Pesan untuk dunia dari bocah Rohingya

Chittagong, SPNA - Seperti yang diceritakan kepada Katie Arnold, Aljazeera, Ahad (10/09/2017), merilis sebuah pesan yang disampaikan  oleh seorang anak ........

BY 4adminEdited Mon,11 Sep 2017,12:57 PM

Chittagong, SPNA - Seperti yang diceritakan kepada Katie Arnold, Aljazeera, Ahad (10/09/2017), merilis sebuah pesan yang disampaikan  oleh seorang anak Rohingya dari kamp pengungsian Unchi Prank di Chittagong, Bangladesh:

Nama saya Jashim dan saya berusia 12 tahun. Sebelum krisis ini terjadi, saya sempat merasakan bangu sekolah. Saya sangat senang dengan pelajaran bahasa Inggris, karena menurut saya,  jika saya bisa berbicara dalam bahasa Inggris, maka saya dapat berkomunikasi dengan banyak orang dari seluruh dunia. Dengannya pula, saya bisa memaparkan pendapat saya kepada mereka. Saya bercita-cita menjadi seorang guru, itulah mengapa, saya berharap krisis ini bisa segera berakhir.

Tatkala militer menyerang desa kami, seketika kami berlari dan beresembunyi. Saya melihat begitu banyak militer, mungkin sekitar 100 sampai 200 orang. Mereka menembaki kami dan membakar rumah kami, saya sangat takut.

Kami bersembunyi di hutan dan kemudian mulai berjalan menuju Bangladesh. Butuh waktu 13 hari untuk bisa sampai ke sana. Sesekali kami harus berhenti dan dan berlindung di dalam hutan.

Sungguh ini perjalanan yang sangat sulit. Kami melintasi bukit-bukit besar dan beberapa sungai kecil. Saat berjalan, saya selalu khawatir jika militer berada di sekitar kami sebelum tiba di Bangladesh. Kami harus berhati-hati sebab militer telah menanam bom kecil di bawah tanah yang akan meledak jika kami menginjaknya.

Kini desa tak ada lagi. Tidak ada yang bisa kami bawa, semuanya hilang. Saya mengungsi bersama Ibu, sementara Ayah saya masih berada di negara bagian Rakhine. Ia menyuruh kami menyelamatkan diri dan dia akan bergabung dengan kami suatu hari nanti.Tapi, hingga kini tidak ada kabar tentangnya dan kami tidak tau di mana ia berada. Saya khawatir militer menemukannya atau ia menginjak bom kecil.

Saya senang kami aman di sisni, meski sayang, tidak ada rumah tinggal dan kami harus tidur di tanah yang basah.

Saya ingin berpesan kepada dunia dunia adalah bahwa kami adalah warga negara Myanmar. Jika mereka bersedia mengakui kami sebagai warga negara, kami akan sangat bahagia. Inilah yang kami harapkan.

Situasi warga Rohingya di Myanmar

Diperkirakan , saat ini ebih dari 270.000 -mayoritas wanita dan anak-ana- telah melarikan diri ke Bangladesh dalam dua minggu terakhir akibat kekerasan tanpa pandang bulu terhadap populasi sipil yang dilakukan oleh tentara Myanmar.

PBB dan organisasi hak asasi manusia lainnya telah memperingatkan bahwa eksodus massal setelah pembunuhan, pemerkosaan, dan prmbsksrsn desa adalah tanda-tanda "pembersihan etnis". Lembaga trsebut meminta masyarakat internasional untuk menekan Aung San Suu Kyi dan pemerintahannya untuk mengakhiri kekerasan tersebut.

(T.RA/ S: Aljazeera)

leave a reply