Pasukan pendudukan lakukan 17 kali penangkapan terhadap sebuah keluarga di Jenin

Lebih dari 17 kali, sebuah keluarga di kota Yabad, selatan Jenin, telah mengalami penangkpan oleh pasukan pendudukan Israel.

BY Rara Atto Edited Fri,20 Oct 2017,10:30 AM
Pasukan pendudukan lakukan 17 kali penangkapan terhadap sebuah keluarga di Jenin

The Palestinian Information Center - Jenin

Jenin, SPNA - Lebih dari 17 kali, sebuah keluarga di kota Yabad, selatan Jenin, telah mengalami penangkpan oleh pasukan pendudukan Israel.

Sebagai bentuk balas dendan terhadap keluarga tersebut, pendudukan Israel melanjutkan serangan mereka dengan menangkap anak termuda dalam keluarga itu, Anas Hamarsheh (17). Anas diketahui menderita Osteonekrosis, sebuah penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan.

Reem Hamarsheh, ibu Anas, yang pernah ditahan selama delapan bulan, mengatakan bahwa penangkapan terhadap putranya kali ini, adalah yang tersulit baginya.

"Kami telah mengalami banyak serangan di rumah ini oleh pasukan pendudukan. Anas adalah jiwaku dan separuh hatiku. Seandainya mereka menangkap saya sebagai gantinya, akan lebih mudah bagi saya untuk menanggungnya. "

Ia menambahkan, "Enam tahun lalu, Anas didiagnosis menderita Osteonecrosis dan saat ini menjalani perawatan. Penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan total atau parsial, dan Anas akan berisiko mengalaminya jika ia tidak dilepaskan. "

Ia menunjukkan bahwa pendudukan sangat menyadari kondisi Anas, dan hal tersebut mereka katakan saat menangkapnya Sabtu subuh (07/10/2017) lalu. "Pendudukan bertanggung jawab penuh atas segala kemungkinan timbul dari penangkapan anak kami dan juga komplikasi penyakitnya. Dia sangat membutuhkan fisioterapi dan pemasangan alat khusus di kakinya. Selain itu, ia membutuhkan jenis makanan khusus untuk membantu tulangnya tumbuh."

Penahanan Anas tidak hanya akan berdampak buruk bagi kesehatannya, seperti yang ungkapkan ayahnya, Adnan Hamarsheh, tapi juga bagi masa depannya.

Ayahnya menambahkan, "Anas sekarang duduk di SMA, dan pendudukan menangkapnya di awal tahun ajaran, dan kita semua tahu bahwa pendidikan adalah hal yang sensitif bagi semua siswa. Kami khawatir karena penahanan terus menerus terhadap anak kami, maka ia akan kehilangan masa depan akademisnya, atau bisa membahayakannya. "

"Sejak penangkapannya, Anas telah dipindahkan ke pusat interogasi Jalameh oleh pendudukan Israel. Setelah beberapa hari ditahan, pendudukan Israel memperpanjang penahanannya selama sebelas hari. Dia berada dalam kondisi yang sangat sulit sekarang, berdasarkan pengalaman saya sendiri dalam penahanan. Situasinya bertentangan dengan kenyataan bahwa ia masih di bawah umur dan seharusnya berada di sekolah, bukan di sel interogasi," urai sang ayah menguraikan.

Adnan Hamarsheh, yang pernah menjadi tahanan pendudukan, mengungkapkan ketakutannya akan skenario cedera selama penahanan –yang pernah ia alami- akan terulang pada putranya saat diinterogasi di penjara Israel.

Ia pun mengenang apa yang pernah ia alami, "Selama interogasi pada 17 Februari 2014 lalu, saya mengalami stroke. Saya dibawa ke rumah sakit selama dua hari, dan kemudian mereka membawa saya kembali ke penjara meski kondisi kesehatan saya masih buruk." Ia menambahkan," Beberapa jam setelah saya tiba di penjara, mereka membawa saya kembali ke rumah sakit. Segera setelah itu, mereka membawa saya kembali ke sel interogasi. Saya kehilangan penglihatan saya selama 40 hari, tubuh saya serasa lumpuh. Tidak ada tuduhan yang ditemukan terhadap saya, jadi saya ditetapkan sebagai tahanan administratif selama enam bulan."

“Penangkapan dan pencegahan untuk memperoleh pengobatan yang dibutuhkan menanmbah penderitaan saya. Saya menderita masalah penglihatan, kehilangan keseimbangan, dan harus menggunakan kursi roda hingga saat ini. Saya masih menolak hak melakukan perjalanan untuk mendapat perawatan medis,” tutur Adnan.

Keluarga Hamarsheh percaya bahwa penangkapan putra bungsunya yang sedang sakit, Anas, adalah bagian dari kebijakan penghukuman abadi keluarga tersebut, oleh pasukan pendudukan.

Adnan Hamarsheh mengatakan bahwa dia ditangkap 12 kali. Ia menghabiskan 10 tahun dalam penahanan administratif, tanpa tuduhan atau percobaan. Selanjutnya, rumah mereka diserbu puluhan kali dan perabotannya dihancurkan. Sang ibu ditangkap selama delapan bulan, dan anak tertuanya Omar (26), mendapat interogasi selama satu minggu pada awal tahun ini, sebelum akhirnya dibebaskan.

Hamarsheh menyimpulkan, "Agresi pendudukan hanya akan meningkatkan keteguhan dan hak kami di sini. Pendudukan selalu berusaha untuk mematahkan kehendak semua keluarga yang percaya pada perlawanan yang dilakukan warga Palestina."

(T.RA/S: The Palestinian Information Center)

leave a reply
Posting terakhir