Bethlehem, SPNA – Di tengah seruan beruntun yang dilontarkan pejabat Yordania untuk mengadili petugas keamanan kedutaan Israel di Amman, akhirnya Kementerian Kehakiman Israel dikabarkan membuka penyelidikan terkait kasus tersebut, seperti dilansir portal Ma’an News, Ahad (06/08/2017).
Saluran berita Yordania al-Ghad melaporkan, kementerian Israel mengumumkan bahwa pihak berwenang telah melakukan penyelidikan awal terhadap insiden itu guna memutuskan apakah pembunuhan tersebut dapat dianggap sebagai tindak pidana atau tidak.
Selasa (01/08/2017), 78 dari 130 deputi Yordania telah menandatangani sebuah mosi menuntut agar Dewan Deputi mendesak pemerintah Yordania untuk menutup kedutaan Israel di ibu kota Yordania, Amman.
Gerakan tersebut juga menuntut duta besar Yordania untuk Israel segera meninggalkan Israel guna "menunjukkan bentuk penolakan pemerintah Yordania atas kasus pembunuhan itu dan menolak pengembalian si pembunuh ke Israel."
Sebelumnya pada bulan Juli lalu, Jaksa Agung Yordania, Akram Masaadeh, mengatakan kepada kantor berita resmi Petra bahwa jaksa Yordania telah menyelesaikan penyelidikan atas insiden di Kedutaan Besar Israel di Yordania. Ia menuturkan, "Jaksa menuntut seorang pembunuh bernama 'Ziv,' yang bertanggung jawab atas pembunuhan dua orang warga Yordania dan pemilikan senjata api ilegal."
Menanggapi insiden yang menimpa warganya, Raja Yordania, Abdullah, mengkritik aksi petugas keamanan itu sebagai "pertunjukan politik," dan mengatakan bahwa hal tersebut "provokatif dan bisa mengacaukan keamanan serta mendorong ekstremisme di wilayahnya."
Ulah petugas keamanan Israel itu pun telah memicu gelombang unjuk rasa di berbagai tempat di Yordania. (T.RA/S:Ma’an News)