan kota ini bukanlah pekerjaan mudah. Acap kali para pekerja konstruksi dilempari batu oleh penduduk Ateret, sebuah permukiman Israel terdekat yang terletak di sebuah bukit. Para pemukim tersebut berusaha menghalangi pembangunan kota Rawabi karena menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi di kota itu akan menyebabkan warga Palestina mengambil alih tanah tersebut. Mereka juga berpikir bahwa kota itu akan menjadi sumber polusi dan akan menguasai sektor transportasi di masa depan.

Hubungan antara kedua permukiman ini –Rawabi dan Ateret- disimbolkan dengan patung karya Nabil Anani, sosok yang memotori lahirnya gerakan seni kontemporer di Palestina. Patung tersebut menunjukkan sebuah keluarga dengan pakaian tradisional yang menggenggam bendera Palestina. Mereka berdiri dengan punggung yang menghadap Ateret, sedangkan wajah mereka menghadap kota Rawabi, yang mereka yakini sebagai masa depan mereka.

“Kota ini terdiri atas 23 perumahan dengan lebih dari 5.000 unit rumah. Ini akan dihuni oleh 40.000 jiwa setelah tahap pertama konstruksi selesai dan akan menjadi proyek investasi Palestina terbesar untuk menyediakan apartemen dengan harga yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat Palestina. Ini juga akan membuka kesempatan kerja kepada ratusan orang yang berada di kota ini guna meraih harapan dan aspirasi mereka,” ucap Fattah.

Menurutnya, Rawabi adalah sebuah kota yang dibangun dengan tetap mempertahankan warisan masa lalu dalam desain kota modern Palestina. Sebut saja penggunaan nama Kanaan untuk distrik di kota ini, seperti; Sawan yang berarti batu, Makmatah, Dulaim, Waruar, Ikshaf dan Tarsa.

“Trotoar dan koridor kota ditata dengan menggunakan batu dan ubin berwarna cerah dengan besi khas yang terinspirasi dari masa lalu. Jendela dan pintu masuk bangunan dibuat melengkung menyerupai bangunan-bangunan Plestina di masa lampau, yang memperkuat tampilan “Palestina Tempo Dulu” di kota tersebut,” imbuhnya.

Berbagai fasilitas terdapat dalam kota ini, diantaranya; bangunan komersial, taman, lapangan olah raga, tempat ibadah, hotel, bank, sekolah, bioskop Taj Rawabi, restoran, ruang terbuka hijau, SPBU, jaringan fiber-optic kecepatan tinggi, dan Akademi Bahasa Inggris Rawabi. Selain itu, terdapat pula amfiteater (gelanggang besar) yang terinspirasi dari amfiteater terbesar Romawi.

“Kami berharap Rawabi akan menjadi tempat kelahiran bagi generasi baru yang impiannya akan terwujud. Harus ada hubungan geografis anatara kota Rawabi dengan seluruh desa dan kota Palestina untuk membatasi perluasan permukiman di wilayah ini,” ungkap Fattah, sembari menambahkan bahwa kota tersebut telah menjadi tuan rumah berbagai tokoh penting dunia, seperti mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon.

Sebelumnya, Rawabi dikritik karena mengontrak perusahaan Israel untuk memasok bahan material. Bashar al-Masri, Chief Executive Officer dari Bayti Real Estate Investment Company mengungkapkan, “Perusahaan-perusahaan Palestina diberikan prioritas, dan lebih dari 100 kontrak telah ditandatangani dengan perusahaan Palestina, sementara tidak lebih dari 12 perusahaan Israel mungkin akan dikontrak untuk memasok bahan baku dan berbagai layanan penting yang tidak tersedia di pasar Palestina dan sulit untuk diimpor, seperti semen dan pasir. Hal seperti ini juga terjadi pada investor Palestina yang lain.” Ia menekankan bahwa hukum Palestina membolehkan untuk bekerjasama dengan perusahaan asing, termasuk Israel.

Mohammed Abu Jaish, seorang peneliti bidang pariwisata dan arkeologi mengungkapkan, “Kota Rawabi sangat populer di kalangan di berbagai wilayah di Tepi Barat, dan sering kali dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin melihat lebih dekat fasilitas hiburan dan budayanya, yang mengkolaborasikan antara konsep modernitas dan keaslian sejarah Palestina kuno.”

Dia menunjukkan bahwa para wisatawan memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial di negara manapun, karena hal ini mempengaruhi pendapatan dan menciptakan lapangan kerja.” Orang-orang senang berpergian dan mengunjungi tempat-tempat wisata di seluruh dunia. Statistik menunjukkan bahwa hampir 75% wisatawan asing yang mengunjungi Israel juga mengunjungi objek wisata di Tepi Barat, termasuk kora Rawabi,” tambahnya.

Ahmad Saleh, salah seorang penduduk kota Rawabi menungkapkan, “Saya dan keluarga sangat senang, akhirnya impian kami untuk menjadi penduduk kota yang indan dan modern ini bisa terwujud. Kami bisa menikmati gaya hidup dengan bangunan-bangunan modern yang mengingatkan kita pada masa lalu dan warisan bangsa kita.”

Ia menambahkan,” Rawabi salah satu kota terindah di dunia. Anda dapat berkeliling di dalamnya dengan aman, menikmati udara murni dan menghirupnya tanpa emisi gas berbahya, ini sangat berdampak positif bagi kota dan penduduknya.”

Abu Jaish memperingatkan bahwa tindakan dan permukiman Israel akan berdampak pada iklim investasi dan pariwisata di Palestina serta mempengaruhi sejumlah wisatawan lokal dan mancanegara untuk tidak mengunjungi lokasi wisata.

 

SPNA Gaza City

Sumber: Al-Monitor, Penerjemah: Ratna 

leave a reply
Posting terakhir