Paska Deklarasi Trump, Netanyahu tawari jadi pemandu bagi wisatawan Kristen yang berkunjung ke Yerusalem

Yerusalem, SPNA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam sebuah video yang di posting di Twitter, Minggu (24/12/2017)  menawarkan untuk menjadi pemandu wisata bagi pengunjung Kristen di kota Yerusalem.

BY 4adminEdited Tue,26 Dec 2017,10:18 AM

Yerusalem, SPNA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam sebuah video yang di posting di Twitter, Minggu (24/12/2017)  menawarkan untuk menjadi pemandu wisata bagi pengunjung Kristen di kota Yerusalem.

Dalam video yang berjudul ‘’Merry Christmas, Jerusalem Capital Of Israel’’ berlatar kota Yerusalem tersebut, Netanyahu mengucapkan selamat natal bagi pemeluk Kristen dan menawarkan menjadi pemandu wisata bagi wisatawan Kristen yang berkunjung ke Yerusalem.

Hal ini dilakukan Netanyahu pasca deklarasi Trump bahwa Yerusalem Ibukota Israel.

Netanyahu menggambarkan Israel sebagai surga bagi minoritas Kristen, yang berjumlah 2 persen dari total penduduk. “Kami akan senantiasa melindungi hak setiap orang untuk beribadah di tempat-tempat suci yang ada di belakangku,’’ terangnya dalam video tersebut.

Netanyahu menyebutkan beberapa tempat yang dapat dikunjungi wisatawan Kristen ke Israel, termasuk Gereja Kelahiran Yesus di Yerusalem Timur, di mana pengunjung dapat menapaki: ‘’Jejak Kristus dan asal mula warisan budaya Yahudi – Kristen. ‘’

‘’Saya akan menjadi pemandu wisata anda jika anda berkunjung ke Yerusalem,’’ tawarnya.

Sementara itu PM Palestina, Rami Hamdallah mengatakan dalam perayaan natal di Betlehem, menegaskan bahwa: ‘’Berdasarkan resolusi PBB pihak manapun tidak dapat mengubah status dan posisi kota Yerusalem baik secara spiritual, religius maupun nasional. Al-Quds atau Yerusalem adalah kota bagi masyarakat Kristen dan  Muslim Arab Palestina. Negara Palestina tak terwujud tanpa Yerusalem dan tanpa hal ini perdamaian tidak akan dapat terwujud di kawasan maupun diseluuh dunia. ‘’

Sebelumnya,  Sejumlah Uskup Kristen Palestina, dalam konferensi tokoh Kristen di gereja Al-Mahdi Betlehem, Sabtu (23/12/2017) menyatakan  bahwa keputusan AS, yang mengakui Al-Quds ibukota ibu kota Israel, adalah penghinaan terhadap kesucian Islam dan Kristen.

Uskup Agung Palestina Atallah Hanna dalam pidatonya mengatakan: “Kami warga Palestina, Kristen dan Muslim, menolak pernyataan AS bahwa Yerusalem adalah ibukota bagi Israel.’’

‘’Deklarasi Donald Trump ini adalah penghinaan terhadap bangsa kami, warga Kristen dan Muslim di Palestina, yang meyakini Yerusalem/Al-Quds sebagai tempat lahir agama mereka. Keputusan Donlad Trump ini adalah yang terburuk.’’

Hanna menegaskan bahwa pelecahan terhadap situs suci Islam dan Kristen adalah pelecehan terhadap seluruh bangsa Palestina.  ‘’Kami akan terus membela Masjid Al-Aqsa sepeti kami membela situs Kristen, dan kami akan bersama-sama menghentikan proyek kolonial Donald Trump. ‘’ tambahnya.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump, Rabu (06/12/2017) menetapkan secara resmi bahwa seluruh wilayah Al-Quds adalah ibukota bagi Israel serta akan merelokasi kedubesnya ke kota suci tersebut.

Selain itu Keputusan Trump juga mendapatkan respon negatif dari organisasi Yahudi ‘’Neturei Karta’’ yang menyatakan bahwa zionis bukan bagian dari Yahudi.

Berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) nomor 478 pada tanggal 20 Agustus 1980 , deklarasi Israel bahwa Al-Quds ibukota Yahudi adalah ilegal. Resolusi tersebut disahkan dengan persetujuan 14 negara DK PBB.

Tahun 2016 lalu UNESCO juga menetapkan  bahwa Al-Quds adalah hak warga Palestina dan Israel tidak memiliki hubungan  apapun dengan kota suci tersebut.

Kamis lalu, (21/12/2017) Majelis Umum PBB dengan dukungan 128 negara telah menyetujui rancangan resolusi yang diajukan oleh Turki dan Yaman menetapkan bahwa status Al-Quds/Al-Quds harus diselesaikan melalui perundingan langsung antara Palestina dan Israel, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB terkait.

Pemungutan suara tersebut dilakukan setelah AS Senin lalu memveto rancangan resolusi yang diajukan Mesir ke Dewan Keamanan, yang memperingatkan konsekuensi serius dari keputusan AS dan menuntut penghapusannya.

AS dilaporkan telah mengancam akan menjatuhkan sanksi keuangan kepada Negara yang mendukung resolusi PBB tersebut.

Meskipun demikian 128 negara yang mewakili lebih dari 90% dari total populasi 7 miliar orang memilih mendukung resolusi tersebut. Diantaranya adalah Cina, India, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman, seluruh anggota Uni Eropa dan semua negara Muslim, Arab dan Amerika Latin.

(T.RS/S:SkynewsArabia)

leave a reply
Posting terakhir