Pasukan Khusus AS terlibat pembunuhan warga Somalia

Mogadishu, SPNA - Bertepatan dengan hari Jum’at, 25 Agustus lalu, hari kelam menyaelimuti rakyat Somalia. ...

BY 4adminEdited Sat,02 Dec 2017,10:41 AM

Mogadishu, SPNA - Bertepatan dengan hari Jum’at, 25 Agustus lalu, hari kelam menyaelimuti rakyat Somalia. Amerika Serikat memimpin sebuah operasi penyerangan di sebuah peternakan di dekat desa Bariire, Somalia, yang mengakibatkan kematian 10 warga sipil, termasuk seorang anak. Tindakan ini menjadi noda terbesar pada operasi darat AS di negara ini sejak insiden Black Hawk Down yang terkenal pada tahun 1993.

Akibat operasi tersebut, ratusan orang di dekat kota Afgoye memenuhi jalan-jalan kota menuntut keadilan bagi orang-orang yang terbunuh. Mereka menolak memakamkan orang-orang gugur hingga pemerintah Somalia menarik kembali tuduhan mereka bahwa mereka adalah anggota Al Shabaab, dan menuntut sebuah permintaan maaf.

The Daily Beast melakukan penyelidikan terhadap operasi Bariire dan dampaknya, mewawancarai tiga korban operasi tersebut melalui telepon dari Mogadishu dan bertemu langsung dengan Komandan Angkatan Darat Nasional Somalia yang bertanggung jawab atas tentara Somalia dan membantu operasi di bawah komando Pasukan Khusus AS.

The Daily Beast juga bertemu di Mogadishu dengan lebih dari dua lusin petugas intelijen Somalia, analis politik, pemimpin lokal, dan mantan pejabat pemerintah saat ini yang mengetahui kejadian tersebut. Dua dari orang-orang ini juga terlibat dalam penyelidikan lokal dan didukung oleh lembaga non-pemerintah.

The Daily Beast juga bertemu langsung dengan komandan Pasukan Pertahanan Rakyat Uganda yang wilayahnya berada di bawah mandat pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa termasuk Bariire.

Sebagian besar sumber ini lebih memilih untuk berbicara secara anonim, entah karena mereka tidak berwenang untuk membahas kejadian tersebut atau karena mereka takut kemungkinan Pemerintah Federal Somalia atau Amerika akan lakukan pembalasan.

Rincian yang muncul melukiskan gambaran yang memberatkan setidaknya AS telah melakukan satu operasi darat di negara Afrika tersebut. Ini termasuk Operator Khusus AS yang menembaki warga sipil tak bersenjata, menggunakan intelijen manusia dari sumber yang secara luas dianggap tidak dapat dipercayai oleh orang Somalia di wilayah tersebut dan juga pejabat pemerintah, dan menginstruksikan rekan-rekan mereka di Somalia untuk mengumpulkan senjata yang disimpan di dalam rumah dan menempatkan mereka di samping mayat orang-orang yang terbunuh sebelum memotretnya. Setelah kejadian tersebut, diplomat Amerika juga menekan pemerintah Somalia untuk mengubur temuan yang tidak menguntungkan dari penyelidikan yang dipimpin oleh Pemerintah Federal Somalia.

Beberapa jam setelah operasi tersebut, AFRICOM merilis sebuah pernyataan yang mencatat bahwa mereka mengetahui tuduhan korban sipil dalam operasi tersebut dan bahwa AFRICOM "melakukan penilaian terhadap situasi untuk menentukan fakta di lapangan." Siaran pers AFRICOM juga menyatakan bahwa " Tentara Nasional Somalia sedang melakukan operasi di wilayah tersebut yang didukung oleh pasukan AS. "

Namun sebagian besar bungkus peluru yang dikumpulkan dari wilayah yang diserang -yang dilihat oleh The Daily Beast- justru menunjukkan bahwa peluru tersebut berasal dari tentara Amerika, bukan Tentara Nasional Somalia (SNA). Hal ini tampaknya mengkonfirmasi bahwa tim Operasi Khusus tersebut tidak memerintahkan SNA berada di belakang selama terjadinya operasi, namun bertanggung jawab atas penembakan dan pembunuhan warga sipil tak bersenjata itu.

(T.RA/S: The Daily Beast)

leave a reply
Posting terakhir