Amnesti Internasional kecam serbuan polisi Israel ke rumah sakit di Al-Quds

Bethlehem, SPNA – Organisasi hak asasi manusia Amnesti Internasional mengutuk pasukan Israel atas serangkaian penyerbuah yang dilakukan di rumah sakit di kota Al-Quds,

BY Edited Thu,27 Jul 2017,09:27 AM
6.jpg

Ma’an News - Gaza City

Bethlehem, SPNA – Organisasi hak asasi manusia Amnesti Internasional mengutuk pasukan Israel atas serangkaian penyerbuah yang dilakukan di rumah sakit di kota Al-Quds, yang telah berjuang merawat ratusan warga Palestina yang terluka dalam serangkaian serangan brutal yang dilakukan oleh pasukan Israel dalam beberapa hari terakhir di kompleks Masjid Al-Aqsa.

Dalam rentang waktu sepuluh hari, Israel telah membunuh dan melukai lebih dari 1.000 demonstran, dalam demonstrasi yang menentang langkah keamanan baru Israel yang diterapkan di kawasan suci tersebut, menyusul aksi baku tembak yang tejadi pada 14 Juli lalu.

Pasukan Israel telah menyerbu RS. al-Makassed sebanyak dua kali dalam sepekan terakhir dalam upaya menahan para demostran yang terluka parah,” Amnesti Internasional meneulis dalam sebuah pernyataan, Selasa (25/07/2017).

“Serangan yang dilakukan pasukan Israel di RS. al-Makassed yang telah melecehkan dan mengintimidasi staf dan pasien adalah tindakan yang menyedihkan. Tidak ada alasan mencegah tenaga medis untuk merawat pasien yang terluka parah,” ungkap Magdalena Mughrabi, wakil direktur regional Amnesti Internasional.

Selama penyerbuan, pada 17-21 Juli, pasukan Israel telah menyebabkan “kekacauan mutlak” di rumah sakit yang terletak di sebeleh Kota Tua tersebut, pusat terjadinya demonstrasi.

Kepala RS. al-Makassed, dr. Rafiq Husseini, kepada Amnesti Internasional mengungkapkan bahwa pada malam tanggal 17 Juli lalu, sekitar 20 sampai 30 anggota pasukan bersenjata “melecehkan staf kami dan pasien lainnya serta bertindak secara agresif...Mereka bertindak tanpa dasar hukum, masuk ke dalam rumah sakit sembari menenteng senapan mesin kemudian meneror staf dan pasien.”

Sementara sejumlah pasien yang terluka dibawa ke rumah sakit pada hari itu. Direktur rumah sakit, dr. Bassam Abu Libdeh, mengenang pasukan Israel yang memburu seorang pemuda berusia 19 tahun ke dalam rumah sakit layaknya “anjing kelapran yang kehilangan mangsa.” Sang pemuda mengalami luka serius yang mengantarkannya pada kematian.

Kepala bagian resepsionis RS. al-Makassed, Talal al-Sayed mengatakan seperti diktip Ma’an News, setelah bekerja selama 10 tahun di rumah sakit tersebut, ia belum pernah menyaksiakn kekerasan sebagaimana yang terjadi dalam penyerbuan pada tanggal 21 Juli lalu.

Ia menjelaskan kepada Amnesti Internasional bagaimana sekitar 200 tentara bersenjata masuk ke rumah sakit, menahan orang-orang sembari menembakkan gas air mata. Mereka mengejar seorang pemuda yang sedang terluka parah di bagian dada hingga ke ruang operasi. “Ini murni teror bagi pasien,” ungkapnya. Ia menggambarkan pula bagaimana tentara mendorong dan memukul seorang dokter yang berusaha merawat pemuda yang teluka di ruang operasi.

Pemuda itu, Muhammad Abu Ghannam, wafat bersama lukanya yang sangat parah. Salah seorang perawat yang bertugas saat itu mengatakan,”Saya belum pernah merasa takut sperti saat itu. Saya ingat semuanya, suara keras, ada yang mendorong dan menjerit...Darah ada di mana-mana, di lantai hingga dinding.”

Tidak lama setelah Abu Ghannam wafat, hal mengejutkan muncul dari orang-orang Palestina. Dengan panik, mereka mengangkat jasad Abu Ghannam, membungkusnya dengan kain berdarah, kemudian menyeberangkannya melewati dinding belakang rumah sakit, guna menghindari ulah pasukan Israel yang akan merebut jasadnya.

Selama kerusuhan tersebut, pasukan Israel juga menghalangi pasien dalam menerima perawatan di klinik al-Makassed yang terletak di dalam Kota Tua. Selain itu, rumah sakit di Hebron dan Ramallah juga tidak lepas dari serbuan pasukan Israel.

 

Penejemah: Ratna

leave a reply
Posting terakhir