Nazih Abu Oun, menjalani Ramadan ke-22 di penjara Israel

BY Ihsan ZainuddinEdited Thu,08 Jun 2017,08:14 AM

 Nazih Abu Oun, menjalani Ramadan ke-22 di penjara Israel

Jenin -SPNA- “Setiap kali saya melihat seorang anak berjalan di sisi ayahnya, saya merasakan sakit yang begitu dalam,” ungkap putra sang terpidana Nazih Abu Oun, Yassin (12). 

“Pasukan Israel mencegahku untuk menikmati Ramadan besama ayah,” imbuhnya. ”Sejak lahir, saya tidak pernah menghabiskan Ramadan dengannya.”

“Tak ada yang menemani kami sholat Tarawih di masjid atau sekadar berbagi hidangan Ramadan di atas meja,” dengan air mata ia terus berkisah. “Yang paling menyakitkan dari apapun buat saya adalah saat menyaksikan teman-teman berjalan bergandengan tangan dengan ayah mereka.”

“Ayah telah berada di penjara Israel ketika saya lahir, di tahun 2005.  Sejak itu, ayah tidak pernah meninggalkan penjara Israel, kecuali hanya beberapa bulan saja.”

Terpidana Abu Oun pertama kali ditangkap pada 10 Juni 1993, kemudian mendekam selama empat bulan di penjara Israel. Pada tahun 1998 ia kembali ditangkap dan dipenjara selama enam tahun atas tuduhan memimpin Brigade al-Qassam di Jenin. Tahun 2005, penangkapan terhadap dirinya kembali terjadi dalam sebuah operasi penculikan masal  yang dilancarkan terhadap orang-orang yang berafiliasi pada blok Perubahan dan Reformasi parlemen. Oun dikenakan hukuman administrasi tanpa persidangan, hingga 17 Maret 2006.

Ia kembali menjalani hukuman administrasi sejak 24 May 2007 hingga 17 Maret 2010, dan menjadi tahanan administrasi dengan masa hukuman terlama.

Pada hari ke-16 Ramadan 2010, saat dimana Abu Oun seharusnya berbagi sukacita bersama keluarganya, namun Otoritas Palestina (PA) menangkapnya dan menyiksanya dengan keras.

Ia ditangkap untuk keenam kalinya pada 5 Juli 2011 dan dilepaskan pada 17 September 2013.

“Tahun ini adalah ke-22 kalinya ayah menghabiskan Ramadan di penjara Israel sejak tahun 1993,” ungkap putranya yang lain, Islam.

 “Tampaknya pendudukan Israel tidak terus mengusik kebahagiaan kami dan membiarkan kami membayar komitmen ayah untuk membebaskan tanah airnya,” imbuh Islam

“Terlepas dari rasa sakit yang kami rasakan akibat ketidakhadiran ayah, namun kami tetap berada di sekitarnya. Ayah adalah kehormatan bagi kami. Kami bangga padanya. Semoga Allah segera mengumpulkan kami kembali,” tutup Islam.

 

SPNA Gaza City

Sumber: Palestinian Information Center, penerjemah: Ratna

leave a reply
Posting terakhir