Moskow, SPNA - Sebuah ransomware yang dikenal dengan nama "Bad Rabbit" telah menyerang sejumlah negara seperti; Rusia, Ukraina, Turki dan Jerman.
John Villasenor, seorang profesor di Universitas California, Los Angeles, menjelaskan bahwa ransomware adalah malware (perangkat lunak berbahaya) yang mampu mengambil alih kendali sebuah komputer dan mencegah penggunanya mengakses data hingga tebusan diberikan.
Perusahaan keamanan Cyber Kaspersky Lab, yang memantau "Bad Rabbit", menemukan sejumlah kesamaan antara malware tersebut dengan WannaCry dan Petya yang telah menyebabkan begitu banyak kekacauan pada awal tahun ini.
Menurut perusahaan tersebut, mayoritas korban "Bad Rabbit" berada di Rusia, seperti Fontanka dan kantor berita Interfax. Sementara di Ukraina, Bandara Odessa dan Metro Kiev menajdi korban malware ini.
"Berdasarkan penyelidikan kami, serangan ini menargetkan jaringan perusahaan, menggunakan metode yang serupa dalam serangan ExPetr," Lab Kaspersky menjelaskan. "Namun, kami tidak bisa dipastikan ini terkait dengan ExPetr."
Peretas yang berada di belakang “Bad Rabbit” mengunci komputer dan menuntut uang tebusan sebesar 0.05 Bitcoin (£ 220) dari korban, sebagai ganti pemulihan perangkat mereka.
Namun, pakar keamanan selalu menyarankan agar para korban tidak membayar uang tebusan. Hal ini justru akan mendorong lebih banyak serangan, dan tidak ada jaminan penyerang benar-benar akan memnuhi janjinya dan menghapus malware dari perangkat yang diretasnya.
Kepala polisi cyber Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa negara tersebut "hampir tidak terpengaruh" serangan tersebut.
Pada bulan Mei, serangan ransomware "WannaCry" memaksa rumah sakit, pabrik dan berbagai perusahaan di seluruh dunia ditutup karena mereka tidak dapat mengakses sistem komputer yang berisi berbagai data penting.
(T.RA/S: Independent)
